JAKARTA,PGI.OR.ID-pada 27-30 Desember 2015 Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) akan menggelar acara Gerakan Cinta Danau Toba. Kegiatan tersebut dalam rangka mengajak seluruh stake holder termasuk Gereja, peduli Danau Toba yang kondisinya semakin memprihatinkan.
Terkait dengan kegiatan itu, Senin (12/10) pengurus YPDT menyambangi kantor PGI di Grha Oikoumene, Jalan Salemba Raya 10, Jakarta Pusat, dan bertemu dengan MPH PGI.
Drs. Maruap Siahaan, MBA, Ketua Umum YPDT, dalam pertemuan itu mengharapkan agar PGI mengajak gereja-gereja untuk peduli dan bersama-sama menjaga kelestarian Danau Toba, danau yang telah ditetapkan sebagai salah satu dari tujun keajaiban dunia ini. “Tidak hanya kelestarian Danau Toba, tetapi juga nilai-nilai suku Batak yang ada di sekitar danau tersebut, dan tentu saja kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitarnya yang menjadikan air sebagai sumber kehidupan mereka,” tandasnya.
Lebih jauh Maruap menjelaskan: “Ada pandangan bahwa gereja-gereja di sekitar Danau Toba kurang mampu memelihara ekosistem di sekitar danau, dan akibatnya pencemaran terjadi di mana-mana. Sebab itu, YPDT terlalu kecil untuk berbuat, maka perlu dukungan dari gereja-gereja supaya sungguh-sungguh memberi perhatian terhadap persoalan ini melalui sentuhan-sentuhan rohani untuk lebih serius lagi.”
Menyikapi apa yang disampaikan Maruap Siahaan, Pendeta Henriette Hutabarat-Lebang Ketua Umum PGI melihat, gagasan YPDT sangat mulia, dan sudah menjadi tanggungjawab Gereja untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. “Sidang Raya di Nias ada empat pokok isu bagi PGI lima tahun ke depan diantaranya kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Sebab itu, kita perlu bersama-sama melaksanakannya,” ujar Pendeta Henriette.
Hal senada juga ditegaskan Pendeta Gomar Gultom, Sekretaris Umum PGI. Menurutnya tidak ada alasan bagi gereja-gereja, khususnya anggota PGI, untuk tidak peduli terhadap lingkungan, karena hal ini telah menjadi keputusan dalam Sidang Raya di Nias.
“Memang PGI tidak memiliki umat, tetapi sinode-sinode gereja di Sumut diharapkan bergerak. Jika program YPDT ini berhasil, saya kira ini akan menjadi contoh bagi tempat-tempat lain, karena kondisi serupa juga terjadi di sejumlah danau di Indonesia di mana gereja ada di sekitarnya,” tegasnya.
Lanjutnya, PGI juga telah merespon kasus penambangan yang mengakibatkan rusaknya lingkungan di Desa Pandumaan-Sipituhuta, Sumatera Utara dengan menyurati pemerintah dan gereja-gereja di Sumatera Utara agar peduli terhadap kasus ini.
Pendeta Henriette mengusulkan agar kegiatan Jubileum 50 Tahun PGIW Sumut, bisa digunakan untuk sosialisasi kegiatan Gerakan Cinta Danau Toba ini.
Mengakhiri pertemuan, YPDT menyerahkan cendramata berupa gambar yang menunjukkan kondisi Danau Toba. Demikian pula sebaliknya, PGI memberikan kain batik.
Editor: Jeirry Sumampow