CIANG MAI,PGI.OR.ID-“Anda semua berada disini setelah melalui seleksi yang cukup ketat, sehingga belajarlah sebaik mungkin dan ambillah banyak ilmu dari setiap pemateri dalam setiap sesi yang akan berlangsung.” kata Mathews George Chunakara, Sekretaris Jenderal CCA dalam pembukaan pelatihan tahun ketiga aktivis perdamaian dalam program Young Ambassadors of Peace di Asia (YAPA) 2018, di kantor Christian Confrence of Asia (CCA) Universitas Payap, Chiang Mai, Senin hingga Jumat, 15-19 Oktober 2018.
YAPA-2018 yang mengangkat tema ‘Menciptakan Perdamaian Lewat Keadilan dan Keamanan Manusia’ dihadiri oleh 27 pemuda yang disponsori oleh gereja anggota CCA dan dewan serta perwakilan organisasi Kristen, Buddha, Hindu dan Muslim di Asia. Selain menghabiskan waktu selama lima hari dalam berbagai sesi dengan fasilitator yang berbeda, para peserta juga memaparkan presentasi mengenai isu yang sedang dihadapi di negara masing-masing yang selanjutnya diikuti oleh presentasi “Project Action Plan” yang akan mereka lakukan setelah kembali ke negara masing-masing paling lambat tiga bulan setelah YAPA-2018 berlangsung.
Dalam pidato tematis di awal program ”Menciptakan Perdamaian Lewat Keadilan dan Keamanan Manusia: Perspektif Antar-agama’, Dr. Mathews George Chunakara, “Konsep keamanan yang dibayangkan perlu dipahami dengan benar sebagai gagasan keamanan telah ditafsirkan sering dalam konteks politik, dan hanya terkait dengan keamanan nasional atau perang dan pertahanan militer. Pendekatan semacam itu tidak akan mempertimbangkan pentingnya keamanan manusia dan hak orang miskin untuk hidup bermartabat, aman dan dengan akses terhadap keadilan”.
Dr. Mathews lebih lanjut menambahkan bahwa “kedamaian dan keamanan hanya dapat dicapai dan dipertahankan dalam masyarakat di mana orang-orang dalam komunitas benar-benar peduli satu sama lain dengan saling ber toleransi atas dasar cinta dan kepedulian terhadap orang lain; tidak akan ada perdamaian tanpa keadilan, dan juga tidak akan ada perdamaian tanpa keamanan”.
Berbagai sesi di YAPA-2018 menekankan pemahaman dan cara-cara untuk berpartisipasi dalam menciptakan perdamaian lewat pembangunan sosial, keamanan ekonomi, hak asasi manusia, keamanan pangan, keamanan lingkungan, keamanan masyarakat dan keamanan politik.
Narasumber yang memfasilitasi sesi pada tahun ini berbeda dari pelatihan YAPA tahun sebelumnya, mereka adalah Dr. Sudarat Jun Tunivivat, Srinakharinwirot University, Thailand; Fiona Barnaby, Khun Kraisorn Thewprasert dan Kanyarad Pinseethong dari Komite Internasional Palang Merah di Bangkok, Brigadir P. M. Mathew, Analis Pertahanan dan Pensiunan Brigadir Tentara India; Dr. Suchart Setthamalinee, Universitas Payap; Mundackal Paulose Mathai, Profesor Pemikiran Gandhi dan aktivis Gerakan Non-Kekerasan; Yang Mulia Dr. Pramaha Boonchuay, Mahachulalongkornrajavidyalaya, Chiang Mai; Le Ngoc Bich Ly, Dosen di Institut Kebudayaan dan Perdamaian Agama, Chiang Mai; Dr Mathews George Chunakara dan Dr. Reynaldo Ty Caza dari CCA.
YAPA – 2018 merupakan program tahunan Christian Conference of Asia yang telah dimulai sejak tiga tahun lalu dan bertujuan untuk melatih para aktivis muda dari latar belakang yang berbeda dan membawa mereka ke platform bersama untuk membantu membangun komunitas dimana dapat tercipta perdamaian dan kehidupan yang harmonis. Metodologi kurikulum dan pelatihan didasarkan pada pendekatan pembelajaran antar-budaya, antar-agama dan non-formal. Para peserta juga berbagi pengalaman mengenai praktik-praktik terbaik antar-hubungan untuk bertindak lebih efektif sebagai jaringan yang lebih luas di Asia. (Yessica Kansil)
Be the first to comment