JAKARTA,PGI.OR.ID-Usai memaparkan kondisi bangsa Indonesia terkini menjelang Pilkada 2018 dan Pilpres 2019, Pdt. Dr. A.A. Yewangoe, Anggota Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) mengatakan, ada 4 tugas gereja saat ini, yaitu sebagai bagian integral maka punya tanggung-jawab besar untuk membangun bangsa ini, ikut bertanggung-jawab memilih pemimpin yang mengupayakan kesejahteraan dan menegakkan keadilan, memilih pemimpin yang sungguh-sungguh Pancasilais otentik, dan memilih pemimpin yang memiliki Kuasa itu bukan demi kuasa tapi demi pelayanan.
Hal tersebut disampaikan saat diskusi bersama pimpinan gereja aras nasional, dan pimpinan sinode gereja di acara Prayer Leaders Summit yang dilaksanakan oleh Jaringan Doa Nasional (JDN), di Grha Oikoumene, Jakarta, Selasa (6/2).
Yewangoe juga mengingatkan, bahwa demokrasi bukan soal jumlah dan kemenangan, tapi terutama adalah menyangkut nilai kemanusiaan, keadaban dan etika. Menurutnya, realitas menunjukkan kemenangan mayoritas ternyata tidak selalu mengemban nilai yang diembannya. Di sisi lain, Pilkada kali ini dibayang-bayangi oleh Pilkada DKI yang sarat dengan sentimen keagamaan. “Layakkah Pilkada DKI ditiru, yang memanipulasi ayat dan mayat? Pilkada DKI telah mengeksploitasi emosi-emosi primordial dieksploitasi melampaui kewajaran dan tidak memakai program sebagai tolok ukur,” ujarnya.
Lebih lanjut dia mengingatkan, pendekatan populisme di luar proporsi bisa sangat berbahaya. Bukan saja kemungkinan melabrak aturan tapi juga bisa menimbulkan anarkisme.
Menarik, dalam paparannya Yewangoe juga menyinggung tentang capaian Gubernur DKI dalam 100 hari ini, yang menurutnya perlu dikritisi sebagai bentuk dukungan terhadap kepemimpinan mereka.
Sementara itu, menjawab pertanyaan moderator tentang maraknya pimpinan gereja yang dukung mendukung calon tertentu dalam kontestasi pilkada lewat acara doa, Pdt Gomar Gultom, Sekretaris Umum PGI, mengatakan: “Persoalan pelik yang kita hadapi kini adalah pola beragama kita yang formalistik dan dogmatis. Saya kira, semua masalah bangsa yang dipaparkan Pak Yewangoe tadi juga bersumber dari pendekatan formalistik dalam kita berdemokrasi. Demokrasi kita sangat prosedural dan tidak mengindahkan nilai-nilai substantif demokrasi itu sendiri, yaitu keadaban, kemanusiaan dan kesetaraan.”
Lanjut Gomar, tampaknya para pimpinan gereja juga terjebak dalam hal ini. Memaknai demokrasi hanya secara formalistik dan mengabaikan nilai-nilai kepatutan demokrasi itu sendiri. “Asal sudah merasa se-iman, atau se-pendapatan, langsung main dukung saja, melebihi kepatutannya sebagai pemimpin umat. Celakanya, mereka berlindung di balik doa. Ini buah dari kehidupan bergereja yang formalistik tadi,” tandasnya.
Menurut Gomar, sebaiknya para pemimpin gereja bermain di tataran politik moral saja, atau apa yang biasa disebut “high politics“, di mana gereja menyampaikan pesan-pesan moral dan suara nabiah, seraya mempersiapkan umatnya menjadi pemilih yang cerdas.
Lebih lanjut Gomar berkata, “Tugas pimpinan gereja mengasah nurani umat untuk memilih dengan rasional dan demi kepentingan bersama untuk jangka panjang, bukan karena kepentingan sesaat dan emosional.” Lagi pula, demikian Gomar, keterlibatan pimpinan gereja dalam dukung mendukung calon tertentu hanya akan menyeret gereja kepada tarikan kepentingan sesaat dan partisan. Dan ini dipastikan akan melukai umat yang belum tentu memiliki aspirasi politik yang sama dengannya. Dengan kata lain, sang pimpinan gereja tersebut, telah memecah umatnya sendiri.
Mendengar dan berdoa
Kegiatan Prayer Leaders Summit merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan oleh JDN. Menurut Charles Jonan, Fasilitator Umum JDN, melalui kegiatan ini diharapkan pimpinan lembaga gereja aras nasional, pimpinan sinode, dan lembaga Kristen dapat sharring bersama menyikapi situasi bangsa, dan kemudian berdoa.
“Di tahun 2018 ini sebagai tahun politik, sehingga fokus kita tentunya juga akan melihat pilkada yang akan diadakan di Indonesia, apa yang menjadi maslah, kita akan membahasnya dan menjadi topik-topik doa. Misalnya soal keamanan, sebab situasi politik akan memanas, kita inginkan dengan adanya kegiatan ini akan ada pokok-pokok doa yang kita doakan. Dan kita akan sebarkan kepada setiap jaringan, gereja, untuk menjadi doa bersama. Disinilah peran JDN, membangun kesatuan melalui doa,” jelas Charles.
Be the first to comment