Warga Gereja Harus Jeli Memilih Pemimpin

 
Signal meningkatnya tensi politik nasionalpun mulai meningkat, manakala berbagai hasil survei dari lembaga-lembaga survei dan konsultan politik merilis hasil temuannya. Peta politik nasional untuk sementara sedang dikuasai oleh “demam Jokowi”. Tidak satupun lembaga survei memperlihatkan hasil yang tidak memuaskan terhadap siapa calon presiden mendatang. Mayoritas responden menjatuhkan pilihan pada figur fenomenal yang kini tengah menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta itu.
 
Bertempat di Lembaga Alkitab Indonesai (LAI) 19/9 kemarin, dihadiri oleh pimpinan gereja aras nasional, para pendeta dan undangan lainnya. Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyelenggarakan Diskusi Aktual yang menghadirkan pembicara Jenderal (Purn) Luhut Panjaitan dan DR. Sinyo Harry Sarundajang. Apa dan bagaimana yang dapat dilakukan oleh gereja-gereja di Indonesia jelang PEMILU 2014 nanti? Menjadi tema dan fokus percakapan dalam diskusi tersebut.
 
Tampil sebagai pembicara pertama Jend (Purn.) Luhut Panjaitan memaparkan problematika kebangsaan yang dihadapi sekarang. “Apa peran gereja untuk PEMILU 2014 nanti? Gereja perlu jeli melihat para pemimpin yang akan maju dalam PEMILU 2014 nanti. Apakah mereka adalah pemimpin yang berani bertindak tegas atau tidak? Apakah juga jelas arah kepemimpinannya.” Kata Luhut. Situasi negara kita yang belum merata dalam kesejahteraan dan beban kehidupan masyarakat kita yang masih berat menyebabkan rakyat sudah banyak tidak percaya lagi terhadap janji-janji para pemimpin saat ini. Kita butuh pemimpin yang “tegas” tapi tidak “otoriter” tandas Luhut.
 
Lebih lanjut Luhut memaparkan sejumlah hasil survai dari berbagai lembaga survei yang menunjukan tren sejak Mei hingga Agustus 2013 memperlihatkan bahwa rakyat sangat mendambakan Joko Widodo (Gubernur DKI Jakarta) menjadi Presiden untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan. Tampaknya fenomena Jokowi ini mewakili keinginan sebagian besar rakyat yang mendambakan pemimpin yang tegas. Jokowi terbukti adalah pemimpin yang tegas dan jelas dalam menjalankan kepemimpinannya.
 
Kepada peserta diskusi, Panjaitan mengatakan bahwa gereja agar memberikan pendidikan dan wawasan politik kepada warganya. Kita juga harus jeli melihat para pemimpin yang memiliki hati dan mau memberikan hatinya bagi rakyat.
 
Pada sesi kedua, Dr. S. H. Sarundajang menyampaikan pokok pikirannya. Gubernur Sulawesi Utara ini menegaskan bahwa kita perlu mempergunakan istilah Republik. Mengapa? Karena Republik itu sendiri dibentuk oleh berbagai latar belakang dari seluruh rakyat. “Dalam negara berbentuk Republik, kita tidak mengenal dikotomi mayoritas dan minoritas,” kata Sarundajang.
 
Dalam kaitannya dengan peran gereja dalam politik, Sarundajang mengingatkan bahwa kita harus belajar dari pengalaman gereja-gereja di Eropa Barat. Dahulu kala gereja-gereja di Eropa Barat banyak yang menjauhi politik atau steril terhadap politik. Padahal sebenarnya politik bicara banyak soal kehidupan. Sikap gereja yang steril terhadap politik menyebabkan gereja lemah menyikapi gejolak kehidupan sosial politik masyarakat. Karena itulah, gereja-gereja di Indonesia jangan sampai mengulangi sejarah tersebut. Secara tegas Sarundajang mengatakan bahwa gereja perlu membina dan memperlengkapi para politisi Kristen agar mereka mampu menyuarakan suara kenabian (suara politis).
 
Di akhir acara diskusi terbatas ini, Ketua Umum PGI, Pdt. Dr. A. A. Yewangoe mengatakan bahwa yang kita butuhkan adalah pemimpin Kristen yang memiliki sesuatu yang spesial dan berbada dari para pemimpin lainnya. Kalau seorang pemimpin Kristen masih mementingkan diri-sendiri atau kepentingan partainya, maka itu sama saja dengan kebanyakan pemimpin lainnya. Pemimpin seperti itu tidak usah kita pilih.
 
Diskusi terbatas di Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)  yang dimoderatori oleh Pdt. Dr. Richard Daulay, mendapat respons yang antuasias oleh para peserta. Diskusi yang direncanakan berlangsung dari jam 4 – 7 itu akhirnya harus diperpanjang sampai pukul 08.00 WIB karena mendapat respons yang cukup tinggi dari para peserta dan undangan yang hadir kemarin. Nampak hadir dalam diskusi ini adalah tokoh-tokoh gereja seperti Pdt. Gomar Gultom, M.Th (Sekum PGI), Pdt. Liesje Fonny Emma Makisanti, S.Th, M.Si (Wasekum PGI), perwakilan dari KWI (Romo Benny dan Romo Purwanto), dan para jurnalis media Kristen dan media umum, serta sejumlah tokoh lainnya. (Editor HeLo dan BTS)