Umat Kristen dan Muslim Nigeria Meresmikan Pusat Sejarah Perdamaian

Pdt. Dr. Olav Fykse Tveit bersama Sultan Sokoto Sa'adu Abubakar. Keduanya berbicara dalam acara peresmian.

NIGERIA,PGI.OR.ID-Umat Kristen dan Muslim di Nigeria berkumpul bersama pada tanggal 19 Agustus 2016 untuk meresmikan International Centre for Inter-Faith Peace and Harmony (ICIPH) atau Pusat Perdamaian dan Harmoni Lintas Iman Internasional, yang terletak di Kaduna, di mana lebih dari 20.000 orang telah tewas dalam berbagai konflik selama tiga dekade terakhir.

Dilatarbelakangi semakin kuatnya peran lintas agama di Nigeria, keberadaan lembaga tersebut dimaksudkan untuk mendokumentasikan hubungan antar agama, serta menjadi sumber bagi pemerintah dalam membuat kebijakan baik nasional maupun internasional.

Dua lembaga kunci di tingkat lokal yaitu the Christian Council of Nigeria dan Jama’atu Nasril Islam telah mengupayakan adanya lembaga ini, yang didahului oleh kegiatan forum konsultasi di tahun 2014 di Abuja. Sekitar 40 orang pemimpin Kristen maupun Muslim hadir dalam forum konsultasi tersebut.

Banyak dukungan mengalir saat pembukaan, di antaranya Dr Emmanuel Yosia Udofia, dari African Church dan Presiden Christian Council of Nigeria,Sultan Sokoto Sa’adu Abubakar, dan Sekjen Jama’atu Nasril Islam Dr Khalid Aliyu, Yang Mulia Pangeran Ghazi dari Yordania dan Kardinal John Olorunfemi Onaiyekan dari Abuja.

Gubernur Negara Bagian Kaduna, Malam Nasir EL-Rufai, sebelum membuka lembaga ini berbagi pengalamannya tentang para pemimpin agama, baik Muslim maupun Kristen, dimana dalam sikap dan tindakannya yang menghambat perdamaian antaragama. Sebab itu, dia sangat senang dan mendukung pusat perdamaian ini, sebagai simbol fisik untuk membantu Muslim dan Kristen agar dapat menjalin kerjasama yang lebih efektif lagi.

Abubakar juga menyuarakan dukungannya untuk lembaga ini, dan berbicara tentang bagaimana Tuhan ingin ada keragaman agama di Nigeria.

Onaiyekan mengatakan dia yakin adanya pusat perdamaian ini berpotensi menjadi model untuk resolusi konflik di bagian dunia lain.

Sementara itu, Sekjen Dewan Gereja Dunia (WCC), Pdt Dr Olav Fykse Tveit, dalam sambutannya saat pembukaan menegaskan: “Kami datang ke sini sebagai peziarah, Muslim dan Kristen, untuk mencari kehendak Allah untuk keadilan dan perdamaian,” katanya.

Lebih jauh dia menegaskan: “Ziarah adalah untuk orang-orang beriman ke tempat-tempat suci,tempat pentingyang memiliki sejarah besar bagi iman kita. Namun, tempat di mana kesucian hidup, yang kudus di mata Tuhan Kudus, berada di bawah ancaman juga bisa menjadi tempat suci. Seperti di sini, di Kaduna. Hari ini kita di kota yang telah dikenal oleh banyak orang sebagai lokasi pertikaian dengan berlatarbelakang agama. Tapi sekarang Kaduna akan menjadi kota yang dikenal sebagai saksi untuk perdamaian dan kerukunan antar umat beragama.”

Tempat ini, lanjutnya, bisa menjadi tempat suci dengan cara yang baru, membawa visi baru dan realitas orang-orang beriman hidup bersama. “Kehadiran Anda, para pemimpin agama dari Nigeria, menunjukkan pentingnya hari ini dan acara ini untuk seluruh bangsa,” ujarnya.

Para pemimpin lokal telah mendapat dukungan dari mitra internasional WCC dan dan Royal Aal Al – Bayt Institute for Islamic Thought ( RABIIT ). Apa yang akan dilakukan oleh pusat perdamaian ini? “WCC dan RABIIT akan mencari mitra untuk mendapatkan informasi, arsip dari seluruh wilayah di Nigeria, dan memudahkan bagi siapa saja untuk bercerita, termasuk yang termarjinalkan, agar didengar, dicatat, dan sehingga beroleh data yang data akurat dan berimbang tentang insiden kekerasan, secara online dan melalui hotline, dan tak terhapuskan dari ketidakadilan, tidak hanya sebagai pencegah, tetapi juga sebagai titik awal yang jujur ​​untuk solusi masa depan, ” jelas Tveit.

Dia juga menekankan pusat perdamaian bukan hanya sebuah bangunan, tetapi katalis untuk harapan dan perubahan untuk masa depan.

“Doa harian saya, yang diambil dari Kidung Zakharia, nabi yang dihormati, saya percaya, baik orang Kristen dan Muslim, meminta Tuhan untuk membimbing langkah kita di jalan damai. Dengan dibukanya lembaga ini, saya percaya bahwa kita telah mengambil beberapa langkah maju dalam perjalanan penting ini. ”

Moustafa Elqabbany, perwakilan dari Pangeran Ghazi dari Yordania, berbicara tentang pentingnya membangun perdamaian untuk dan dengan perempuan dan anak-anak muda. Sebab, kekerasan tidak hanya mempengaruhi orang-orang muda, tetapi budaya kekerasan akan membekas dan mempengaruhi jiwa mereka.

Untuk memperingati pembukaan pusat perdamaian tersebut dilakukan upacara yang diawali dengan doa Muslim dan diakhiri dengan doa Kristen. (WCC News)