Training Penggerak Perdamaian dan Keragaman Berbasis Komunitas

belajar bersama-sama menjadi agen penggerak perdamaian dan keragaman

AMBON,PGI.OR.ID-Untuk mencapai Gereja Setia Kasih, Jemaat Rehoboth, kita semua harus memasuki sebuah gang yang lumayan sempit. Gang yang tidak bisa dilewati oleh mobil ini, adalah jalan bersejarah. Gereja Setia Kasih yang berada di Batu Gantung, daerah yang berbatasan langsung dengan Waehaong, di mana komunitas Muslim tinggal. Pada masa konflik, jalan antar kampung ini hanya terdiri dari karung pasir, masa itu mereka menyebutnya barikade.

Ketua Sinode GPM, Pdt. Ates Werinussa saat menyampaikan sambutan

Sekitar 30 orang anak muda hadir di gereja ini untuk belajar bersama-sama menjadi agen penggerak perdamaian dan keragaman melalui kegiatan Training Perggerakan Perdamaian dan Keragaman Berbasis Komunitas yang dilaksanakan oleh Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Gereja Protestan Maluku (GPM), sejak 25-28 Juli 2017.

Mereka hadir dari berbagai komunitas, komunitas Muslim, pun juga dari angkatan muda GPM. Mereka tidak hanya hadir dari kota Ambon, tetapi juga dari kepulauan di luar pulau Ambon. Pulau Seram dan pulau Ambon, misalnya.

Dalam acara pembukaan, seluruh peserta disambut dengan hangat dan meriah. Majelis Jemaat Gereja Setia Kasih, sebagai panitia pelaksana training memberikan fasilitas gereja yang nyaman. Ketua Sinode GPM berkesempatan hadir untuk memberikan sambutan dan membuka kegiatan ini. Pada acara pembukaan, Sekretaris Eksekutif Bidang KKC PGI, Pdt. Penrad Siagian mengatakan bahwa ke-Indonesiaan yang sangat mejemuk ini perlu terus dirawat sehingga kemajemukan itu tidak menjadi faktor pemicu dan sumber konflik namun menjadi kekayaan dan sosial kapital yang akan menjadi fondasi atas ke-Indinesiaan itu sendiri.

Sekretaris Eksekutif Bidang KKC PGI, Pdt. Penrad Siagian saat menyampaikan sambutan

Dan dari Ambon training ini akan banyak belajar dan diperkaya oleh pengalaman komunitas basodara antara muslim dan kristen yang telah melewati masa-masa konflik dan menemukan jalan rekonsiliasinya secara damai.

Dalam sambutan dan sekaligus membuka kegiatan, Ketua Sinode GPM, Pdt. Ates Werinussa membagikan bentuk eklesiologi yang dihidupi oleh Gereja Protestan Maluku. Eklesiologi ini disebutkan dengan nama Gereja Basodara. Gereja Basodara adalah Gereja yang tidak menuntut kelompok lain untuk mengerti gereja, tetapi Gereja yang harus berubah.

Perubahan yang dimaksud adalah, perubahan sistem bergereja, ritual gereja dan kehidupan bergereja yang merangkul lingkungan yang berbeda. Karena, dengan merangkul lingkungan yang berbeda, bergaul dalam keberbedaan di sanalah cinta kasih Allah dinyatakan.

Kegiatan training dihari pertama

Bentuk eklesiologi yang dihidupi oleh GPM ini layak diwartakan kepada publik. Benih-benih perdamaian harus ditanam, dan training penggerak ini salah satu dari cara menanam benih tersebut. Mengutip Pdt. Ates, mempererat simpul orang Basodara adalah keharusan, karena Gereja keluar dari dalam dirinya dengan membawa senyum Yesus keluar pada yang berbeda dan kepada alam semesta.