Tradisi Tempel Hidung, Tradisi Kekeluargaan

TAMBOLAKA, PGI.OR.ID-Saat tim media PGI tiba di GKS Jemaat Mata, Waikabula, beberapa dari kami kaget dengan penyambutan tuan rumah. Kaget di sini karena biasanya ketika seseorang baru bertemu ditandai dengan berjabat tangan dengan cium pipi. Namun, kami disambut dengan menempelkan hidung. Maka, karena ingin menghormati tuan rumah, kami mengikuti tradisi itu dengan menempelkan hidung ke orang yang kami temui pertama kali.

Masyarakat Sumba, khususnya dalam bahasa orang Kodi. tradisi itu disebut Udoko. Sementara di Sumba Timur di sebut Mpudokong, di Sabu disebut Henge’do. Udoko atau Henge’do adalah tradisi mencium hidung yang dilakukan masyarakat umum NTT saat bertemu seseorang. Seperti dikutip dari tulisan aktivis budaya Sumba Rambu Naha Tarap dalam tulisannya berjudul 7 Tradisi Orang Sumba, tradisi itu dilakukan kepada siapapun, baik dengan keluarga maupun dengan orang yang baru ditemui. Udoko juga boleh dilakukan antar lawan jenis.

Pastor Robert Ramone, CSSR

Bagi masyarakat di Sumba hal ini bukan hal yang aneh untuk dilakukan. Lewat cara itulah warga Sumba menyambut tamu. Menurut budaywan yang juga Pastor Katholik, Robert Ramone CSsR yang juga pengelola Lembaga Studi dan Pelestarian Budaya Sumba, tradisi ini bukan hanya sekadar menempelkan hidung semata namun memiliki makna mendalam antara lain, menunjukan keakraban atau dekat dan rasa keterkaitan antara satu dengan yang lain sebagai pengikat tali persaudaraan. Makna lainnya adalah, hidung yang berfungsi untuk bernafas berarti juga kehidupan. Atas dasar makna itulah, masyarakat Sumba dan NTT pada umumnya memahami bahwa tradisi itu sebagai bagian dari cara mereka berhubungan satu sama lainnya untuk membangun rasa kekeluargaan, sekalipun baru pertama kali bertemu.

“Ada kemiripan budaya cium hidup NTT secara umum dengan masyarakat Suku Maori dari Selandia Baru. Tapi ini memang budaya yang telah turun temurun masyarakat di sini. Pendeknya tradisi ini untuk mengakrabkan atau lebih dekat satu dengan yang lain ketika dilakukan,”katanya.

Makna lainnya tambah Pastor Robert, menempel hidung juga menandakan rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Kontak mata langsung saat sedang melakukan cium hidung juga digambarkan sebagai kejujuran satu sama lain. Sementara hal lainnya dari tradisi itu memiliki arti meminta maaf. Jika sedang mengalami konflik, mereka dapat bermaafan dengan melakukan Udoko.

Tradisi unik ini sebenarnya bukan hanya di miliki masyarakat NTT, suku Maori di Selandia Baru dan masyarakat Oman juga melakukan hal yang sama. Bedanya suku Maori dan orang Oman dengan menggesekkan hidung satu sama lain, sedangkan orang Sumba dan NTT pada umumnya melakukannya dengan menempelkan hidung.

Hingga kini budaya cium hidung tetap dilakukan. Tradisi ini menjadi salam khas dari masyarakat NTT saat bertemu dengan sesama orang NTT dan menjadi kekayaan unik dari budaya di Nusantara.

 

Pewarta : tim media PGI