JAKARTA,PGI.OR.ID-Sejumlah tokoh lintas agama seperti Said Aqil Siradj (PBNU), Pdt. Penrad Siagian (PGI), Romo Agustinus Ulahayana (KWI), Uung Sendana (Matakin), Suhadi Sendjaja (Walubi), dan Wisnu Bawa Tanaya (PHDI), menyatakan sikap terkait konflik yang dialami etnis Rohingya di Myanmar.
Dalam pernyataan sikap yang disampaikan saat konprensi pers di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Jumat (22/9) ini, para tokoh lintas agama menyatakan, pertama, mengutuk dan mengecam segala bentuk kekerasan. Tindakan kekerasan adalah tindakan yang mencederai kemanusiaan. Apapun alasannya, hal tersebut sama sekali tidak dibenarkan oleh agama dan keyakinan mana pun.
Kedua, mengapresiasi dan mendukung penuh langkah Pemerintah, dalam hal ini Presiden Jokowi dan juga Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam rangka mengupayakan solusi untuk mengatasi tragedi kemanusiaan yang terjadi. Langkah tersebut merupakan langkah kongret dan sigap dalam menyikapi tragedi yang sedang berlangsung.
Ketiga, mendesak seluruh elemen internasional, PBB dan ASEAN untuk bersama lebih proaktif mencari langkah dan solusi dalam menyelesaikan tragedi kemanusiaan yang sedang terjadi.
Keempat, mengajak seluruh elemen untuk tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan konflik yang terjadi dengan menyeret agama dan keyakinan tertentu. Apa yang terjadi di Rohingya adalah tragedi kemanusiaa. Kita harus meletakkannya dalam kaca mata kemanusiaan tanpa pernah tersekat dan terkotak oleh keyakinan tertentu. Apa yang terjadi di Rohingya, lebih kompleks dari hanya sekedar simplifikasi isu soal agama. Di sana ada perebutan sumber daya dan juga ada pertarungan politik. Maka, yang peling tepat adalah mendudukkan tergedi di Rohingya sebagai tragedi kemanusiaan.
Kelima, menyerukan kepada seluruh umat beragama untuk berpartisipasi aktif dalam menggalang donasi dan bantuan kemanusiaan kepada korban tragedi kemanusiaan di Rohingya. Langkah paling bijaksana dan nyata sekaligus dibutuhkan oleh korban saat ini adalah bantuan berupa makanan, sarana kesehatan, dan juga sarana pendidikan.