JAKARTA,PGI.OR.ID-Perkembangan sebaran Virus Covid19 telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan di Jakarta dan sekitarnya. Tindakan cepat harus diambil, sebagai tanggungjawab iman dan tanggungjawab sebagai warga negara. Panggilan kita sebagai gereja adalah untuk membela dan merawat kehidupan. Di sisi lainnya, sebagai warga negara kita wajib ambil bagian dalam penataan kesejahteraan masyarakat. Bertolak dari dua prinsip itu, sejumlah tindakan cepat telah diambil pengurus Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI)
Imbauan dan seruan pastoral segera dilayangkan kepada gereja-gereja anggota secara bertahap. 91 Gereja Anggota PGI tersebar dari Aceh sampai Papua. Sebaran Virus Covid 19 belum nampak merata di seluruh wilayah, karenanya imbauan PGI tidak boleh tunggal. Bagi daerah-daerah dengan tingkat sebaran yang tinggi, PGI mengimbau untuk mengalihkan Ibadah Minggu menjadi ibadah berbasis keluarga selama dua minggu, sambil dilihat perkembangannya kemudian. Untuk jemaat-jemaat yang belum terpapar Covid19, disarankan menerapkan protokol ibadah secara ketat untuk mengantisipasi penularan Covid19. Bila sudah ditemukan kasus, disarankan meningkatkan pengelolaan ibadah di tengah keluarga masing-masing. Apa yang terjadi pada gereja besar ‘megachurch’ di Korea Selatan haruslah menjadi pembelajaran berharga untuk gereja-gereja lainnya.
Selain imbauan, sejumlah video pendek edukasi segera diproduksi oleh Tim Yakoma. Komisi-komisi pelayanan dilibatkan berdasarkan kepakaran anggota komisi. Komisi kesehatan diantaranya, terlibat dalam pembuatan video edukasi terkait pencegahan Covid19 dan pengelolaan makanan sehat.
Saat WHO menetapkan Covid19 sebagai Pandemi Dunia, disusul penetapan status Bencana Nasional oleh Presiden Jokowi, PGI segera meningkatkan kewaspadaan. Seluruh aktifitas di Grha Oikumene dihentikan selama dua minggu, untuk ditinjau kemudian. Semua staff PGI diminta bekerja dari rumah. Sekalipun begitu, ada tanggungjawab lain yang membutuhkan tindakan cepat. Sikap solidaritas harus diterjemahkan melampaui sekedar kata-kata dalam imbauan. Tim relawan harus segera dikonsolidasi.
Dibuka pendaftaran bagi pemuda relawan gereja di Jabodetabek untuk terlibat dalam pelatihan penanggulangan Covid19. Disinfektan adalah materi utama pelatihan. Tenaga pelatih diambil dalam kerjasama dengan RS PGI Cikini dan Dompet Dhuafa. Mereka datang dengan sukarela. Covid19 tak beragama, namun menghajar semua pemeluk agama tanpa membeda-bedakannya. Saatnya para pemeluk agama bekerjasama untuk menanggulanginya. Teman-teman Dompet Dhuafa mengamininya. ‘Selama ini kami juga bekerja lintas agama’, kata salah seorang dari mereka.
Antusiasme pemuda gereja yang mendaftar cukup tinggi. Lebih kurang 90 orang, dari 60 peserta yang ditargetkan mengikuti dua gelombang pelatihan. Pelatihan diselenggarakan di basement parkir PGI yang terbuka untuk menjaga keamanan diri. Di akhir pelatihan, setengah dari jumlah itu mengundurkan diri. Resiko menjadi relawan penanggulangan Covid19 terlalu besar. Butuh nyali untuk melakukannya. Menyadari resikonya, pada mereka ditetapkan protokol dan SOP yang ketat dalam bekerja. Teman-teman Dompet Dhuafa memiliki kepakaran untuk mempersiapkan relawan dalam hal sekuritas kerja. Bagi yang mundur, mereka tetap dilibatkan sebagai sistem pendukung. Ada banyak pekerjaan lain selain melakukan penyemprotan.
Sambil mempersiapkan tim relawan, sistem pendukung dari PGI diperkuat. Ketua Umum PGI bergerak cepat menggalang dukungan jaringan untuk memberdayakan semua unit PGI yang bekerjasama dalam penanggulangan bahaya Virus Covid19. Jajaran kepemimpinan dan staf lainnya menggerakan konsolidasi sistem pendukung. Upaya penanggulangan oleh PGI ditingkatkan pelembagaannya ke level ‘task force’, dan dipimpin langsung oleh Ketua Umum PGI. Seluruh sistem diintegrasikan untuk menangani perkembangan situasi ini, sekalipun bekerja dari rumah. Chapel PGI di lantai III Grha Oikumene disulap menjadi studio mini untuk merekam dan memproduksi video edukasi, kampanye, maupun materi Khotbah Minggu dan Sekolah Minggu online. Aktifitas dilakukan dengan mengikuti protokol keamanan yang tertulis di ‘standing banner’ yang terlihat di lobby gedung Grha Oikumene.
Sejumlah bantuan yang diupayakan mulai berdatangan, baik dana maupun peralatan. Mitra PGI dengan berbagai sumber daya khusus menawarkan kerjasama secara cuma-cuma. Rekan-rekan dari Oikonomics diantaranya, bekerja sukarela
mempersiapkan platform digital untuk pengelolaan kerja bersama. Gereja Melawan Covid-19 (GMC19) ditetapkan sebagai tagline kerja task force PGI. Semua berita terkait dengan gerakan ini bisa diikuti di portal gmc19.online yang terus dilengkapi fitur-fiturnya.
Saatnya aksi di lapangan. Para relawan telah siap dan memberi diri sepenuhnya. Yesus adalah contoh relawan agung menginspirasi mereka untuk memberi diri. Ungkapan Lilla Watson menambah motivasi mereka, “If you have come here to help me you are wasting your time, but if you have come because your liberation is bound up with mine, then let us work together.”
Para relawan GMC19 percaya, dengan membantu merekapun terbantu. Terbantu untuk melepaskan diri dari sikap egoisme, dan terbantu untuk belajar menjadi sesama bagi yang lain. Dengan modal tekad dan pengamanan diri yang lengkap, delapan orang relawan terjun ke lapangan dan melakukan kerja disinfektan di GPIB Torsina, GPdI Karmel, serta Musholla Wakaf Al Mustafa. Semuanya terletak di wilayah Cipinang Lontar, Jakarta Timur.
Dalam protokol kerja disinfektan memang disarankan supaya tindakan intervensi Tim Relawan GMC19 dilakukan lintas agama.Setiap gereja yang meminta dilakukannya disinfektan, didorong untuk mengajak Pengurus Musholla, langgar, masjid terdekat, ataupun gedung ibadah agama lainnya yang berada di lingkungan gereja supaya menerima penyemprotan dilakukan di rumah ibadah mereka oleh Tim GMC19. Dengan begitu, musibah bersama ini bisa sekaligus mendekatkan relasi-relasi antaragama pada komunitas-komunitas basis. Sudah seharusnya agama-agama berdialog secara konkrit dalam kerja-kerja penanggulangan masalah kemanusiaan dan lingkungan. Covid19 tak beragama, karenanya jangan diagamakan untuk menimbulkan polarisasi, di saat semua pemeluk agama terpanggil bekerjasama untuk melawannya.
Di hari Minggu ini, saat sebagian besar orang di Jakarta memilih berdiam diri di rumah, Tim Relawan GMC19 bergerak menuju daerah target penyemprotan. Kali ini mereka terbagi dalam dua tim untuk melakukan penyemprotan di daerah Cililitan dan Pulo Gebang. Pada daftar petugas penyemprot, beberapa relawan wanita siap memanggul alat semprot disinfektan yang beratnya bisa mencapai 15 kg. Hujan tak menurunkan antusiasme mereka. Doa mengiringi kerja-kerja mereka. Dengan terjun langsung di lapangan, para relawan GMC19 bersaksi tentang kebaikan dan solidaritas Tuhan di tengah bencana. Begitu pula memberikan kepastian bahwa harapan tak pernah boleh surut terhadap kelangsungan bangsa ini. Setidaknya mereka meyakini, bahwa beginilah cara menjadi gereja, serta beribadah secara konkrit. Virus Covid19 bisa menghancurkan tubuh yang fana, namun tak berkuasa menghancurkan cinta dan solidaritas kemanusiaan.
Pewarta: Pdt. Jacklevyn Fritz Manuputty