Situasi Kebebasan Beragama dan kepercayaan di Indonesia Makin Buruk

PGI – Jakarta. Benedict Rogers mengatakan: “Indonesia termasuk negara di Asia yang makin buruk dalam situasi kebebasan beragama dan kepercayaan. Ini akan berdampak buruk dalam penegakkan Hak Asasi Manusia.” Hal itu dikatakan Rogers dalam suatu laporan yang dibahas dalam pertemuan FORSA (Forum Studi Cempaka) bekerjasama dengan Bidang Marturia PGI dan Yakoma-PGI, Senin (2/6/2014).

Lebih lanjut Rogers menyampaikan bahwa selama kunjungannya ke beberapa negara di Asia, khususnya Burma (sekarang Myanmar), Korea Utara, dan Indonesia,  yang mengalami berbagai permasalahan mengenai kebebasan beragama, ketiga negara tersebut memiliki rekor yang buruk dalam menjamin kebebasan beragama dan kepercayaan.

Benedict Rogers bekerja untuk lembaga non-pemerintah, Christian Solidarity Worldwide, di mana  lembaga ini bekerja untuk memproklamasikan kebebasan bagi semua kalangan, tanpa melihat latar belakang agama, kepercayaan, ras, dan golongan.

Rogers tidak terlalu percaya ada hirarki dalam HAM (Human Right). Kebebasan beragama dan kepercayaan dalam HAM merupakan salah satu fundamental.

Rogers sudah 15 tahun bekerja mengamati dan meneliti kebebasan beragama dan kepercayaan di Burma. Dalam beberapa tahun terakhir, ada perkembangan yang baik di Burma. Ia bertemu dengan pemuka agama Budha di Burma dan membicarakan tentang demo biksu di Burma. Di Burma masih berlangsung penyiksaan fisik dan mental. Sebenarnya orang-orang Muslim di Burma sudah lama menetap dan sudah sejak dahulu mereka hidup saling menghormati. Namun pada tahun terakhir ini, orang-orang Burma tidak memiliki kebebasan lagi untuk beragama.

Di Korea Utara, Rogers juga mengungkapkan kondisi kebebasan agama di sana paling buruk di antara negara-negara Asia. Orang-orang Korea tidak boleh menyembah siapapun dan apapun kecuali Kim Jong Un, Presiden mereka.

Lalu bagaimana dengan kondisi di Indonesia? Rogers melihat bahwa Negara RI sangat jauh berbeda kondisinya di awal-awal Kemerdekaan Indonesia.  Pada masa Kemerdekaan itu, para pendiri bangsa ini masih memiliki semangat pluralisme (keberagaman), tetapi kondisi sekarang jauh dari semangat tersebut. Dahulu Indonesia terkenal sebagai negara yang dapat menjadi contoh untuk kehidupan bertoleransi, tetapi sekarang semakin banyak terjadi intoleransi di beberapa wilayah di Indonesia.

Rogers menginginkan dunia internasional memberi perhatian terhadap kejadian di Indonesia. Kemudian ia meminta pemerintah Indonesia harus lebih peka terhadap isu-isu intoleran. Rogers menganggap pemerintah gagal untuk menghukum para pelaku intoleran yang menjadi aktor di balik peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan kepercayaan.

Penulis: Boy Tonggor Siahaan
Foto: Markus Saragih

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*