Sinjo Harry Sarundajang, Dubes RI untuk Filipina Berpulang

JAKARTA, PGI.OR.ID – Duta Besar Republik Indonesia untuk Filipina  Dr. Drs. Sinyo Harry Sarundajang berpulang ke pakuan Yang Maha Esa pada Sabtu (13/2).  Almarhum lahir di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara, 16 Januari 1945 dan mengembuskan napas terakhirnya di RS Siloam Jakarta, karena sakit.

Karier Sinyo Harry Sarundajang cukup panjang dalam pemerintahan. Diawali sebagai Kepala Biro Pemerintahan Setda Sulawesi Utara (Sulut) pada 1977. Ia juga pernah menjabat Pj Sekretaris Wilayah Daerah Minahasa (1978), Kepala Biro Penyelenggaraan Pemilu Sulut (1981) serta Sekda Minahasa (1983). Almarhum juga pernah menjabat sebagai Wali Kota Bitung (1986), Pj Wali Kota Madya Bitung (1990), Wali Kota Bitung (1991-200). Selepas itu, Sinyo Harry Sarundajang menjadi staf ahli mendagri bidang strategis pada (2000). Kariernya terus berlanjut pada 2002-2003 sebagai Pj Gubernur Maluku. Pernah pula menjabat Irjen Departemen Dalam Negeri pada 2001-2005, lalu Pj Gubernur Maluku Utara 2002.

Sinyo Harry Sarundajang juga pernah menduduki kursi Gubernur Sulut selama 2 periode, yaitu pada 2005-2015. Ia juga terpilih menjadi anggota Dewan Pers periode 2016-2019. Dan pada 20 Februari 2018, ia diangkat oleh Presiden Jokowi untuk menjadi Duta Besar RI untuk Filipina hingga akhir hayatnya.

Ungkapan duka

Putri almarhum Vanda Sarundajang dalam akun Facebook pribadinya mengungkapkan kepergian sang ayah dengan ungkapan, “Terpujilah Tuhan Yesus Sang Empunya hidup dan kehidupan! Selamat Jalan Papa-ku sayang….”

Selain kariernya dalam pemerintahan, almarhum juga dekat dengan gereja-gereja di Idnoensia. Bahkan nama almarhum tercatat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Gereja Protestan Minahasa atau Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM).

Ungkapan duka juga disampaikan Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Gomar Gultom dalam laman FB pribadinya.

Turut berdukacita atas berpulangnya Bapak Dr Sinyo Harry Sarundajang, Dubes RI untuk Filipina merangkap Kepulauan Marshall dan Palau.

Saya memiliki banyak kenangan bersama beliau saat beliau masih menjadi Gubernur Sukawesi Utara. Setiap saya ke Minahasa, jika beliau tahu, selalu saja beliau memberi perhatian atas perkunjungan ke sana. Dan, pulangnya selalu menitipkan sesuatu sebagai oleh-oleh. Beberapa kali saya dikejutkan karena saat checkin di bandara Sam Ratulangi tiba-tiba saja ajudannya datang membawa ragey untuk dibawa sebagai oleh-oleh. “Ibu tadi titipkan ini untuk Bapak”, demikian selalu Sang Ajudan berkata. Entah darimana beliau tahu, saya suka makan ragey.

Peran beliau sangat besar dalam mengatasi konflik berkepanjangan di Maluku, ketika beliau, ketika masa-masa sulit tersebut, menjadi pejabat gubernur Maluku (2003) dan pejabat gubernur Maluku Utara (2002).

Semoga segenap keluarga diberi kekuatan dalam menghadapi masa sulit ini.

“Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.” “Sungguh,” kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.” (Wahyu 14:13).

Pdt. Julianus Mojau, anggota Majelis Pekerja Harian PGI yang menyampaikan ungkapan dukanya di laman FB Ketum PGI, Beliau adalah Gubernur yang memiliki talenta khusus untuk mengatasi situasi sulit. Dia pernah menjadi Gubernur di Maluku Utara (dan kalau saya tidak salah di beberapa tempat yg mengalami konflik sosial) dan bisa mewujudkan Maluku Utara yang damai. Juga menarik pandangannya ttg peran politis pendeta di era transisi demokrasi. Hal ini saya pada saat beliau bawa cerah di sidang sinode GMIH tahun 2002. Semoga warisan kepemimpinan beliau yang suka mengatadi masalah sosial terus hidup dalam hidup dan karya para pemimpin publik di Indonesia.”

Sementara Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Bolaang Mongondow (GMIBM) Pdt. Christina Noula Raintama-Pangulimang, M.Th turut pula menyampaikan ungkapan duka di laman FB Ketum PGI, “Karya-karya almarhum untuk bangsa dan GMIBM telah tercatat dalam sejarah dan khususnya dokumen GMIBM. Pasti juga dalam buku kehidupan! RIP.”

Kedekatan Sinyo Sarundajang dengan gereja diungkapkan Sekum PGI Jacky Manuputty dalam tulisan dukanya.  “Dukacita yang dalam atas berpulangnya Pak Sinyo Harry Sarundayang. Beta dan warga Maluku mengenangnya sebagai  kareteker gubernur Maluku yang dikirim pada momen-momen paling kritis saat kerusuhan Maluku. Tak berlebihan untuk menyebutnya sebagai salah seorang ‘tokoh perdamaian Maluku’ yang saat itu secara total mendedikasikan dirinya untuk membantu penyelesaian konflik Maluku. Di tangan Sinyo, beberapa tokoh akar rumput yang dikenal garang berubah menjadi pendukung perdamaian. Pak Sinyo dekat dengan dua komunitas bersaudara di Maluku yang bertikai, bahkan setelah ia menjadi Gubernur Sulawesi Utara ia masih sering menghubungi atau mengundang kami ke Manado. Terakhir beta berjumpa dengannya dalam perjalanan ke Manila, tempat dimana ia mengabdi terakhir sebagai Dubes Indonesia untuk Philipina. ‘Apa kabar pendeta Jacky’, sapanya dengan ramah. Kami lanjutkan percakapan mengenai perkembangan Maluku paska konflik, diselingi tawa lepas saat mengingat masa-masa bekerjasama untuk membangun perdamaian Maluku. Selamat jalan dalam damai sorgawi, Pak Sinyo. Kiranya Allah menguatkan keluarga dan semua sahabat yang mengasihimu.

Sementara pesan dari Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih (GPPMP) menulis pesan, “Selamat Jalan ke Rumah Bapa di Sorga buat Bapak DR Sinyo Harry Sarundajang/Dubes RI utk Filipina, mantan Gub Sulut, Gub Maluku, Gub Malut, Irjen Depdagri & Walikota Bitung, juga Dewan Kehormatan GPPMP serta PA GMNI.”

Informasi yang diterima, jenazah akan diberangkatkan ke Manado, Sulut. Nantinya jenazah akan disemayamkan di Rumah Keluarga Sarundajang Laoh Tambuwun di Winangun.

Selamat jalan pak Sinyo, terima kasih untuk segala yang telah dilakukan bagi gereja.