Sinabung Kembali Menelan Korban. Gereja Dihimbau untuk Mengulurkan Tangan Sebagai Wujud Solidaritas

Awan panas dari letusan Gunung Sinabung yang menelan korban

JAKARTA,PGI.OR.ID-Sinabung kembali menelan korban. Sabtu (21/5/2016) pukul 16.48 Wib Gunung Sinabung meletus disertai luncuran awan panas, dan menelan korban warga Desa Gamber Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo yang berada di zona merah. Data sementara dari BPBD Karo, terdapat 9 orang terlanda awan panas, dimana 7 orang meninggal dunia dan 2 orang kritis dengan luka bakar terkena awan panas.

Ketujuh korban meninggal yaitu Karman Milala (60), Irwansyah Sembiring (17), Nantin Br. Sitepu (54), Leo Perangin-angin, Ngulik Ginting, Ersada Ginting, dan Ibrahim Sembiring. Sedangkan 2 orang masih dirawat, Cahaya Sembiring (75), dan Cahaya br Tarigan (45).

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menuturkan Tim SAR gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, PMI, relawan dan masyarakat terus melakukan pencarian korban dengan menyisir rumah dan kebun masyarakat. Tidak diketahui secara pasti berapa banyak masyarakat yang berada di Desa Gamber saat kejadian luncuran awan panas. Harusnya tidak ada aktivitas masyarakat. Namun sebagian masyarakat tetap nekat berkebun dan tinggal sementara waktu sambil mengolah kebun dan ladangnya.

Alasan ekonomi adalah faktor utama yang menyebabkan masyarakat Desa Gamber tetap nekat melanggar larangan masuk ke desanya. Pencarian dilakukan dengan tetap memperhatikan ancaman dari erupsi Gunung Sinabung. Letusan disertai awan panas masih sering terjadi sehingga membahayakan bagi petugas SAR.

Desa Gamber berada pada radius 4 km di sisi tenggara dari puncak kawah Gunung Sinabung yang dinyatakan sebagai daerah berbahaya atau zona merah. Berdasarkan rekomendasi PVMBG, Desa Gamber tidak boleh ada aktivitas masyarakat karena berbahaya dari ancaman awan panas, lava pijar, bom, lapilli, abu pekat dan material lain dari erupsi. Sejak 31/10/2014, Desa Gamber direkomendasikan sebagai daerah berbahaya dan masyarakatnya harus direlokasi ke tempat yang lebih aman. Masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas, termasuk untuk mengolah lahan pertanian di Desa Gamber, apalagi saat status Awas.

Sebanyak 1.683 KK (4.967 jiwa) masyarakat di 4 desa harus direlokasi tahap kedua yaitu Desa Gamber, Kuta Tonggal, Gurukinayan, dan Berastepu. Sambil menunggu proses relokasi, maka masyarakat ditempatkan di hunian sementara, dimana BNPB memberikan bantuan sewa rumah sebesar Rp 3,6 juta/KK/tahun dan sewa lahan pertanian sebesar Rp 2 juta/KK/tahun. Saat ini proses relokasi masih dilakukan. Adanya keterbatasan lahan menyebabkan relokasi tidak dapat dilakukan secara cepat.

Wujud Solidaritas

Menyikapi peristiwa tersebut, Sekretaris Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, MTh menyampaikan turut berduka cita kepada korban maupun keluarga yang ditinggal. Dan, menghimbau gereja-gereja untuk mengulurkan tangan sebagai wujud solidaritas.

“Penghargaan yang tinggi buat GBKP dan mereka yang tak kenal lelah membantu para pengungsi. Kita juga harus membangun solidaritas buat para pengungsi yang sudah tahunan hidup di pengungsian,” katanya.

Pdt. Gomar juga meminta kesungguhan negara untuk menanggulangi nasib para pengungsi yang sudah 6 tahun lebih tak menentu. Secara khusus menanggulangi kelanjutan anak-anak sekolah dan pembiayaan mahasiswa di luar Tanah Karo yang terancam putus kuliah karena keluarga tak lagi mampu membiayai.

 

Editor: Jeirry Sumampow