Sidang Sinode XXII Gereja Isa Almasih (GIA)

Pdt. Drs. Samuel Budi Prasetya, MSi memimpin ibadah pembukaan Sidang Sinode ke XXII GIA

PONTIANAK,PGI.OR.ID-Sidang Sinode XXII Gereja Isa Almasih (GIA) yang berlangsung di Pontianak pada tanggal 2-5 Agustus 2016, dibawah sorotan tema “Tuhan Mengangkat Kita dari Samudera Raya” (Maz. 71:20b), dan subtema “Percayakan Kepada Yang Dapat Dipercaya” (II Timotius 2:2). Sidang ini juga diselenggarakan dalam semangat perayaan hari ulang tahun GIA yang ke-70.

Saat pembukaan sidang, Ketua Umum PGI Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang dalam sambutannya kembali mengingatkan empat masalah pokok bangsa ini, di Sidang Raya di Nias yaitu Kemiskinan, Ketidakadilan, Radikalisme dan Kerusakan Lingkungan.

“Kita prihatin atas berbagai kasus kekerasan, pelecehan seksual, korupsi, kejahatan, pelbagai bentuk diskriminasi dan krisis kepercayaan yang semakin merebak di tengah bangsa kita. Semuanya ini menjauhkan bangsa kita dari suasana damai sejahtera karunia Allah. Sebagai gereja, kita tidak mungkin berdiam diri. Bersama-sama dengan semua anak bangsa, kita harusnya peduli terhadap sesama, menjauhkan diri dari sikap individualistis serta kerakusan materi yang semakin menguasai banyak orang,” jelasnya.

Sebab itu, sebagai gereja-gereja anggota PGI, termasuk GIA, bertekad untuk menumbuhkembangkan “spiritualitas keugaharian”, yakni sebuah spiritualitas atau relasai dengan Allah yang dibangun berdasarkan keyakinan iman bahwa rahmat Tuhan cukup untuk semua ciptaanNya, dan Kristus telah meneladankan kepada kita untuk berbagi dengan orang lain, hal yang digerakkan oleh semangat kasih Allah yang tidak bertepi. Kitapun didorong untuk mewujudnyatakan kebenaran Allah serta kesejahteraan bagi semua manusia, apapun latar belakangnya, dan berupaya keras memelihara segenap ciptaan Tuhan yang dipercayakan kepada kita untuk mengelolanya.

Terkait Subtema sidang Sinode XXII GIA: “Percayakan pada Orang yang Dapat  Dipercaya” (2 Timotius 2:2), menurut Pdt. Henriette Lebang, ingin mengajak kita untuk mensyukuri kepeduliaan Allah yang mau memakai kita menjadi teman sekerjaNya. Ini berarti Allah mempercayakan pelayanan pendamaian kepada kita. (band. II Kor. 5:18).

“Sama seperti yang Paulus lakukan kepada Timotius, kita pun diajak untuk berbagi tugas dan tanggung jawab kepada orang yang dapat dipercaya dalam pelayanan gereja secara internal, maupun di tengah dunia, sesuai dengan talentanya masing-masing. Paulus tahu bahwa tugas ini tidak mudah, namun ia mempercayakannya kepada Timotius, sambil terus mendukungnya terutama dalam menghadapi berbagai tantangan,” katanya.

Kita pun didorong untuk menjadi pribadi yang dapat dipercaya, bertanggung jawab serta memperlihatkan karakter yang jujur, adil, dan dapat dipercaya, baik dalam merajut kehidupan bersama dalam jemaat maupun dalam membangun bangsa yang bebas dari praktik-praktik korupsi, kekerasan, pelecehan terhadap orang lain dan berbagai bentuk ketidakadilan sosial. Menjadi pribadi atau murid Kristus yang dapat dipercaya mensyaratkan kesediaan dan keberanian untuk mempercayakan diri kepada Kristus, walaupun jalan hidup kita ke depan tidak selalu kasad mata.

“Inilah hidup yang beriman, yakni dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. (Ibrani 11:1)  Semoga kita ditemukan setiap saat sebagai sahabat-sahabat Kristus yang setia,” ujarnya.