JAKARTA, PGI.OR.ID – Seni bertutur memiliki kekuatan yang tidak dapat dipandang remeh. Salah satu contohnya adalah kisah seribu satu malam tentang seorang ratu yang menceritakan serantai kisah-kisah yang menarik pada sang suami/sang raja, untuk menunda hukuman mati atas dirinya. Kisah-kisah ini diceritakannya dalam waktu seribu satu malam dan setiap malam sang ratu mengakhiri kisahnya dengan akhir yang menegangkan sehingga sang raja pun selalu menangguhkan perintah hukuman mati terhadap diri sang ratu.
Inilah yang juga diyakini oleh kang Wawan Gunawan dari Jakatarub, mbak Fatma Utami Jauharoh yang adalah mahasiswa fakultas Ushuludin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Jakarta dan Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo selaku dosen Psikologi Universitas Pembangunan Jaya, Tangerang.
Ketiga narasumber ini dengan buku Dialog 100, Merayakan Perbedaan Merajut Perdamaian dan Perjalanan Menjumpai Tuhan berbagi dalam Diskusi Buku dan Temu Pemuda Cinta Kebhinekaan yang digelar pada Sabtu (22/8) di Gereja Kristen Pasundan (GKP) Tanjung Barat.
Mengangkat tema Refleksi 70 Tahun Indonesia Merdeka: Merayakan Perbedaan, Merajut Perdamaian. Acara diawali dengan upacara peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia yang ke-70 yang dihadiri pemuda remaja lintas agama. Pemuda & remaja yang hadir pun setuju jika keragaman khususnya keragaman agama perlu dirayakan sebagai kekayaan negeri ini dan dapat dimanfaatkan untuk merajut perdamaian.
Keberagaman agama atau kepercayaan dapat disikapi secara positif untuk menciptakan kerjasama di antara pemeluknya khususnya sesama orang muda. Perjumpaan sesama orang muda dengan agama dan kepercayaan lain itulah yang diceritakan dalam ketiga buku ini, Dialog 100 bertutur tentang persahabatan lintas iman, sebuah pengalaman keseharian dalam komunitas Jakatarub di Bandung.
Perjalanan Menjumpai Tuhan adalah refleksi pendidikan agama yang coba didekati dengan cara yang berbeda oleh mahasiswa Univeristas Pembangunan Jaya. Merayakan Perbedaan Merajut Perdamaian adalah buah tulisan dari kunjugan ke berbagai rumah ibadah yang dibahasatuliskan oleh peserta Peace in Diversity yang adalah pemuda lintas agama. Program kerjasama Departemen Pemuda Remaja PGI, Indonesian Conference On Religion and Peace (ICRP) dan The Wahid Institute.
Benih-benih toleransi dalam diri orang muda dengan hadirnya ketiga buku ini dapat disemai sehingga di waktu mendatang dapat kita petik pemimpin-pemimpin yang terus merayakan kekayaan perbedaan yang dimiliki dan menghasilkan sebuah jalinan perdamaian yang sulit untuk dilepas rajutannya oleh berbagai terpaan isu intoleransi.
Inilah pahlawan-pahlawan muda bangsa ini yang mengisi kemerdekaan dengan bertutur sehingga makin berwarnanya sejarah bangsa ini menambah kisah patriotisme para pahlawan revolusi yang kita rayakan buahnya di hari kemerdekaan ini. Selamat ulang tahun negeri tercinta, terima kasih pahlawanku dan teruslah melangkah para pemuda menyemai kekayaan keragaman iman. (Kontributor: Johny Louhenapessy/Aktivis Pemuda GKI)