MEDAN,PGI.OR.ID-Biro Perempuan dan Anak-Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (BPA-PGI) bersama Komisi Perempuan Sinode Gereja Methodis Indonesia (GMI), melaksanakan kegiatan Seminar dan Lokakarya Pendidikan Politik Perempuan, 9-11 Agustus 2017 di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Methodis, Medan, dan di Sibiru-biru, Medan, Sumaterta Utara.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta seminar dan lokakarya tentang politik dari perspektif teologi dan pengertian politik secara umum, berbagi informasi dan berdiskusi tentang perkembangan politik secara umum dan khususnya tentang partisipasi perempuan dalam politik, menumbuhkan kesadaran dan minat peserta untuk berpartisipasi yang setara dan adil dalam politik, serta memformulasikan materi dan draft/konsep panduan yang dibutuhkan dalam pendidikan politik perempuan gereja.
Seminar dan Lokakarya Pendidikan Politik Perempuan diawali dengan ibadah pembukaan. Dalam khotbahnya yang terambil dari Hakim-hakim 4:1-24, Bishop GMI Darwis Manurung menilik sosok Debora, seorang perempuan yang punya peran penting dalam Alkitab.
“Debora adalah sosok yang tegas dan berkarakter pada zaman itu. Bicara tentang kesetraaan gender sebetulnya dalam Alkitab telah menuliskan bahwa perenpuan juga sudah punya peran, selain Debora ada juga Eshter dan lainnya. Untuk kondisi sekarang kkita juga bisa melihat sudah mulai ada peran-peran perempuan di lembaga belajar di gereja. Harapan saya semua peserta dapat pembelajaran tentang apa itu politik perempuan,” jelasnya.
Sementara itu, mewakili Yayasan Pendidikan Drs. Bastian Manurung, MPd dalam sambutannya menegaskan, melalui seminar ini, perempuan dapat memahami politik menuju setara dan adil. “Kita sudah menyaksikan bahwa sekarang ini peran perempuan cukup banyak dalam posisi strategis. Terimakasih untuk PGI yang sudah bersedia bekerjasama dengan GMI untuk melakukan kegiatan ini,” katanya.
Sedangkan Ketua PGI Pdt. Pdt. Tuhoni Telaumbanua dalam sambutannya kembali mempertegas pentingnya peran perempuan dalam politik. Meski demikian dia (perempuan, red) harus berkarakter, sehingga memiliki banyak peluang yang lebih besar.
Lokakarya yang akan dilaksanakan dihari kedua dan ketiga akan membahas 5 tematik topik. Lokakarya tersebut diawali dengan setiap fasilitator mempresentasikan topik masing-masing kepada para peserta. Dan setelah lima topik lokakarya dipresentasikan, lalu para peserta dibagi dalam 5 kelompok sesuai dengan topik lokakarya tersebut. Selanjutnya, setiap kelompok berdiskusi dan membuat hasil rumusan diskusi sesuai dengan topik masing-masing.
Diharapkan rumusan yang dibuat tidak sekedar bullet point tetapi suatu rumusan yang lengkap dalam paper. Hasil diskusi akan dipresentasikan dalam forum. Melalui lokakarya tersebut diharapkan akan menghasilkan draft/konsep panduan tentang pendidikan politik perempuan.
Ada 4 topik untuk seminar antara lain Kajian Teologi Politik Kristen oleh Pdt. Tuhoni Telaumbanua, Ketua PGI, Pemetaan Situasi Politik Perempuan oleh Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH, Mli, dan Kerangka Kebijakan untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan di Ranah Publik, oleh Achmad Firdaus Hutasuhut, Kesbangpol Prov. Sumut, kemudian Isu-isu dan Tantangan Utama Terhadap Perempuan/Keterwakilan Perempuan dalam Kehidupan Politik. Sesi ini presentasi panel, oleh Siska Batimbung, SH Advokat dan Konsultan, Dr. Ria N. Telaumbanua, MPH, Kadis Pengendalian kependudukan dan KB Prov. Sumut.
Lebih dari 300 orang peserta yang merupakan perwakilan gereja-gereja dan akademisi dari sekolah-sekolah teologi di wilayah Sumatera Utara, mengikuti kegiatan ini.