LUWU,PGI.OR.ID-Pesta Jubileum senantiasa mengingatkan kita akan makna terdalam dari pembebasan, yakni pembebasan dari segala belenggu yang membebani manusia, agar dengan itu ia bebas menghampiri hadirat Allah. Dalam kaitan inilah Yesus memberitakan telah tibanya tahun rahmat Tuhan, tahun pembebasan tersebut, yang ditandai dengan pembebasan bagi orang-orang yang tertindas, penglihatan bagi orang-orang buta dan lain-lain.
Demikian sambutan Pdt. Gomar Gultom, MTh, Sekretaris Umum PGI dalam perayaan Pesta Jubileum 50 Tahun Gereja Protestan Indonesia Luwu (GPIL), Sabtu (6/2).
“Intinya, Jubileum atau tahun rahmat Tuhan itu, merupakan kabar baik bagi orang-orang miskin, lemah dan menderita. Itu berarti berjubelium adalah sebuah gerak keluar: menjangkau masyarakat di sekitar. Jubileum akan kehilangan makna manakala dia berpusat pada ibadah, pesta dan seremoni. Itu sebabnya saya sangat mengapresiasi pilihan subtema Perayaan Jubileum 50 Tahun GPIL ini, yang mengingatkan kita bahwa penyembahan dan persekutuan kita haruslah diarahkan bagi upaya menjadikan gereja sebagai berkat: “Bertolongtolonganlah!,” ujarnya.
Lebih jauh Pdt. Gomar menjelaskan: “Jubileum ini hendak mengingatkan kita semua untuk bergerak keluar, “ekklesia”, untuk hadir di tengah masyarakat dengan beragam problematiknya. Oleh karena itu, saya menyambut dengan gembira penyelenggaraan Pesta Jubileum ini, sebagai ungkapan kolektif seluruh warga jemaat GPIL mewartakan telah tibanya tahun rahmat Tuhan bagi masyarakat di sekitar. Dan perayaan ini pastilah akan mendorong tekad seluruh warga GPIL untuk lebih mengembangkan lagi pelayanan bagi masyarakat Luwu dan Indonesia.”
Menurutnya, pilihan tema “Tuhan Mengangkat Kita dari Samudera Raya”, juga menunjukkan komitmen GPIL untuk ikut bersama-sama dengan pergumulan gereja-gereja di Indonesia. Rumusan tema ini adalah sebuah pengakuan iman, sekaligus harapan, sebagaimana diungkapkan oleh Sidang Raya PGI XVI/2014 di Nias. Ini adalah sebuah kesaksian bahwa Tuhan menatang gereja-gereja di Indonesia dari kedalaman samudera raya bumi, dari belenggu dosa dan cengkeraman maut. Tapi dia juga sebuah komitmen, bahwa gereja-gereja yang telah mengalami “pengangkatan” Tuhan itu, bertekad membawa masyarakat Indonesia dari ancaman ragam samudera raya, yakni kemiskinan, ketidakadilan, meningkatnya radikalisme dan kerusakan ekologis.
“Pemilihan tema ini mengungkapkan kehendak GPIL untuk ikut mengimplementasikan komitmen itu, sebagai bentuk syukur atas 50 tahun perjalanan bersama ber-GPIL. Gereja-gereja di Indonesia mengkonstantir bahwa akar dari semua samudera raya itu adalah kerakusan. Kerakusan telah sebegitu rupa mencengkeram perilaku kita, sehingga tidak pernah berkata cukup,” paparnya.
Dalam kaitan inilah, lanjut Pdt. Gomar, PGI mengajak semua gereja-gereja, termasuk GPIL, untuk mengembangkan Spiritualitas Keugaharian, sebagai kontras terhadap budaya kerakusan tersebut. Spiritualitas Keugaharian ini mewujud setidaknya dalam tiga dimensi, pertama, pengendalian dan penguasaan diri hingga mampu berkata “cukup!” dan tidak mengambil yang bukan haknya. Kedua, kesediaan untuk berbagi-bertolongtolonganlah!. Ketiga, keikutsertaan dalam menentangi sistem, struktur dan kebijakan yang menghalangi orang menggapai kecukupannya. Pilihan tema dan subtema Jubileum ini mengharuskan kita mengkaji ulang bentuk-bentuk kehadiran kita sebagai gereja dewasa ini.
“Bagaimanakah kita meresponi prakarsa Tuhan yang telah mengangkat kita, itulah pertanyaan yang mesti hidup bagi kita dalam Perayaan Jubileum kita ini. Kiranya perayaan Jubileum ini juga menyemangati dan menginspirasi kita semua dalam mengimplementasikan tahun rahmat itu, agar dengan demikian kita semua dapat bersukacita merayakan rahmat Tuhan yang tak berkesudahan itu,” tegasnya.
Editor: Jeirry Sumampow