AMBON, PGI.OR.ID – Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) Pendeta Dr John Ruhulessin dengan tegas menolak stigmatisasi saat Pilkada erentak di Maluku berpotensi tidak aman. Hal tersebut disampaikan saat menjawab pertanyaan jurnalis di Ambon hari ini, Kamis (3/9).
Pernyataan Ketua Sinode GPM ini merupakan sebagian dari isi konferensi pers dengan awak media di Maluku menyambut perayaan HUT ke-80 GPM yang jatuh pada tanggal 6 September 2015 mendatang. Konferensi pers digelar di rumah kopi Joas, hadir Ketua Sinode Pendeta John Ruhulessin yang didampingi Ketua Hari Raya Gerejawi (PHRG) GPM, Drs Lucky Wattimury, M.Si.
Menurut Ketua Sinode GPM yang pernah menjadi anggota KPUD Maluku itu, masyarakat Maluku tidak boleh terprovokasi dengan sinyalemen bahwa Pilkada serentak yang akan berlangsung Desember nanti berpotensi tidak aman.
“Kita sudah membuktikan bahwa pasca peristiwa 1999, Maluku dapat menyelenggarakan Pemilukada dengan aman. Mengapa kok tidak melihat realitas itu?” tambahnya.
Lalu lanjutnya, “Mengapa pilkada yang ricuh di daerah-daerah lain tidak distigmatisasi, kok di Maluku seakan-akan ini dunia mau kiamat?”
Ketua sinode yang sudah sepuluh tahun memimpin GPM ini juga mengajak seluruh warga masyarakat dan para tokoh agama-agama di Maluku untuk terus merawat perdamaian.
“Orang Maluku itu cinta damai, hidup orang basudara yang terbingkai dalam falsafah ale rasa beta rasa itu kekuatan yang perlu dibanggakan, apapun tantangan yang kita hadapi, kata penulis buku yang berjudul ‘Etika Publik, Menggali dari Tradisi Pela di Maluku‘.
Pada kesempatan itu pula Pendeta Ruhulessin menyampaikan terima kasih yang tulus atas relasi dan kerjasama basudara Muslim, Hindu, Budha dan Konghucu yang selama ini terjalin dengan GPM. Bahkan bersama-sama pemerintah dan seluruh elemen masyarakat membangun peace and trut di negeri Siwalima ini.