Sekitar 5.000 umat Kristiani berunjuk rasa di kota Lahore, Pakistan pada Senin, memblokir jalan-jalan dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah dalam aksi protes hari kedua menyusul bom bunuh diri di dua gereja yang menewaskan 15 orang dan menyebabkan puluhan terluka.
Ledakan mematikan itu terjadi secara bersamaan di luar Gereja Katolik Santo Yohanes dan Gereja Kristus di Youhanabad, sebuah kawasan yang menjadi rumah bagi lebih dari 130.000 orang Kristen.
Menteri Dalam Negeri Punjab Shuja Khanzada menyebutkan korban tewas mencapai 15 orang.
Dia mengatakan bom meledak di luar gereja setelah dihadang oleh petugas keamanan.
“Seluruh negeri ini berduka dengan saudara-saudara Kristen kita dan penyelidikan telah dimulai terkait insiden tersebut. Orang yang terlibat dalam konspirasi ini akan segera diselidiki,” kata Khanzada.
Kepala Kepolisian Punjab Mushtaq Sukhera mengatakan bahwa pelaku pembom itu gagal untuk mencapai sasaran mereka.
“Jika mereka berhasil memasuki gereja, kerusakan luar biasa akan terjadi mengingat sekitar 800 umat, termasuk perempuan dan anak-anak, berada di dalam gereja,” katanya.
Faksi Jamaat-ul-Ahrar Taliban menjelaskan ledakan itu sebagai serangan bunuh diri dan bersumpah untuk melanjutkan kampanye mereka untuk penegakan hukum Syariah, dalam sebuah pernyataan email kepada media.
Tak lama setelah ledakan itu, ribuan orang Kristen marah dengan memblokir jalan-jalan.
Pada Minggu, di Karachi para demonstran turun ke jalan-jalan di Essa Nagri, Qayumabad, Shara-e-Faisal dan daerah lainnya. Sekitar 300 demonstran berkumpul di Press Club, mengecam pemerintah Nawaz Sharif dan menyerukan penangkapan mereka yang bertanggung jawab atas serangan itu.
“Kami sangat mengecam serangan tidak manusiawi ini pada gereja Katolik, dimana banyak orang Kristen menjadi martir,” kata Pastor Amjad Farooq, pendiri dan ketua Faith Prayer Ministries, sebuah organisasi evangelis.
“Kami menuntut agar pemerintah Punjab dan Islamabad mengendalikan para teroris, yang melakukan serangan dengan impunitas,” katanya.
Masyarakat sipil dan aktivis hak juga mengadakan tuguran di Numaish Chowrangi, Karachi untuk mengungkapkan solidaritas dengan keluarga para korban.
Pastor Saleh Diego, juru bicara Keuskupan Agung Karachi, mengecam keras serangan tersebut.
“Kami mengecam peristiwa yang telah terjadi di Youhanabad, Lahore,” kata Pastor Diego.
Dia mengatakan semua sekolah misionaris di Pakistan ditutup pada Senin sebagai protes terhadap serangan teroris itu.
Salim Michael, anggota badan HAM Gereja Katolik, Komisi Nasional Keadilan dan Perdamaian (NCJP), menyesalkan bahwa pemerintah federal maupun pemerintahan provinsi tidak mengindahkan seruan Mahkamah Agung meminta keamanan dilakukan di tempat-tempat ibadah bagi komunitas minoritas.
“Kami tidak akan menyaksikan peristiwa hari ini jika pemerintah telah melakukan tugasnya dengan baik,” katanya.
Protes juga diadakan di Hyderabad, Faisalabad, Multan, Peshawar dan kota-kota lainnya. Pemerintah Provinsi Punjab dan Provinsi Sindh mengumumkan hari berkabung pada Senin.
Dalam pernyataan pers, NCJP mengecam pemerintah federal dan provinsi untuk mengabaikan permintaan untuk keamanan yang lebih baik dan meminta mereka untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan di gereja dan agama-agama minoritas di Pakistan.
Pengurus gereja Youhanabad meminta pemerintah dan polisi untuk meningkatkan keamanan menyusul berbagai ancaman, kata NCJP.
Sebagai akibat dari kelalaian ini, banyak orang Kristen telah kehilangan nyawa mereka dan orang yang mereka cintai, kata pernyataan itu.
Dalam pernyataan bersama, Ketua NCJP Pastor Emmanuel Yousaf dan Direktur Eksekutif Cecil Shane Chaudhry menyerukan perlindungan yang lebih baik dari kaum minoritas.
“Kita sebagai bangsa harus berpihak pada keluarga korban dan menghentikan ekstremisme bersama-sama; penyalahgunaan agama sebagai alasan untuk membunuh minoritas harus dihentikan.”
Sementara itu, dalam sebuah pesan kepada komunitas Kristen, Perdana Menteri Nawaz Sharif mengatakan pemboman itu merupakan serangan terhadap negara Pakistan.
“Komunitas Kristen kami telah berkontribusi bagi ibu pertiwi khususnya di sektor sosial dan kami memandang mereka dengan rasa hormat dan bangga,” tulis siaran pers yang mengutip perdana menteri itu.
“Kemarahan dan kesedihan yang ditunjukkan oleh komunitas Kristen pasca insiden tragis ini telah memperkuat tekad pemerintah untuk melawan ancaman terorisme,” katanya.
Paus Fransiskus juga mengecam dua serangan bunuh diri tersebut dan menuduh dunia ”bersembunyi” dengan penganiayaan terhadap orang-orang Kristen.
“Gereja-gereja Kristen dan orang Kristen dianiaya, saudara-saudara Kristen kita menumpahkan darah mereka hanya karena mereka adalah orang Kristen,” kata Paus setelah doa Angelus mingguannya di Roma pada hari Minggu..
“Saya berdoa kepada Tuhan … semoga penganiayaan terhadap orang Kristen – segera berakhir dan ada perdamaian,” tambahnya.
Sumber: ucanews.com