Rejoagung, Desa Kristen di Kota Santri

PGI.OR.ID – Toleransi sudah menjadi keseharian mayarakat Indonesia, salah satunya tampak dalam kehidupan warga di Desa Rejoagung Jember, Jawa Timur.  Sebuah desa yang penduduknya beragama Kristen di Jember kota santri.

Menurut catatan sejarah desa, Rejoagung awalnya adalah hutan yang kerapkali banjir karena terletak di Tanggul Selatan. Rejoagung sendiri berasal dari kata Rejo yang berarti ramai atau banyak dan Agung yang dapat dimaknai sebagai air.

Rejoagung dirintis untuk daerah pemukiman oleh Marwi Kertawirya bersama 6 kepala keluarga lainnya pada sekitar tahun 1907. Setelah mendapat izin dari pemerintah wilayah Belanda di Bondowoso. Surat ijin diberikan dengan syarat untuk daerah pemukiman dan harus membawa misi keagamaan.

Olehnya, Marwi dan kawan-kawan pun meninggalkan desa asal, Kertorejo dan Bongsorejo di Mojowarno  untuk mengembangkan Desa Rejoagung dan mengabarkan kabar baik.

Seiring dengan bertambahnya penduduk maka pada 1912 didirikanlah gereja yang menjadi cikal bakal Gereja Kristen Jawi Wetan di Rejoagung, dengan jumlah jemaat awal 22 kepala keluarga. Kehadiran gereja yang diniatkan memang untuk menjunjung tinggi toleransi lintas agama dan adat istiadat.

Sebagai daerah yang homogen, dengan penduduk sebagian besar beragama Kristen, tantangan terbesar adalah kesediaan untuk membuka diri dan menerima perbedaan, seperti yang disampaikan Pdt. Rena yang melayani di GKJW  Rejoagung,  “Tantangan yang dihadapi dalam merawat toleransi adalah karena kami satu desa hampir 100% warga Kristen maka kami harus berjuang untuk membangun relasi dengan saudara-saudara yang berbeda agama. Kami harus berjuang keluar untuk bisa membangun hubungan persaudaraan dengan yang lain. Supaya keberadaan kami di kenal dan kami pun bisa mengenal yang lain tanpa ada sikap saling mencurigai dan memusuhi.”

Kesediaan untuk membuka diri sepertinya sudah menjadi keseharian dari warga Rejoagung, khususnya jemaat GKJW  Rejoagung.  Salah satu contohnya adalah saling berkunjung saat perayaan hari raya agama. “Sebelum ada Covid ketika perayaan hari raya, kami selalu saling berkunjung dengan saudara beda agama,”  Pendeta Rena menambahkan.

Saat ini, di Desa Rejoagung tak hanya  warga beragama Kristen saja  tetapi juga warga Muslim dan Katolik. Pendeta Rena yang baru melayani di GKJW Rejoagung mulai November 2020 menyampaikan bahwa relasi sosial kemasyarakatan berjalan dengan baik dan saling menghormati antara satu dengan yang lain, hubungan dengan desa lain pun berjalan dengan baik.

Berbagai kegiatan diadakan di gereja dalam rangka merawat toleransi, salah satunya seperti  pertemuan dengan Peace Leader dan Gusdurian Jember yang dilakukan pada Selasa, 2 Februari 2021. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 30 orang, untuk berdiskusi dan berbagi cerita dalam upaya merawat toleransi. “Pertemuan hari ini juga menjadi contoh nyata perjuangan kami untuk mengenal, menghargai dan mencintai sesama yang berbeda dengan kami,”  kata Pendeta Rena lulusan dari  Fakultas Teologi UKDW.

Toleransi yang terus terawat dan nampak dalam keseharian tak hanya indah tetapi menjadi daya dukung terwujudnya kesejahteraan seperti sebuah lagu dari Kidung Pasamuan Kristen nomer 319 yang mengiringi video dokumentasi pertemuan lintas agama di Gereja Rejoagung  Endahe Pasuduluran :

 

Endahe Pasuduluran / Indahnya Persaudaraan

Endahe saduluran manut rehing Pangeran, / Indahnya Persaudaraan sesuai kehendak Tuhan

sami dene ngajeni, wah mbiyantoni  / Saling menghargai dan membantu

nadyan beda agama wah beda golongannya / Meskipun berbeda agama dan golongan

tunggal rasa pambekan pri kamanungsan, / Satu rasa untuk kemanusiaan

 

Reff :

kluwung pindhanya endah ing warna, / Pelangi yang menampakan keindahan warnanya

nyawiji mbangun urip kang adya, tentrem raharja  / bersama membangun kehidupan yang adil, tenteram, makmur

 

Kerukunan dan toleransi di Desa Rejoagung ini adalah sebuah upaya memupuk dan merawatnya sehingga lestari. Semoga.

Artikel ini ditulis bekerjasama dengan PUSAD Paramadina dan didukung GUYUB – UNDP.

 

Pewarta : Nugroho Agung