Press Release: Pernyataan Kapolri Sangat Tidak Patut

PRESS RELEASE
Pernyataan Kapolri Sangat Tidak Patut

Dua hari berturut-turut telah terjadi penyerangan terhadap kelompok masyarakat yang sedang beribadah, di Yogyakarta. Pertama terjadi di rumah Julius Felincianus (54) di perumahan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIE YKPN), dusun Tanjungsari, desa Sukoharjo, kecamatan Ngaglik. Padahal Kamis (29/5) malam itu sedang berlangsung doa rosario dan latihan paduan suara di rumah Julius. Peristiwa kedua adalah perusakan bangunan di Dusun Pangukan, Desa Tridadi, Kecamatan Sleman, Minggu (1/6) yang dipakai untuk menjalankan kebaktian. Penyerangan tersebut dilakukan oleh kelompok masyarakat yang menggunakan simbol-simbol agama tertentu, dengan alasan bangunan tersebut tidak ada ijin.

Kejadian ini sangat mengejutkan, karena Yogyakarta selama ini merupakan tempat yang aman dan bersahaja. Masyarakat pendatang sebagian besar adalah mereka yang mencari Ilmu atau studi di sana. Yogyakarta sangat kental nuansa budaya yang “nrimo” dengan masyarakat dari berbagai wilayah nusantara. Dengan pimpinan daerah yang telah menjadi simbol pluralitasnya, selama ini di Yogyakarta tidak ada masalah keamanan yang berarti. Sayangnya kedua peristiwa ini telah mencoreng wajah sejuk Yogyakarta yang mestinya dijadikan contoh sebuah kultur masyarakat Indonesia yang berperadaban. Persoalan lain tentunya adalah mengapa peristiwa ini terjadi pada momentum menjelang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden?

Sudah sekilan lama dan banyak terjadi peristiwa kekerasan dan penyerangan terhadap rumah ibadah dan kegiatan peribadatan umat beragama di negara ini. Akan tetapi kita melihat juga fakta bahwa ketidaktegasan aparat keamanan ~untuk tidak menyebutnya pembiaran ~ terhadap pelaku tindak kekerasan. Mestinya hukum dengan alat penyelenggara hukum bisa menjangkau dan memproteksi bahkan memberikan efek jera sehingga tidak terjadi lagi tindakan brutal semacam itu, namun hal mana bisa dikatakan “jauh api dari panggang”. Negara dan alat-alat negara tidak melakukan tindakan penanganan yang berarti sehingga tindak kekerasan tak terhindarkan bahkan menelan korban jiwa dan harta benda.

MPH PGI sangat menyayangkan pernyataan Kapolri, Jenderal Sutarman atas peristiwa yang terjadi di Yogyakarta. Seperti diberitakan oleh berbagai media massa (http://www.beritasatu.com/nasional/187576-soal-penyerangan-di-yogyakarta-kapolri-rumah-jangan-jadi-tempat-ibadah.html). Pernyataan yang tidak sepatutunya dilakukan oleh seorang pejabat negara yang bertugas melayani masyarakat sesuai dengan kaidah-kaidah hukum dan perundang-undangan yang terjadi di negara. Ini salah satu bukti bahwa alat-alat negara tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Jika alat negara tidak berfungsi secara baik, maka sudah sepatutnya dilakukan tindakan pembenahan terhadap sistem dan orang yang bertanggung jawab di dalamnya.

MPH PGI juga menyatakan keprtihatianan atas tindak kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang mengatasnamakan agam tertentu. Masyarakat harusnya menghormati hukum dan perundang-undangan yang berlaku di negara ini. Jangan ada kelompok masyarakat yang melakukan tindakan main hakim sendiri karena hal itu tidak sesuai dengan moralitas dan peradaban masyarakat bangsa kita.

Kami juga menyatakan simpati kepada para korban dan berpesan untuk tetap memberi pengampunan kepada mereka yang telah melakukan tindakan kekerasan. Mari kita sama-sama ciptakan kehidupan masyarakat bangsa yang damai dan saling menghormati sebagai wujud ibadah kita kepada Tuhan Yang Maha Esa.

 

Henrek Lokra, M.Si

Kepala Biro LITKOM PGI

 

Lampiran (unduh di sini):

  1. Press Release: Pernyataan Kapolri Sangat Tidak Patut
  2. Surat Kepada Kapolri
  3. Surat Kepada Gubernur D.I. Yogyakarta

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*