Press Release Memperingati Hari Bumi Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan PGI

Kuasa Paskah dan Kebangkitan Gereja untuk Bumi

 

Salam Sejahtera dalam Yesus Kristus,

Hari ini tanggal 22 April, secara kolektif di seluruh dunia kita memperingati hari Bumi. Sebuah hari yang semestinya menjadi hari yang layak untuk dirayakan dan sekaligus menjadi hari yang penuh refleksi bagi gereja dan segenap umatnya. Tradisi peringatan hari Bumi ini diawali pada tahun 1970 sebagai moment refleksi soal keadaan Bumi yang makin memprihatinkan dan membutuhkan perlakukan yang lebih baik dari manusia.

Kerusakan bumi ditengarai dengan naiknya suhu udara, yang diperkirakan selama 100 tahun ini naik sebesar 2 derajat celcius, saat ini kita mengenalnya dengan pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim yang membawa pengaruh buruk pada lingkungan (bencana alam, naiknya permukaan air laut), kesehatan, dan kedaulatan pangan kita. Kenaikan yang seolah-olah hanya sedikit tersebut, efeknya sangat besar bagi kehidupan manusia. Dan hal ini membuat manusia dan seluruh penghuni bumi makin menderita, terutama bagi masyarakat yang miskin.

Bencana bersifat antropogenic, yang berarti faktor manusia menjadi penyebab yang utama. Maka, secara pribadi, langsung maupun dan tidak langsung kita manusia memiliki kontribusi pada kerusakan bumi. Jika kita melihat lebih jauh, hal ini terjadi karena keserakaha kita sebagai manusia. Maka dari itu, spirit keugaharian yang dikenalkan oleh Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia menjadi relevan memang untuk dilakukan dan dihayati untuk menjadi gaya hidup yang melakukan pertobatan ekologis. Spirit keugaharian yang berani mengatakan cukup, sehingga tidak ada lagi keserakahan yang akan membuat bumi semakin menderita dan rusak.

Dalam semangat Kebangkitan Kristus yang membebaskan kita dari Kuasa Kematian, hendaknya menjadikan kita bangkit dari segala bentuk keserakahan yang membuat bumi semakin rusak. Pada momentum Hari Bumi ini kami mengajak seluruh warga gereja dan masyarakat umum untuk:

  1. Ikut serta dalam karya Allah untuk menjaga, memelihara bumi. Hal ini dikarenakan sejak penciptaan Allah telah menunjukkan kepada manusia bahwa manusia adalah bagian dari alam lingkungan hidupnya. (Kejadian 1-2). Dalam Kejadian 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. Ayat firman Tuhan ini, menyiratkan maksud tujuan Allah menciptakan manusia khususnya dan alam semesta pada umumnya. Ia menciptakan semuanya itu baik adanya, bahkan manusia diciptakan amat baik, karena menurut gambar dan rupa-Nya. Berikutnya, Allah menugaskan manusia untuk menguasai semua makhluk ciptaan-Nya, baik ikan di laut, burung di udara, ternak dan binatang melata di darat. Dengan demikian, posisi manusia benar-benar sebagai pemegang mandat Allah untuk menjadikan semua ciptaan-Nya memenuhi azas manfaat. Itulah makna “baik” dan “amat baik”, agar dengan cara ini Allah pun dimuliakan.
  2. Ikut melakukan aksi yang dimulai dengan diri sendiri, antara lain mengurangi penggunaan sampah plastik dengan membawa kantong belanja setiap kali akan belanja. Membawa botol air minum, sehingga tidak mengurangi sampah botol air mineral serta memanfaatkan moda transportasi umum untuk mengurangi emisi karbon. Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia telah mengawali sebuah gerakan dengan nama “Gereja Sahabat Alam”.
  3. Ikut berjuang dalam penegakan keadilan pada kasus-kasus kekerasan yang timbul karena konflik akibat dari penguasaan sumber daya alam yang tidak adil. Gereja-gereja dan umat hendaknya bisa menyuarakan suara kenabian untuk berbagai ketidakadila dalam konteks konflik agrarian yang sering menghadirkan ketidakadilan bagi masyarakat miskin, masyarakat adat dan umat marginal lainnya.
  4. Berani mengatakan cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga tidak lagi muncul keserakahan untuk penumpukan harta benda yang akan menuju pada sifat konsumerisme dan perilaku konsumtif yang cenderung akan banyak menghasilkan sampah dan berkontribusi pada kerusakan lingkungan, serta turut serta dalam upaya pemulihan alam yang telah rusak oleh perlakuan manusia yang ceroboh dan tamak.
  5. Ikut mendorong pemerintah bersikap adil, memiliki kebijakan yang adil untuk keselamatan bumi kita. Mendorong pemerintah melakukan penegakan hukum atas seluruh kekerasan yang terjadi pada kelompok masyarakat yang memperjuangkan kelestarian alam demi bumi yang telah makin rusak.

Kiranya kebangkitan Kristus yang telah mengalahkan kematian, melingkupi dan menyemangati kita untuk mengalahkan keserakahan guna menjaga bumi bagi anak cucu kita kelak. Maka, dengan segala bentuk usaha kita melakukan pertobatan ekologis ini, agar kita memiliki pengharapan di masa depan dan juga menyediakan tempat dan lingkungan yang layak bagi generasi masa depan untuk KemulianNya.

 

Pdt. Penrad Siagian

Sekretaris Eksekutif

Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan PGI