PRB PGI berkordinasi Dengan LPBI NU Dalam Penanggulangan Bencana Cianjur

Tenda pengungsi di salah satu daerah terdampak, dengan kondisi seadanya

CIANJUR,PGI.OR.ID-Merespon gempa bumi yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat, Kepala Biro Pengurangan Risiko Bencana (PRB) PGI, Pdt. Shuresj Tomaluweng bergerak menuju lokasi bencana, pada Selasa (22/11/2022), dan langsung menuju GKI Cianjur untuk berkoordinasi terkait upaya-upaya bersama membantu mereka yang terdampak.  

“Selain pemanfaatan shelter di Yayasan rumah singgah, GKI Cianjur juga mengelola dapur umum di Gedung gereja GKI Cianjur. Tetapi pengelolaannya cukup terbatas, karena gedung gereja GKI Cianjur juga mengalami kerusakan yang cukup serius pada ruang ibadahnya, dan dipastikan untuk sementara tidak bisa digunakan untuk peribadahan,” jelasnya.

Salah satu rumah warga yang hancur akibat gempa

Sekitar pukul 14:30, Pdt. Shuresj berkunjungan ke beberapa lokasi pengungsian ditemani majelis jemaat GKP, terkhusus di wilayah Rancago’ong. Perjalanan ditempuh sekitar 30 menit dengan menggunakan mobil operasional GKP Cianjur. Dalam perjalanan menuju Rancago’ong, terlihat rumah-rumah ambruk akibat gempa, dan banyak orang yang berdiri di depan ruas jalan utama sembari berteriak memohon sumbangan dari setiap kendaraan yang lewat. Sepanjang perjalanan pun terlihat banyak tenda-tenda yang berdiri sebagai tempat tinggal sementara warga yang terdampak.

Tenda-tenda tersebut merupakan tenda-tenda bekas yang dikumpulkan sendiri oleh warga dan dibangun seadanya, dengan beralasakan tikar, sebagai upaya untuk mengamankan diri. pun cukup seadanya, dan beralaskan tikar. “Saya berkesempatan mengunjungi beberapa tenda pengungsian yang berada di pinggiran ruas jalan. Rupanya dalam satu tenda terdapat 7-50 KK sekaligus yang didalamnya juga terdapat anak-anak dan lansia, yang cukup rentan terhadap penyakit, untuk menginap di kondisi tenda yang demikian. Dalam percakapan dengan orang-orang yang menginap di tenda-tenda itu, mereka sangat membutuhkan segera tenda pengungsian yang lebih layak dan yang dapat melindungi dari ancaman gempa dan hembusan angin ketika tidur,” jelas pendeta dari Gereja Protestan Maluku (GPM) ini.

Tidak heran, lanjutnya, di tengah kondisi tenda yang begitu seadanya, banyak diantara mereka yang terserang flu, demam dan penyakit lainnya sebagai akibat dari kondisi tenda yang tidak terlindungi seperti itu. Selain itu, kebutuhan akan air bersih untuk konsumsi dan MCK menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.

Koordinasi dalam rangka pembagian tugas tanggap darurat bencana Cianjur.

Malam harinya, bersama Ketua, Sekertaris Sinode GKP, Ketua PGIW Jabar Pdt Margie De Wanna, dan Pdt Oferlin dari PGIS Cianjur, melakukan percakapan untuk pembagian tugas tanggap darurat bencana Cianjur. Dalam pembagian tugas tersebut, biro PRB PGI akan berfokus pada bagaimana mengkordinasikan joint assesment dan kordinasi antar lembaga. PGIW Jawa Barat akan berfokus bagaimana mengkoordinir gereja-gereja di wilayah Jawa Barat untuk menggalang bantuan. Dan PGIS akan berfokus pada pengelolaan posko, logistik dan dapur umum di GKP Cianjur.

Rabu (23/11/2022), Pukul 10:00, Kabiro PRB PGI beranjak ke Desa Gasol, kecamatan Cugenang, Kab. Cianjur. Perjalanan ke desa ini ditempuh dalam waktu 40 menit dengan kondisi jalanan yang kecil dan padatnya kendaraan yang berlalu lalang di jalan menuju desa ini, ditengah kondisi cuaca hujan.

Dalam kunjungannya, dia pun bertemu dan berdialog dengan ibu-ibu yang tinggal di tenda darurat, yang dibangun oleh beberapa keluarga. Salah seorang ibu menceritakan bahwa ketika gempa terjadi, reruntuhan rumah menimpa kepalanya sehingga mengalami luka dan harus dibawa kerumah sakit.

Pdt. Shurej saat berbincang-bincang dengan ibu-ibu di pengungsian

Meski telah diobati, dia mengaku masih merasakan sakit di bagian kepala dan pusing. Lantaran harus menyusui anaknya yang berusia 4 bulan, dia pun tidak bisa mengkonsumsi obat lain selain paracetamol, untuk menghilangkan rasa sakit di kepala. Dengan kondisi seperti itu, bersama anaknya, dia harus tinggal di tenda pengungsian yang beratap dan beralas terpal yang bocor saat diguyur hujan, dan dingin bila dihembus angin.

Kebutuhan makan dan minum juga masih sangat terbatas untuk warga di desa ini. Kondisi yang mengkhawatirkan, apalagi bagi seorang ibu yang sedang menyusui. Air sumur yang tersedia sangat keruh, dan tidak layak dikonsumsi, tetapi warga terpaksa mengkonsumsinya apabila persediaan bantuan air bersih telah habis.

Sore harinya, Pdt. Shuresj melakukan pertemuan dengan LPBI NU. Pertemuan yang bertempat di PCNU Cianjur ini berlangsung dalam keramahtamahan yang begitu luar biasa. Pertemuan membahas bentuk koordinasi antara Pos Terpadu Gereja-gereja di Indonesia (yang bertempat di GKP Cianjur) dengan LPBI NU Cianjur dalam rangka tanggap darurat pasca gempa di Cianjur pada Senin lalu.

Pertemuan PRB-PGI dengan LPBI NU Cianjur berlangsung dalam keramahtamahan

Dalam kesempatan tersebut, PRB-PGI bersama dengan LPBI NU Cianjur saling berbagi informasi mengenai ketersediaan logistik yang ada pada Pos Terpadu Gereja-gereja di Indonesia dengan assesment yang telah dilakukan oleh LPBI NU Cianjur. Hal ini dimaksudkan agar pendistribusian seluruh logistik itu tepat sasaran dan ada dalam koordinasi bersama antara Pos Terpadu Gereja-gereja di Indonesia dengan LPBI NU. Hadir dalam pertemuan, hadir Ustad Sidiq sebagai Kepala Penanggulangan Bencana LPBI NU Cianjur dan juga Mas Dadang dari LPBI NU Jawa Barat.

Berikutnya, LPBI NU Cianjur akan bekerjasama dengan PGIS Cianjur untuk membicarakan bagaimana pengelolaan penanggulangan bencana yang ada di Cianjur, terutama tanggap darurat yang sementara ini terjadi. PGIS Cianjur dan LPBI NU Cianjur akan berkoordinasi untuk mengintervensi beberapa desa-desa dampingan yang telah didampingi oleh LPBI NU untuk mendistribusikan kebutuhan pemenuhan kebutuhan dasar di desa-desa yang terdampak.

 

Pewarta: Markus Saragih