POUK di Seluruh Indonesia harus Menjadi Wujud Kehadiran Allah

MEDAN, PGI.OR.ID – Pelaksanaan Konsultasi Nasional Persekutuan Oikoumene Umat Kristen IX 2021 (Konas POUK IX 2021) yang berlangsung pada 7-9 Oktober 2021 berjalan lancar. Acara yang berlangsung secara virtual dengan pusat kegiatan di GKMI Sempakata, Medan dan disiapkan oleh PGI Wilayah Sumatera Utara mengusung tema “Aku Adalah Yang Awal Dan Yang Akhir (Wahyu 22:12-13)” dan dengan Sub Tema “Bersama Seluruh Elemen Bangsa, Gereja Berjuang Mengatasi Krisis Kebangsaan, Keesaan, Ekologi, Memanfaatkan Peluang Positif Revolusi Digital serta Mengentaskan Pandemi Covid-19.”

Jalannya Konas hari pertama, dimulai dengan ibadah dengan pengkhotbah Bishop Darwis Manurung yang juga Ketua Umum PGI Wilayah Sumatera Utara menekankan, gereja harus mengimani bahwa Allah .adalah yang Awal dan Akhir. “Bangsa kita sedang mengalami krisis, baik krisis kebangsaan, keesaan dan ekologi ditambah lagi pandemi Covid-19, termasuk Sumatera Utara sebagai tuan dan nyonya rumah Konas kali ini. Contoh saja, beberapa waktu lalu, Parapat mengalami banjir yang sebelumnya tidak kita duga, dan itu membuktikan kita sedang krisis ekologi. Krisis-krisis demikian pasti ada masanya, seperti negeri ini juga diisi dengan sejarah yag bergantian. Ada masa penjajahan, awal kemerdekaan, masa Orde Lama, Orde Baru, dan masa Reformasi saat ini. Seperti ada ungkapan, Allah tidak menjanjikan hari selalu cerah, ada kalanya juga mendung. Kalau Kitab Pengkhotbah mengatakan bahwa segala sesuatu ada masanya, demikian juga krisis ini. Maka dari itu, di tengah-tengah krisis ini, kita harus tetap mengimani bahwa Allah kita adalah Yang Awal danYang Akhir (Wahyu 22:12-13). Gereja berpuasa memohon pertolongan Tuhan agar negeri ini lepas dari krisis yang sedang menerpa ini. Maka dari itu, POUK di seluruh Indonesia harus menjadi wujud kehadiran Allah di dunia ini, termasuk juga dalam situasi pandemi ini harus mampu menjadi garam dan terang/ menjadi berkat.”

Konas dibuka Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom ditandai dengan pengetukan palu sebanyak tiga kali dan dilanjutkan dengan rangkaian kegiatan yang dipersiapkan oleh panitia.  Menurut Pdt. Dr. Erick Johnson Baru sebagai ketua panitia menyampaikan bahwa Konas POUK IX merupakan pertama kai dilaksanakan secara daring karena kondisi pandemi. “Peristiwa yang pertama kali terjadi sepanjang sejarah pelaksanaan Konas POUK. Walau demikian kita tetap berharap Konas POUK tahun ini dapat kita ikuti dengan semangat dan menghasilkan rekomendasi pemikiran yang baik, demi kemajuan POUK-POUK yang ada di seluruh Indonesia,” ungkapnya.

Konas yang juga didisambut Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi yang diwakili oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sumatera Utara, Ir. Halen Purba, MM mengtakan gereja-gereja harus mengamalkan Pancasila. “Isu tentang agama memang masih sesuatu yang masih hangat bagi bangsa kita. Oleh sebab itu, Gereja-gereja harus tetap mengamalkan Pancasila agar menghilangkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan lain-lain. Dalam kehidupan bergereja maupun berbangsa, melalui POUK ini, pentingnya melahirkan rekomendasi agar pembangunan yang kita cita-citakan bisa terwujud sehingga perlu menghilangkan miskomunikasi, tetapi mampu saling menerima dan memahami, masyarakat dan pemerintah. Dalam hal ini perlunya arah dan percakan Konas ini bisa berjalan dengan baik, dalam masyarakat Indonesia yang majemuk sehingga perlu percakapan yang baik untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan.”

Sementara itu dalam sambutannya Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom menyampaikan gereja harus menjadi garda terdepan untuk memutus rantai pandemi. “Gereja harus menjadi garda terdepan untuk memutus mata rantai pandemi ini, bukan hanya penyakitnya melainkan juga luka dan penurunan ekonomi. Pandemi ini sangat berpengaruh bagi masyarakat. Dalam kondisi saat ini banyak orang yang kehilangan harapan. Ini semua membawa kita dalam kegelisahan, seperti situasi saat ini. Untuk itulah kita menjalani Konas, untuk berkonsultasi, memikirkan dan memberikan sumbangsih pemikiran terkait krisis yang ada, baik krisis kebangsaan, keesaan, ekologi, tantangan revolusi digital dan mengentaskan pandemi. Tema dan Sub Tema yang diangkat ini sangat bagus. Melalui hal ini, kita dapat memberikan harapan bagi warga Kristen dan Gereja, di mana gereja harus hadir sebagai penyokong bagi orang orang yang sudah kehilangan harapan, biarlah gereja menjadi berkat. Kehadiran kita di Konas ini menjadi harapan bersama untuk perbaikan ke depan.”