JAKARTA,PGI.OR.ID-Ribuan orang yang mewakili lembaga keumatan seperti PB NU, PGI, KWI, NU, PGI, KWI, WALUBI, MATAKIN dan PHDI serta kelompok penganut kepercayaan di bawah kordinasi ANBTI, Minggu (17/1) memadati Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, untuk mengikuti Apel Kebhinekaan Lintas Iman Bela Negara. Hadir pula Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, anggota DPR RI, dan sejumlah tokoh masyarakat.
Apel yang mengusung tema Menolak Radikalisme, Terorisme dan Narkoba ini, dimulai pukul 13.30 WIB dengan pengibaran Bendera Merah Putih.
Menteri Pertahanan dan Keamanan RI Raymizard Ryacudu yang juga bertindak sebagai Inspektur Upacara, dalam amanatnya menegaskan, takdir bangsa Indonesia adalah bangsa dengan beragam suku, agama, budaya dan bahasa, dan berideologikan Pancasila. Ini harus diakui dan disadari sebagai anugerah Tuhan. Sebab itu, janganlah mengingkarinya.
“Setiap agama mengajarkan umat manusia untuk saling mengasihi bukan saling memusuhi. Kita harus selalu menjali silaturahmi untuk memperbesar persamaan dan memperkecil perbedaan. Maju atau hancurnya bangsa ini tergantung kita semua, bukan tergantung bangsa lain. Terorisme bertentangan dengan agama sehingga menjadi musuh manusia. Kita bukan memusuhi orang-perorang namun oknum yang meresahkan masyarakat itulah yang kita benci,” katanya.
Raymizard berharap, melalui kagiatan ini tumbuh kesadaran kita menjadi duta dalam membangun semangat bela negara. Dan, menjadikan nilai-nilai bela negara sebagai landasan sikap dan perilaku dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga pengaruh atau ajaran radikalisme tidak akan tumbuh dan mempengaruhi bangsa Indonesia.
Usai Apel Kebhinekaan, dilanjutkan dengan seruan oleh para pimpinan lembaga keagamaan yang diikuti dengan Ikrar Kebhinekaan oleh komunitas Pemuda Lintas Iman dan dari berbagai eleman lembaga masyarakat sipil lainnya.
Pimpinan lembaga keagamaan seperti Pdt. DR. Henriette Hutabarat-Lebang Ketua Umum PGI, Prof DR KH Said Aqil Siroj, MA Ketua Umum PB NU, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja WALUBI, dan Uskup Mgr. Yohanes Harun Yuwono KWI, secara bergantian menyampaikan seruan melawan radikalisme, terorisne dan narkoba.
Dalam seruannya, mereka menyerukan kepada seluruh umat dan warga bangsa untuk tidak takut dan bersama-sama melawan radikalisme, terorisme dan narkoba. Dengan membangun kesiapsiagaan dan kewaspadaan dini serta sinergi dengan seluruh stakeholders bangsa. Radikalisme, terorisme dan narkoba adalah musuh bersama bagi umat manusia dan bagi semua agama serta ancaman nyata bagi keutuhan bangsa.
Selain itu, menyerukan kepada umat untuk membentuk posko siaga lintas iman untuk membendung redikalisme, terorisme, dan narkoba. Meningkatkan kesatuan dan persatuan dalam bingkai kebhinekaan dan memperkokoh persaudaraan.
Juga mendesak pemerintah untuk menindak tegas dan memberantas pelaku teror dan teroris, membubarkan organisasi radikal serta memperkuat sistem pertahanan dan keamanan bangsa dengan melakukan tindakan pencegahan dini dan berkolaborasi dengan seluruh organisasi masyarakat sipil.
Apel Kebhinekaan diakhiri dengan pentas seni dan budaya dari berbagai daerah di Indonesia, diantaranya Tortor (tarian khas Batak) yang dimainkan oleh mahasiswa Apker RS PGI Cikini, Barongsai, dan kesenian angklung yang dimankan oleh komunitas Sunda Wiwitan.
Apel Kebhinekaan ini adalah inisiasi masyarakat sipil lintas Iman untuk mengingatkan kembali seluruh elemen bangsa bahwa Indonesia adalah sebuah Negara Kesatuan yang terdiri dari berbagai Agama, Suku dan Budaya. Apel Kebhinekaan bertujuan untuk menolak Radikalisme, Terorisme dan bahaya Narkoba yang akhir-akhir ini tampak subur dalam masyarakat, yang pada akhirnya akan memecah dan mengancam kesatuan bangsa.
Selain itu, Apel Kebhinekaan ini juga bertujuan untuk mendorong Pemerintah agar juga memberikan perhatian terhadap masalah-masalah Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB).
Editor: Jeirry Sumampow