MANADO, PGI.OR.ID – Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Wilayah (PGIW) dan Sinode Am Gereja (SAG) memiliki peran strategis menjemaatkan spiritualitas keugaharian dan hasil-hasil Sidang Raya PGI di tengah-tengah jemaat, demikian disampaikan oleh Pendeta Gomar Gultom, Sekretaris Umum PGI dalam sambutan setelah Ibadah Pembukaan Rakernas PGIW/SAG di Manado, yang dilakukan di Graha Bumi Beringin Manado, Kamis (25/6).
Dalam sambutannya dihadapan para 45 orang peserta Rakernas dari 17 PGIW dan gereja-gereja di Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah yang teragabung dalam SAG, serta jemaat-jemaat yang diundang dari sekitar Kota Manado, bersama dengan para pimpinan Sinode dan dihadiri oleh Gubernur Sinyo Harry Sarundajang dan Wakil Gubernur Djouhari Kansil yang juga bertindak sebagai Ketua Panitia Rakernas PGIW dan SAG kali ini.
Dalam Rakernas ini juga akan dibahas dan disosialisasikan Undang-undang Desa, dan akan dipandu oleh Anggota DPR Komisi II Budiman Sujatmiko yang adalah penggagasnya. Selain itu juga akan dibahas bersama peserta tentang RUU PUB yang kontroversial yang sedang diwacanakan.
Dalam sambutannya Pendeta Gomar Gultom menjelaskan bahwa masyarakat dan bangsa Indonesia menjelang peringatan 70 tahun hari kemerdekaannya, banyak berkembang pertanyaan, apa sebenarnya peran signifikan gereja atau agama-agama di tengah-tengah masyarakat.
Banyak masyarakat yang skeptis ketika melihat terjadi kebangkitan agama, di berbagai agama dan di berbagai wilayah, namun terjadi juga kehidupan yang kontradiktif. “Kita melihat gereja penuh, masjid penuh, ada ibadah yang mengharu birukan. Namun, terjadi kekerasan di mana-mana, pertetangan, konflik, korupsi dan berbagai kehidupan manipulatif, sehingga ada yang bertanya dimana peran transformatit agama-agama?”
Mengulas pesan khotbah yang disampaikan oleh Pendeta Mandagi, Gomar Gultom menegaskan gereja yang memusat pada dirinya dirinya, yang memusatkan pada ibadah-ibadah semata, tidak akan memiliki signifikansi pada masyarakat sekitarnya.
“Gereja yang memusat pada dirinya sendiri dan ibadah-ibadah itulah yang dikecam oleh Nabi Amos yang mengatakan, jauhkanlah dari padaku perayaan-perayaanmu, lagu gambusmu tidak mau aku dengar,” demikian kata Gomar Gultom.
Rakernas PGIW yang diselanggarakan kali ini merupakan sebuah pertemuan dengan berbagi pergumulan dan berbagi informasi, pergumulan gereja-gereja lokal, dan pada waktu yang sama akan mengimplementasikan keputusan sidang Raya PGI 2014 di Nias.
Sidang Raya PGI 2014 telah menggumuli empat masalah pokok dimana gereja harus hadir secara signifikan yakni dalam hal kemiskinan, ketidakadilan, bangkitnya radikalisme dan kerusakan lingkungan. Sidang raya, telah mengindikasikan bahwa akar dari semua masalah itu adalah kerakusan disekitar manusia dan telah terjadi globalisasi keserakahan membuat manusia tidak pernah merasa cukup dalam kehidupannya, sehingga rela mengorbankan dan mengambil hak-hak orang lain.
Sidang Raya mengamanatkan agar seluruh gereja, seluruh PGIW agar mengajak warga jemaat untuk mengembangkan spiritualitas keugaharian, agar warga jemaat berani mengatakan cukup, sebagaimana doa Tuhan Yesus, berikanlah kami makanan secukupnya.
Pendeta Gomar Gultom menegaskan, PGI dan gereja-gereja menaruh harapan besar pada PGIW, karena yang paling dekat sebagai ornament oikoumenis di tingkat wilayah dan jemaat. PGIW akan dimamupkan menjemaatkan semangat keugaharian, sehingga kita mampu berbagi, sehingga kecukupan berlangsung kepada semua.
Pendeta Gomar mengakhiri sambutannya dengan mengucapkan apresiasi kepada seluruh masyarakat di Manado dan Pemerintahan Sulawesi Utara atas dukungan yang diberikan demi terselenggaranya Rakernas PGIW/SAG ini.