PGI – Jakarta. Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) meminta Presiden Joko Widodo atau Jokowi segera memperlihatkan sikap yang tegas atas tragedi penembakan warga sipil di Enarotali, Kabupaten Paniai, Papua.
Ketegasan itu semakin diperlukan mengingat adanya penolakan dari Gereja-Gereja di Papua terhadap rencana kedatangan Presiden Jokowi ke Jayapura, Papua, untuk mengikuti perayaan Natal bersama tingkat nasional pada 27 Desember mendatang.
“Saya melihat protes beberapa Gereja terhadap rencana kehadiran Jokowi itu berkaitan dengan belum adanya sikap, atau minimal pernyataan tegas, dari presiden atas kasus penembakan di Paniai. Penolakan itu kan baru datang dua hari lalu, sedangkan kasusnya sudah mengendap seminggu ini tanpa ada respon apapun dari presiden,” kata Sekretaris Eksekutif Bidang Diakonia PGI, Jeirry Sumampouw, kepada Kantor Berita Politik RMOL, belum lama ini.
Jeirry menegaskan bahwa perayaan Natal tidak bisa dikaitkan dengan situasi politik apapun. Namun, karena kasus tragedi kemanusiaan di Paniai berdekatan dengan rencana perayaan Natal, maka suara penolakan terdengar kuat. Apalagi, salah satu pesan Natal itu sendiri adalah perdamaian di bumi.
“Kalau Jokowi masih mau tetap ke Papua, harus berikan sikap dulu. Saya kira itu prasyarat supaya bisa diterima lebih baik. Kalau rakyat Papua merayakan Natal tidak dalam suasana yang tidak lega dan damai, tidak ada artinya. Yang ada, kehadiran pemerintah di sana adalah seremonial belaka,” ujar Jeirry.
Selain itu, menurut Jeirry, kedatangan Presiden Jokowi ke Papua harus menjadi momentum menyatakan komitmen kepada rakyat Papua tentang penegakan hukum dan penegakan hak asasi manusia di Papua.
“Tapi, ini semua tidak boleh lagi dalam kata dan retorika, padahal slogan Jokowi adalah ‘kerja, kerja kerja’. Nah, sikap Jokowi ini yang belum dilihat rakyat Papua dan kita semua juga belum melihatnya,” tambah Jeirry. (rakyatmerdekaonline.com)