BOGOR, PGI.OR.ID – Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Gomar Gultom menghadiri ibadah di rumah salah satu jemaat Gereja Kristen Indonesia Bakal Pos Taman Yasmin Bogor (GKI Yasmin), dan menyampaikan keyakinannya bahwa suatu saat jemaat GKI Yasmin akan beribadah di tempatnya yang sah. Pendeta Gomar Gultom hadir bersama-sama puluhan jemaat beribadah di Minggu pagi (23/8).
Dalam sambutannya, Pendeta Gomar Gultom menyampaikan keyakinannya, “Setiap kali saya bersama-sama GKI Yasmin, ungkapan saya, saya belajar banyak dari perjuangan Bapak-Ibu sekalian, tentang kesetiaan yang luar biasa, di tengah terpaan yang begitu dasyat, pertanyaan saya selalu, apakah kita sanggup? GKI Yasmin akan sanggup dan suatu saat akan bisa beribadah di rumah ibadahnya yang sah.”
Membandingkan dengan perjuangan yang pernah dihadapi oleh jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada jaman Orde Baru, yang pada akhirnya bisa mengatasi konflik besar yang pernah memecah belah jemaatnya, Pendeta Gomar Gultom mengatakan bahwa akan tiba pada hasil perjuangan, tidak saja untuk GKI Yasmin tetapi juga untuk bangsa Indonesia.
“Kita juga bisa katakan sekarang, GKI Yasmin yang sudah lima tahun berjuang, akan tiba saatnya GKI Yasmin akan beribadah di Jalan Abdulah bin Nuh, bila kita tetap setia berjuang. GKI Yasmin bersama-sama dengan para penggiat HAM, ini bukan demi GKI Yasmin, ini bukan demi umat Kristen, tetapi demi bangsa Indonesia yang sejahtera,” demikian tegas Pendeta Gomar Gultom.
“GKI Yasmin memberikan contoh yang terbaik di Republik ini, dan berada di depan dalam perjuangan kebebasan beragama. GKI Yasmin menghadapi perjuangan berhadapan dengan negara yang dikuasai arogansi kekuasaan, namun juga menghadapi geliat problem dari dalam.”
Pendeta Gomar mengulang apa yang disampaikan oleh Pendeta Stephen dalam kothbahnya, musuh yang dihadapi oleh umat Kristen adalah musuh yang kelihatan dan yang juga tidak kelihatan, salah satunya adalah roh kerakusan akan kekuasaan.
Hal yang sama yang pernah terjadi di HKBP ketika sekitar 10.000 lebih jemaat dan pendeta HKBP berdemonstrasi di depan markas Kodam, di jaman Orde baru. Ada persamaan perjuangan HKBP yang terjadi pada waktu itu dengan yang dihadapi oleh GKI Yasmin saat ini.
Jemaat HKBP pada waktu itu tidak bisa beribadah di rumah-rumah ibadahnya, bahkan diusir oleh tentara dari kantor sinode di Pearaja. Pimpinan HKBP diangkat oleh tentara dan dikesankan HKBP sedang ada konflik, namun yang kami hadapi adalah HKBP itu sendiri.
“Saya saksi hidup, ketika berkompi-kompi tentara menyerang, HKBP beribadah dirumah, di jalan-jalan dan di kuburan,” Pendeta Gomar menceritakan kejadian yang terjadi pada waktu itu, yang pada akhirnya HKBP sanggup keluar dari kemelutnya.
Setia dalam Perjuangan Iman
Dalam perhatian Pendeta Stephen dalam kothbahnya, yang dihadapi oleh umat GKI Yasmin adalah peperangan secara jasmaniah dan juga melawan arogansi kekuasaan yang dipamerkan dengan telanjang. Pendeta Stephen adalah pendeta GKI yang hadir mendampingi GKI Yasmin dalam pertemuan di Ombudsman RI pada tanggal 11/8 lalu.
Menurut Pendeta Stephen, Arogansi kekuasaan yang dicontohkan seperti kejadian aksi Motor Gede (Moge) di Jogjakarta adalah identik dengan tindakan Pemerintahan Kota Bogor dengan tegas dan jelas serta terang-benderang membangkang terhadap keputusan Mahkamah Agung dan Ombudsman RI yang menyatakan bahwa segel terhadap gedung milik GKI Yasmin harus dibuka kembali dan GKI Yasmin diizinkan kembali beribadah di tempat itu.
Pada akhir kothbahnya, Pendeta Stephen menguatkan jemaat agar terus setia berjuang, dalam perjuangan yang tidak mudah, melawan roh-roh jahat di udara. Pendeta Stephen juga menceritakan tantangan perjuangan GKI Yasmin yang beribadah di seberang Istana dan di dalam kalangan GKI. Puluhan email penting terkirim tentang GKI Yasmin, namun tidak mendapatkan tanggapan.
Ibadah hari Minggu GKI Yasmin, juga mendapat kunjungan Komisioner dari Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama (US Commission on International Religious Freedom), Dr. Daniel I. Mark dan Dr. M. Juhdi Jasser yang tengah menghimpun informasi terkait dengan situasi kebebasan beragama di Indonesia, dalam laporan tahunannya. Laporan terakhir yang telah dibuat tahun 2015, di dalamnya juga memuat intoleransi yang dialamai oleh jemaat GKI Yasmin.