Peserta POK Angkatan II Dialog Bersama Menteri Perdagangan RI

Peranan pendeta sangat diharapkan dalam kondisi bangsa Indonesia yang majemuk

JAKARTA, PGI.OR.ID-Di hari kesepuluh kegiatan Pendidikan Oikoumene Kebangsaan (POK) Angkatan II, peserta POK didampingi MPH-PGI, berdialog dengan Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita, di kantor Departemen Perdagangan RI Jalan M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Pusat.

Mengawali dialog, Ketua Umum PGI Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang menjelaskan, kegiatan POK  sebagai program pendampingan bagi para pendeta, dan  melalui program ini diharapkan mereka berkembang menjadi pemimpin-pemimpin yang mempunyai wawasan oikoumenis dan wawasan kebangsaan.

MPH-PGI bertukar cinderamata dengan Menteri Perdagangan RI diakhir dialog
MPH-PGI bertukar cinderamata dengan Menteri Perdagangan RI diakhir dialog

“Kemarin kami bicara banyak mengenai kehadiran gereja dalam masyarakat majemuk. Terlalu banyak kita menutup diri pada tembok-tembok gereja, dan kurang memberi perhatian kepada membangun relasi dengan saudara-saudara kita yang lain berbeda agama, suku, dan lainnya. Sebab itu pendidikan kemajemukan menjadi satu hal yang perlu mendapat perhatian gereja,” jelas Pdt. Henriette.

Pada kesempatan itu, Enggartiasto Lukita menyinggung tentang adanya sebagian gereja yang merasa alergi bicara politik, tetapi di era reformasi sekarang ini, ada juga sebagian gereja yang justru lebih ekstrim, yaitu berpihak ke partai politik.

“Gereja tidak boleh terlibat dalam praktek politik, tetapi keterlibatannya dalam dunia politik hanya sebatas berdiskusi, dan sekaligus menggembalakan secara utuh, misalnya dalam khotbah berbicara mengenai kondisi terkini, supaya tidak menjadi menara gading, dan Gereja harus membumi, ” ujar mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) ini.

Enggar juga menambahkan, harus diakui bahwa dialog antar umat beragama di berbagai daerah masih kurang, karena banyak gereja ingin menjadi menara gading, dan eksklusif. Padahal, jika gereja mau membuka diri, maka tidak akan terjadi gesekan-gesekan sosial.

Sebab itu, lanjutnya, peranan pendeta sangat diharapkan dalam kondisi bangsa Indonesia yang majemuk ini. “Di daerah yang umat Kristen mayoritas, seperti di Minahasa, maka tentu kita tidak boleh sombong, kita harus lebih dekat dengan semua kelompok, dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, agar menunjukkan bahwa gereja hadir tidak untuk dirinya sendiri,” tandas Enggar.

Peserta POK Angkatan II

Kegiatan POK Angkatan II yang berlangsung sejak tanggal 1-13 November 2016 ini, diikuti oleh 21 orang peserta yaitu Pdt. Januar J. E. Ginting, S.Th (GBKP), Pdt. Rina Br. Barus, S.Th (GBKP), Pdt. Teheli Lafau, S.Th (BNKP), Pdt. Weli Kristina E.P. Gulo, S.Th (BNKP), Pdt. Budi Seprianus Tarusu (GKST), Pdt. Ruth Parwata (GKST), Pdt. Octafred Yosimend Rorimpandei, S.Th (GKRI), Pdt. Rohani Andrina Eka Nainggolan, S.Th (GKO), Pdt. Mael Napitupulu (GBIS), Pdt. Jhonson Situmorang (GBIS), Pdt. Happy Gorang-Nenotek, S.Th (GMIT), Pdt. Paulus Setiawan Wadi (GMIT), Pdt. Putu Michael Uryana (GKPB), Pdt. Gede Victor Hernada Hamprata (GKPB), Pdt. Rain Parata Pasaribu, S.Th (GMI), Pdt. Ernita Hutahaean, S.Th (GMI), Pdt. Agustinus Limin, S.Th., MM (GEPSULTRA), Gbl. Cindy Rembet (KGPM), Pdt. Ronal Solin (GKPPD), Pdt. Endang Ayu Purwaningtias (GKMI), dan Pdt. Meizonma Salamate (GMIST).

Foto bersama diakhir dialog
Foto bersama diakhir dialog

Secara garis besar,  materi pendidikan yang diberikan dalam POK Angkatan II meliputi masyarakat majemuk Indonesia, perubahan sosial, gereja sebagai komunitas iman, transformasi gereja dan masyarakat, serta kepemimpinan transformasional.

Sedangkan nara sumber yaitu Enggartiasto Lukita (Menteri Perdagangan RI), Jaleswari Pramodhawardani (Deputi V Staf Kepresidenan RI), Prof. Dr. Hj. Sitti Musdah Mulia, MA (ICRP), Pdt. Dr. Martin Lukito Sinaga (Dosen STT Jakarta), Pdt. Nindyo Sasongko, M.A.T.S (Dosen STT Jakarta), dan Tim Pusat Pembelajaran untuk Mediasi dan Rekonsiliasi (PPMR) dari STT Jakarta.

Selain mengunjungi Departemen Perdagangan RI, peserta POK Angkatan II pada hari Selasa (8/11) mengunjungi Pesantren Assalam (Pesantren Inggris).