[real3dflipbook id=”12″]
JAKARTA, PGI.OR.ID – Pada Rabu, 9 Desember 2015 bangsa kita akan melaksanakan hajatan demokrasi yang penting dalam perjalanan bernegara kita, yakni pemilihan kepala daerah. Pemilihan kepala daerah yang akan dilakukan secara serentak di 266 daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) akan diikuti 765 pasangan calon. Sejak reformasi 1998, kita telah berhasil menjalankan Pilkada langsung di berbagai daerah, tetapi baru kali inilah kita akan melakukan Pilkada serentak.
Menyadari tugas panggilan gereja yaitu -bersama semua orang yang berkehendak baik- ikut serta membangun masyarakat berkeadaban, PGI merasa perlu untuk menerbitkan Pesan Pastoral ini sebagai pedoman bagi gereja-gereja di Indonesia dalam menentukan sikap terhadap Pilkada Serentak ini.
Makna Pilkada Serentak bagi Kita
Secara mendasar, Pilkada Serentak tidak memiliki perbedaan dengan praktik-praktik Pilkada sebelumnya dari segi sistem, manajemen maupun penegakan hukumnya. Perbedaan utama adalah bahwa Pilkada ini akan dilaksanakan secara serentak di banyak Provinsi, Kabupaten, dan Kota pada hari dan tanggal yang sama, serta pada tahun yang sudah ditentukan, yakni 2015, 2017 dan 2018.
Dipilihnya sistem Pilkada Serentak merupakan bagian dari langkah-langkah untuk membenahi mekanisme demokrasi kita, serta diharapkan makin meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan presidensial yang kita miliki. Sistem Pilkada Serentak diharapkan akan mempermudah teknis penyelenggaraan pemilu sehingga dapat mengurangi apatisme pemilih, menghemat anggaran negara, serta mengurangi potensi konflik dalam masyarakat.
Meskipun demikian, sistem Pilkada Serentak juga menghadapkan kita pada persoalan yang banyak dan rumit. Misalnya, masalah dalam teknis penyelenggaraan, dalam mekanisme pengawasan, dan dalam sistem keamanan. Itulah sebabnya, peningkatan kewaspadaan kita bersama menjadi faktor yang sangat krusial. Dibutuhkan kearifan dari penyelenggara Pilkada, yakni: KPU dan Lembaga Pengawas, di dalam melaksanakan tugas tersebut, serta kerja keras pihak-pihak yang bertanggung-jawab untuk menjaga keamanan. Apalagi pengalaman selama ini menunjukkan, Pilkada, sebagai instrumen demokrasi, belum mencapai tujuan idealnya untuk makin meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sudah menjadi pengetahuan umum, praktik-
praktik Pilkada masih dibebani banyak masalah, seperti ketidak-pastian regulasi, DPT (Daftar Pemilih Tetap) yang sering tidak jelas, penyelenggara yang tidak independen, maraknya praktik politik uang, kuatnya sentimen SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan) demi menggalang dukungan primordial dan sektarian, serta praktik kampanye busuk. Pilkada Serentak ini pun berpotensi menghadapi masalah-masalah serupa.
Kenyataan tersebut di atas membuat kita prihatin sebab kita sadar, Pilkada merupakan instrumen demokrasi yang sangat penting. Pada Pilkada itu rakyat akan menggunakan hak pilih guna memilih calon-calon pemimpin di daerah mereka yang dapat memperjuangkan aspirasi dan kesejahteraan bersama. Lewat Pilkada itulah kedaulatan rakyat ditegakkan dengan memilih calon pemimpin yang baik, berkualitas, memiliki integritas, bijaksana, dan memperjuangkan kepentingan rakyat di atas semua golongan.
Pilihlah Kehidupan!
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pilkada ini memperhadapkan kita pada pilihan-pilihan yang sering kali sulit. Kita menyadari bahwa pilihan-pilihan yang akan kita ambil memiliki konsekuensi-konsekuensi tidak kecil bagi kehidupan kita bersama sebagai bangsa dan negara. Kesulitan yang kita hadapi makin rumit karena Pilkada yang serentak ini dilakukan di berbagai daerah, yang memiliki konteks lokal dengan tantangan yang berbeda-beda. Meskipun demikian, kita toh harus menentukan sikap.
Dalam konteks ini, kami mengajak Saudara untuk belajar dari Musa. Di akhir masa pelayanannya sebagai hamba Tuhan, Musa memberi nasihat kepada umat-Nya untuk mengambil pilihan tegas:
“Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu” (Ul. 30:19). Dalam Pilkada Serentak ini, kita akan menentukan pilihan. Meski belum ideal dan banyak persoalan, kami berharap kita semua dapat memilih dengan bijak. Berdasarkan pengalaman iman Musa di atas, saran kami adalah pilihlah yang memihak kepada kehidupan!
Bertolak dari pemahaman tersebut, maka PGI menyerukan hal-hal berikut:
Kepada Gereja-gereja:
- Gereja dipanggil mengusahakan kesejahteraan kota (polis) di mana mereka ditempatkan Tuhan. Gereja tidak boleh terserap atau bahkan hanyut, lalu hanya menjadi instrumen kepentingan satu golongan baik atas nama agama, gereja, etnik atau marga. Menurut hemat kami, gedung gereja tidak boleh dijadikan sebagai ajang kampanye demi kepentingan aktor-aktor maupun partai-partai politik mana pun. Gereja harus secara serius mempersiapkan warga jemaatnya agar mampu bersikap kritis terhadap penyalah-gunaan gedung gereja, politik uang, maupun kepentingan primordial atau sektarianisme yang bisa membawa perpecahan internal gereja dan bahkan perpecahan dalam masyarakat. Oleh karena itu, lebih daripada sekedar kritis, warga jemaat juga harus diberdayakan agar mampu melakukan tanggung-jawab politik mereka sebagai warga negara.
- Sebagai bagian dari tugas dan tanggung-jawab politiknya, gereja juga dipanggil untuk — bersama semua orang yang berkehendak baik– ikut mengawasi jalannya Pilkada Serentak. Kami mendorong agar dalam Pilkada ini gereja meningkatkan kerjasama pengawasan Pilkada lintas agama dan dengan unsur LSM sehingga Pilkada bisa berjalan secara bertanggung-jawab dan transparan. Pengawasan di sini bukan saja menjelang dan pada saat Pilkada, tetapi juga setelah Pilkada. Artinya gereja berkewajiban mengingatkan umat untuk mengawasi kebijakan-kebijakan politik pemimpin daerah terpilih agar berjalan sesuai dengan Konstitusi bangsa. c) Didiklah warga jemaat agar sadar, paham dan kritis terhadap persoalan politik sehingga mereka mampu menggunakan hak pilih mereka, tidak secara emosional, tetapi secara rasional dan bertanggung-jawab demi kebaikan semua.
Kepada Seluruh Warga Gereja:
- Dalam menghadapi Pilkada Serentak nanti, pilihlah calon-calon pemimpin yang memihak kehidupan. Artinya, pilihlah calon-calon terbaik yang jujur, berintegritas dan sangat peduli pada persoalan keadilan, kemiskinan, kesetaraan gender, lingkungan hidup, serta berkomitmen dalam mengupayakan kesejahteraan bersama. Kembali kami mengingatkan pesan sebagaimana diungkapkan dalam Keluaran 18:21, agar Saudara memilih, dari antara para calon, yang cakap/terampil, takut akan Allah, dapat dipercaya, dan benci akan suap.
- Sebelum memilih, telitilah rekam jejak, integritas dan kejujuran pasangan calon di wilayah masing-masing. Ujilah visi dan misi mereka. Tolak dengan tegas dan awasilah pemakaian isu-isu SARA, isu gender, praktik-praktik kampanye busuk yang menyudutkan salah satu pasangan calon, maupun politik uang baik penggunaan dana bantuan sosial yang tidak transparan maupun suap yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Kepada Para Pasangan Calon:
- Kami mengapresiasi keikutsertaan Anda dalam kontestasi Pilkada kali ini, yang kami pahami sebagai wujud keterpanggilan Anda membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik. Kekuasaan adalah sarana untuk melayani, karena itu komitmen untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, terutama yang miskin, termarginal dan terdiskriminasi, adalah hal yang mutlak. Hendaklah Anda bersikap jujur, menjauhkan diri dari suap maupun dari penggunaan dana-dana Pemerintah, seperti dana bantuan sosial, yang tidak transparan. Hendaklah Anda tidak menghalalkan cara-cara yang melanggar hokum atau memanipulasi isu gender, etnik, gereja atau agama yang bersifat sektarian dan primordial sempit demi mengejar kepentingan pribadi dan kelompok. Saat Pilkada usai, kami berharap Anda mampu berjiwa besar, terutama saat menerima hasil Pilkada demi menjaga ketertiban, perdamaian dan ketentraman masyarakat.
Kepada Penyelenggara Pilkada:
- Pilkada Serentak memberi beban sangat berat kepada pihak penyelenggara, yakni KPU dan Bawaslu/Panwas. Kepada penyelenggara kami berdoa dan berharap, semoga dimampukan melaksanakan mandat ini secara profesional dan bertanggung jawab, jujur, adil, transparan dan tidak memihak. Kali ini, masa depan demokrasi kita bergantung pada integritas, kejujuran dan komitmen Anda.
Kepada Aparat Keamanan:
- Anda akan melakukan tugas yang sangat berat. Kami bangga karena Anda komponen utama dalam proses demokratisasi Indonesia. Kami mendoakan agar Anda mampu melakukan tugas dan tanggung jawab Anda dengan baik sehingga Pilkada dapat berjalan dalam suasana yang kondusif, aman dan tenteram bagi seluruh warga yang akan menggunakan hak pilih.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Demikianlah Pesan Pastoral PGI untuk Pilkada Serentak 2015. Semoga Allah, Pencipta dan Pemelihara Kehidupan, selalu menaungi upaya baik kita semua, sehingga pesta demokrasi ini bisa dinikmati dalam kegembiraan dan kedamaian. Kiranya hikmat dan kebijaksanaan Kristus Yesus, Tuhan kita, yang melampaui segala pemahaman, dan penyertaan Roh Kudus, memberi kita keteguhan untuk memilih kehidupan! Amin.
Jakarta, 27 September 2015
Teriring Salam dan doa, atas nama Majelis Pekerja Harian PGI:
Pdt. Dr. Henriette T.H-Lebang (Ketua Umum) & Pdt. Gomar Gultom (Sekretaris Umum)