ALBANIA,PGI.OR.ID-Umat Kristen di seluruh dunia diharapkan untuk terus-menerus mendoakan mereka teraniaya dan terdiskriminasi, serta menderita karena melakukan pekerjaan Allah.
Demikian pesan bersama peserta Konsultasi Global Christian Forum (GCF) yang dikeluarkan diakhir pertemuan, Rabu (4/11) di Tirana, Albania. GCF sendiri berlangsung sejak 1-5 November 2015 diikuti oleh 145 peserta dari gereja-gereja di Timur Tengah, Afrika, Asia dan Eropa.
Tidak hanya bagi umat Kristen, pesan GCF juga disampaikan kepada organisasi Kristen, gereja, pemerintah, lembaga pendidikan, media, maupun pribadi yang memiliki keinginan baik untuk terciptanya keadilan dan perdamaian.
Kepada organisasi Kristen, baik di tingkat regional, nasional dan lokal dari berbagai tradisi, diharapkan untuk belajar, berdoa dan bekerja sama di tempat masing-masing untuk memberi dukungan bagi saudara-saudara teraniaya. Sedangkan bagi gereja-gereja diharapkan terlibat aktif dalam dialog dan kerjasama dengan komunitas agama lain dalam menyikapi segala bentuk penganiayaan dan diskriminasi, namun tetap “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati ” ( Matius 10:16 ). Berani untuk menghentikan semua penganiaya dan diskriminasi terhadap orang-orang Kristen, di mana hal itu merupakan pelanggaran terhadap Hak Azasi Manusia, menghentikan kekerasan, serta menegaskan bahwa hak semua manusia untuk hidup secara bermartabat.
Sementara kepada pemerintah dan media, peserta GCF berharap agar pemerintah dan media menghormati dan melindungi kebebasan beragama dan berkeyakinan semua orang sebagai hak dasar dari manusia. Juga perhatian bagi pemerintah dan organisasi internasional untuk menghormati dan melindungi orang-orang Kristen dan semua orang yang berkehendak baik, dari ancaman dan kekerasan yang dilakukan atas nama agama.
“Selain itu, kami meminta organisasi internasional untuk bekerja membangun perdamaian dan rekonsiliasi, juga untuk mencari penyelesaian masalah konflik yang sedang terjadi, dan untuk menghentikan aliran senjata terutama kepada pelanggar Hak Asasi Manusia. Media diharapkan agar dapat melaporkan dengan cara yang tepat dan berimbang tentang pelanggaran kebebasan beragama, termasuk diskriminasi dan penganiayaan terhadap orang Kristen serta dari komunitas agama lainnya,” demikian pesan tersebut.
Dalam pesannya GCF juga mengingatkan seluruh lembaga pendidikan untuk mengembangkan peluang dan pengajaran kepada generasi muda tentang Hak Asasi Manusia, toleransi beragama, penyembuhan trauma dan permusuhan masa lalu, dan mengajarkan cara-cara damai penyelesaian konflik serta rekonsiliasi. Demikian pula bagi semua orang yang memiliki keinginan baik untuk bekerja demi keadilan, perdamaian dan pembangunan, mengingatkan bahwa kemiskinan dan pelecehan terhadap martabat manusia merupakan faktor utama dari kekerasan.
Dalam sambutanya sekretaris jenderal WCC Pdt. Dr Olav Fykse Tveit, mengatakan bahwa GCF sangat tepat dilaksanakan saat ini dengan membahas tentang kekerasan yang dihadapi oleh orang-orang Kristen. Olav menekankan bahwa orang Kristen dari semua denominasi perlu bersama-sama bekerja dan saling mendukung saudara-saudari yang mengalami penderitaan dan masa-masa yang menantang.
Bagi Olav, yang sangat penting sekarang adalah bahwa kita mulai dengan mendengarkan mereka, gereja-gereja yang sedang mengalami penderitaan. Kita semua perlu belajar dari suara-suara diantara kita dalam GCF ini, dari pengalaman sehari-hari realitas diskriminasi dan penganiayaan itu sendiri. Kita perlu mendengarkan mereka yang tahu bagaimana menjadi saksi dari pengalaman ke-martir-an itu sendiri. Bagi WCC, pentingnya konsultasi pimpinan gereja-gereja dalam GCF ini adalah saling berbagi pengalaman yang unik dari berbagai latar belakang tradisi gereja dan pengalaman penderitaan yang dialami oleh gereja-gereja untuk saling mendukung satu sama lain melewati masa-masa penderitaan tersebut. Tentunya hasil konsultasi GCF ini akan menjadi hal yang sangat penting bagi kerja-kerja advokasi WCC di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara konflik, seperti Irak, Suriah, Nigeria dan Sudan Selatan.
Pada kesempatan yang sama, Kardinal Kurt Koch, Presiden Pontifical Council for Promoting Christian Unity, saat membuka GCF, Senin (1/11) menuturkan, kesedihan yang luar biasa melihat meningkatnya diskriminasi dan penganiayaan terhadap orang Kristen di Timur Tengah, Afrika,Asia dan tempat lain di seluruh dunia. Kehadiran kita menunjukkan bahwa, sebagai orang Kristen, kita peduli terhadap penderitaan saudara-saudara kita. Di berbagai belahan dunia, para saksi Kristus, bahkan mengalami pertumpahan darah, telah menjadi pengalaman bersama umat Katolik, Ortodoks, Anglikan, Protestan, Injili dan Pentakosta, yang lebih dalam dan lebih kuat dari perbedaan yang masih memisahkan gereja kita.
Komuni para martir adalah tanda terbesar dari kita dalam melakukan perjalanan bersama-sama. Pada saat yang sama, pertemuan ini akan memberikan suara kepada para korban ketidakadilan dan kekerasan tersebut, dan berusaha untuk menunjukkan jalan yang akan memimpin umat manusia ke luar dari situasi tragis ini.
“Dengan perasaan ini, saya jamin kedekatan spiritual saya. Mungkin para martir hari ini, dari berbagai tradisi Kristen, membantu kita untuk memahami bahwa semua anggota tubuh yang sama yang dibaptis adalah satu tubuh dalam Kristus, sebagai gerejaNya (lih 1 Kor 12 : 12-30 ). Mari kita melihat kebenaran yang mendalam ini sebagai panggilan untuk bertekun dalam perjalanan ekumenis kita terhadap persekutuan secara penuh dan nyata, semakin bertumbuh dan saling mengasihi dan menghormati.”
Kegiatan GCF yang mengangkat tema: Diskriminasi, Penganiayaan, Kemartiran: Bersama Mengikuti Kristus, diikuti sekitar 145 orang peserta yang merupakan perwakilan dari Pontifical Council for Promoting Christian Unity (Roman Catholic Church), Pentecostal World Fellowship, World Evangelical Alliance, World Council of Churches, Orthodox Autocephalous Church of Albania, Albanian Bishops’ Conference, dan Evangelical Alliance of Albania.
GCF merupakan tubuh global yang yang menyatukan gereja-gereja Kristen dan organisasi dari semua aliran utama kekristenan dunia. Ini adalah sebuah ruang terbuka di mana semua orang Kristen dapat bertemu untuk memelihara kesatuan dengan mendorong saling menghormati dan pemahaman serta dengan mengatasi bersama-sama tantangan umum.
Editor: Jeirry Sumampow