BUENOS ARIES,PGI.OR.ID-Transisi ke arah bahan bakar nonfosil bukan hanya sesuatu yang mendesak, namun juga merupakan persoalan keadilan mengingat banyaknya orang yang hidup dalam kemiskinan dan ketidakadilan ekonomi. Posisi ini disampaikan oleh Pdt. Hendrik Grape, koordinator kelompok kerja perubahan iklim Dewan Gereja-Gereja se-Dunia, (WCC) dalam pertemuan di Buenos Aries, Argentina, 25-27 Juni. Pertemuan ini diadakan untuk membahas konsep “transisi yang adil” (just transitions) dan mempersiapkan keterlibatan WCC dalam konferensi ke-24 para pihak (COP 24) dari Badan Dunia untuk Konvensi Kerangka Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC), diadakan pada Desember 2018.
Menurut badan PBB yang melakukan penilaian terhadap perubahan iklim, The United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change, masyarakat dunia perlu terbebas dari emisi karbon (zero carbon emissions) pada 2050 untuk menghindari bencana yang diakibatkan oleh perubahan iklim, seperti kekeringan, badai serta tergenangnya pulau-pulau kecil dan kota-kota pesisir.
Pertemuan COP 24 rencananya akan berlangsung di wilayah Kotawice, Polandia. Ini adalah wilayah yang sumber kehidupan penduduknya bergantung pada pertambangan batu bara. Bagi WCC, sebagaimana diutarakan oleh Athena Peralta (eksekutif program keadilan ekonomi dan ekologi WCC), persoalan utama bagi COP 24 mendatang adalah bagaimana menjaga agar tujuan pembangunan berkelanjutan dan kebutuhan untuk mengamankan sumber kehidupan manusia dapat tetap terajut secara bersama.
Selain itu, di samping ketahanan energi dan akses energi yang adil, respons terhadap migrasi yang dipaksa oleh situasi eksternal (forced migration) juga harus menjadi bagian dari percakapan mengenai “transisi yang adil”. Hal ini ditekankan oleh Frances namoumou dari Konferensi Gereja-Gereja Pasifik.
Poin lain yang menarik diangkat oleh Joy Kennedy dari Dewan Gereja-Gereja Kanada, yakni soal pentingnya menjaga agar masyarakat adat dan kalangan marginal tidak terkena dampak dari proses transisi yang sedang berlangsung.
Dalam pertemuan di Buenos Aries, kelompok kerja WCC juga mengunjungi kelompok-kelompok miskin perkotaan yang berdekatan dengan kota Buennos Aries. Kelompok-kelompok ini banyak diisi oleh orang-orang yang bermigrasi dari daerah perkotaan di Argentina dan Paraguay. Hal ini menunjukan adanya koneksi antara kerusakan lingkungan, perubahan iklim, migrasi dan kemiskinan. (oikoumene.org)
Be the first to comment