JAKARTA,PGI.OR.ID – Keprihatinan akan tragedi kemanusiaan yang terjadi begitu lama di Suriah mendorong İnsani Yardım Vakfı (IHH), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lahir di Turki dan bergerak di bidang bantuan kemanusiaan, berkunjung ke Grha Oikoumene, Rabu (18/7). Hal ini diutarakan oleh Nalan Dal, utusan IHH dari Turki, yang menceritakan pergumulan IHH dalam bantuan kemanusiaan, khususnya di Suriah.
“Banyak orang berpikir bahwa Suriah itu Islam sehingga yang paling menderita adalah umat Islam. Ini keliru karena sebagaian besar perempuan yang dipenjarakan di Suriah adalah dari kalangan Kristen” kata Nalan Dal.
Informasi seperti ini umumnya tidak diketahui masyarakat luas, bahkan keberadaan penjara perempuan di Suriah pun hampir tidak ada yang mengetahuinya. Nalan Dal mengutarakan hal ini dalam konteks perjuangan IHH membantu kalangan perempuan dan anak yang seringkali dijadikan alat politik, khususnya di masa konflik atau perang. Suriah adalah salah satu contoh di mana banyak perempuan dijadikan alat untuk melakukan tekanan politik.
Sampai saat itu, menurut Nalan Dal, terdapat sekitar 50.000 perempuan yang dipenjarakan oleh pemerintah Suriah; sebagian besar beragama Kristen. Bahkan, banyak dari mereka yang mengalami penyiksaan fisik di dalam penjara. IHH sendiri telah berhasil melakukan negosiasi untuk membebaskan 2000 tahanan perempuan. Dari para perempuan yang dibebaskan inilah, IHH mengetahui penyiksaan fisik yang terjadi di dalam penjara.
Dalam pengalaman Nalan Dal, banyak lembaga yang tidak memberikan perhatian terhadap persoalan ini. Bahkan, negara seperti Amerika dan Russia terlibat dalam konflik Suriah yang menyengsarakan banyak orang, khususnya perempuan dan anak. Kondisi ini dipersulit dengan posisi Dewan Keamanan (Security Council) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tidak meloloskan resolusi untuk operasi kemanusiaan lintas perbatasan. Padahal, masyarakat sipil yang membutuhkan bantuan justru berada di wilayah konflik yang melibatkan rezim Suriah dan pihak oposisi.
Dalam catatan Nalan Dal, ada dua hal mendesak dilakukan dalam konflik Suriah. Pertama, bantuan kemanusiaan harus segera dilakukan untuk menyediakan sarana yang layak bagi masayrakat sipil. Kedua, isu perempuan. Ini membutuhkan lobi dengan negara seperti Iran dan Russia untuk mendorong pembebasan para tahanan perempuan. Dalam konteks ini, Nalan Dal mengingatkan bahwa berbagai negara harus membawa persoalan ini ke dalam meja perundingan dan mendorong penyelesaian persoalan tersebut.
IHH secara khusus memberi perhatian untuk membantu kalangan perempuan yang kerap kali menjadi korban, termasuk di dalamnya melakukan advokasi untuk mengurangi penyebab konflik yang selalu berdampak pada perempuan. Lembaga ini , menurut Nala Dal, menghidupi semangat kemanusiaan yang bergerak lintas batas. Karena itu, IHH memiliki 450 mitra kerja di 135 negara. IHH lebih mengedepankan model kerja kemitraan karena bagi mereka, mitra lokal lah yang paling memahami situasi yang ada di tiap lokasi. Selain itu, IHH melihat kepercayaan sebagai modal penting untuk menjalankan karya kemanusiaan. (Beril Huliselan)
Be the first to comment