Penduduk Muslim Ikut Membantu dalam Acara PRPrG

Ketua Panitia Pertemuan Raya Perempuan Gereja (PRPrG) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Murniati Dakhi SKM, MM, MMkes, mengungkapkan bahwa acara Pra-Sidang Raya Persekutuan Gereja-gereja Indonesia ini tidak hanya ditangani warga gereja, penduduk muslim juga ikut menolong.

Kepada satuharapan.com, Jumat (7/11) ia mengungkapkan bahwa dalam panitia, terdiri atas 25 panitia kerja, 50 pandu, dan 25 relawan. Mereka datang tidak hanya dari gereja Banua Niha Keriso Protestan sebagai penyelenggara yang ditunjuk Majelis Pekerja Lengkap PGI, tetapi juga dari berbagai latar sinode dan aliran gereja. Bahkan, “Sebagian relawan adalah muslim,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nias Selatan itu.

Perempuan yang akrab dipanggil Bunda oleh para pandu itu mengungkapkan ia ditetapkan sebagai Ketua Panitia PRPrG ini sejak 2011. Majelis Pekerja Harian PGI mengukuhkannya di Gunungsitoli. “Awalnya sih saya agak santai, masih tiga tahun lagi,” kata dia. Namun, begitu memasuki awal 2014, ia segera membentuk kepanitiaan kerja 25 orang dan membagi pekerjaan akbar ini.

Hanya, “Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih,” kata dia menyitir ayat dari Matius 22:14, menjelaskan bahwa hanya sedikit orang yang rela untuk mempersiapkan acara berbiaya Rp 3,5 miliar itu. Jadi, dia sangat menghargai mereka yang saat ini terlibat menyukseskan acara di BNKP Yohanes ini.

Saat ditanya apa yang paling mengesankan saat mengurusi Pra-Sidang Raya XVI PGI ini ia lugas menjawab, “Menangani karakter peserta dari ujung barat Indonesia hingga ujung timur adalah pekerjaan yang menantang,” kata adik Bupati Nias Selatan, Idealisman Dachi itu, seraya tersenyum. Mereka mempunyai kebiasaan dan gaya berbicara beraneka sehingga perlu kesetiaan dan kesabaran dalam melayani mereka.

 Audit Penyelenggaraan

Penyelenggara PRPrG ini adalah bagian dari acara Sidang Raya yang diperkirakan akan menghabiskan dana hingga Rp 15 miliar. Saat dikonfirmasi media pertengahan bulan lalu, Ketua Umum PGI, Andreas Yewangoe menegaskan PGI akan mengaudit penyelenggaraan acara ini.

“Kami sebenarnya tidak terlalu ikut campur tangan soal keuangan. Namun, pasti ada audit. Sebab, pembiayaannya sangat besar. Dibanding di Mamasa yang Rp 4 miliar. Mungkin karena bercampur dengan pembangunan fisik. Audit penting, supaya jangan sampai Sidang Raya ini dianggap nanti ‘dimanfaatkan’,” kata pendeta dari Gereja Kristen Sumba ini. (satuharapan.com)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*