Pendekatan Budaya Membuka Ruang bagi Eksistensi Semua Kelompok Masyarakat

Sharing peserta TAB 2022. Goes to Padang bersama perwakilan pemerintah, agama, dan tokoh lokal. Jumat (2/12/2022)

PADANG,PGI.OR.ID-Pendekatan budaya, baik melalui festival, pagelaran, dan lainnya, adalah jalan yang bijaksana untuk membuka ruang bagi eksistensi semua kelompok masyarakat, dari berbagai latarbelakang. Hal ini menjadi penting, karena sudah sejak lama ruang publik seakan-akan hanya dimiliki oleh kelompok tertentu.

Hal tersebut ditegaskan budayawan Sumatera Barat, Edi Utama saat  sharing bersama perwakilan pemerintahan, agama, dan lembaga, dalam kegiatan Tanah Air Bhinneka 2022 Goes to Padang, terkait toleransi, di Gedung Pusdiklat Grha Samatha Giri, Padang, Sumatera Barat, pada Jumat (2/12/2022),

“Dalam perkembangan 2-3 tahun terakhir tampaknya sudah ada perubahan signifikan dalam cara pandang, meski belum maksimal, bahwa kita bukan hanya Minangkabau, Pemda mulai memberi panggung-panggung. Artinya ini sebuah titik, atau pintu kecil yang mulai terbuka,” tandas Edi.

Pendekatan budaya, lanjutnya, lebih efektif dalam rangka mewujudkan kebersamaan dan menghargai perbedaan. “Saya pribadi lebih memperjuangkannya dalam bentuk kontrik yaitu melalui panggung budaya, ketimbang narasi-narasi yang memungkinkan adanya perdebatan. Tetapi dengan perayaan atau festival kita mengudang semua orang dengan identitas budaya masing-masing. Kita membuka untuk memperlihatkan perbedaan-perbedaan, juga sekaligus mendorong mereka saling bersilaturahmi, menghormati dan saling berbagi,” jelas sosok yang menjadi ikon Prestasi Pancasila dari Sumbar ini.

Dia pun mengajak generasi muda untuk jangan selalu asik dengan hal yang seremonial, tapi harus terus-menerus, dan kerja keras melakukan pendekatan-pendekatan budaya dalam membangun jembatan kebersamaan, toleransi dan penghargaan terhadap semua perbedaan.

Pada kesempatan itu, Muzakar dari Kesbangpol Provinsi Sumatera Barat menegaskan, Sumbar sangat egaliter atau terbuka. Hal ini dibuktikan dari masyarakatnya yang mau berbaur, tidak hidup berkelompok, dan menjunjung tinggi adat istiadat masyarakatnya. “Contohnya banyak orang Sumatera Barat yang merantau ke daerah lain, mereka sangat menghargai falsafat dimana bumi dipijak disitu langit junjung. Ini artinya kami sangat hormat terhadap siapapun,” ujarnya. Apa yang disampaikan Kesbangpol Sumbar, juga diamini perwakilan FKUB Sumatera Barat, Zainal Tazar.

Sementara itu, Mubaliq Muis dari DPW Ahmmadiyah Sumatera Barat juga menyampaikan hal yang sama. Menurutnya, Ahmmadiyah yang sejak 1925 telah ada di Padang, secara keseluruhan berjalan dengan baik. “Secara keseluruhan keberadaan kami, baik di Sumbar dan daerah lain bisa berdampingan. Hanya di zamannya Fauzi Bahar kami diminta menurunkan plang nama Ahmmadiyah, kami pun mengikuti, makanya masjid kami dinamakan krn pemerintah skr ganti Masjid Mubarok. Kami selalu siap untuk bekerjasama,” jelas Mubaliq.

Sedangkan Augusman Zega dari PGIW Sumatera Barat menegaskan, Indonesia diciptakan beragam. Maka untuk merawat keberagaman tidak perlu menunggu orang lain, tetapi harus dimulai dari diri kita sendiri.

Dalam sesi ini, turut memberikan pandangannya terkait toleransi di Sumatera Barat, perwakilan ormas kepemudaan seperti Forum Mahasiswa Mentawai, GP Ansor, dan Peace Gen Padang.

 

Pewarta: Markus Saragih