Pembukaan Persidangan Sinode Tahunan GPIB 2020

Pemukulan gong oleh Ketua MPR RI penanda dibukanya Persidangan Sinode Tahunan 2020 GPIB di Hotel Aston, Bogor, Rabu (26/2)

BOGOR,PGI.OR.ID-Ketua MPR RI Bambang Soesatyo membuka secara resmi Persidangan Sinode Tahunan (PST) Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) 2020 yang berlangsung di Hotel Aston, Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/2). Sidang yang diikuti sekitar 685 peserta sebagai utusan dari seluruh GPIB di 26 provinsi ini, akan berlangsung hingga 29 Februari.

Sejumlah hal penting akan dibahas dalam persidangan, diantaranya evaluasi program kerja 2019-2020, membuat program kerja dan rencana anggaran 2020-2021, serta isu-isu penting lainnya terkait pelayanan GPIB. Acara juga diisi dengan Sosialisasi 4 Pilar MPR RI ini dihadiri sekitar 685 peserta . Musyawarah Pelayanan (Mupel) 2 Jawa Barat dipimpin Pdt Sonya Ansye Medyarto Sitaniapessy, S.Th., M.Min., dipercaya sebagai panitia pelaksana.

Dalam sosialisasinya, Bamsoet, apaan akrab Bambang Soesatyo, mengatakan sudah kuno bila ada pihak-pihak yang masih memperdebatkan perbedaan. Bahkan, kata Bamsoet, ketimbang mempersoalkan suatu umat yang mau mendirikan rumah ibadahnya sendiri, lebih baik fokus pada persoalan kemiskinan, penegakan hukum, pengangguran, pendidikan yang masih minim, dan lainnya yang masih mengemuka di bangsa ini. “Harusnya tidak ada lagi orang yang meributkan orang membangun gereja dan rumah ibadah, karena itu persoalan kita pribadi dengan Tuhan. Yang ada, harusnya saling membantu dan mengembangkan toleransi,” ujar Bamsoet.

Peserta PST GPIB 2020 yang berasal dari seluruh Indonesia di Hotel Aston, Bogor, Rabu (26/2)

Bamsoet menjelaskan, seharusnya kita senang dan bangga berada di bumi Indonesia yang memiliki benih-benih toleransi sejak dulu. Dan, itu diperkuat dengan keberadaan Pancasila sebagai pengikat kehidupan sosial kita. Praktik hidup bertoleransi, ujar Bamsoet, sudah ada sejak ratusan tahun silam. Dan, kita sudah sepakat bahwa Indonesia bukan negara agama, serta  Pancasila sebagai landasan hidup bersama  kita.

“Kemerdekaan beragama menjadi dasar tercipta kerukunan dalam masyarakat. Namun, kebebasan bukan tanpa batas. Batas yang dimaksud adalah dengan memberi kebebasan kepada pihak lain untuk memeluk agamanya sendiri. Dengan kata lain, tidak boleh ada pemaksaan dalam memeluk agama,” tandasnya.

Meski begitu, Bamsoet mengakui masih ditemukan peristiwa yang tidak mencerminkan toleransi. “Kita harus saling mengasihi. Pemerintah harus hadir dlm mendamaikan antar masyarakat,” serunya.

Lebih jauh Bamsoet menyerukan kepada calon-calon pemimpin daerah yang ikut Pilkada Serentak September 2020 nanti. “Kepada para calon kepala daerah saya minta untuk tidak memakai isu-isu agama untuk mendapat dukungan dari rakyat. Menghina kelompok satu demi kepentingan kelompok lain. Kini, saatnya kita propagandakan hidup damai dan membangun kesepahaman. Bukan saatnya menghabiskan energi,” kata Bamsoet.

Sementara itu, Bima Arya Sugiarto Bupati Bogor yang menjadi pembicara pada kesempatan itu menegaskan bahwa ia tidak mentoleransi hal-hal yang mau mempertentangkan hubungan sosial di wilayahnya, termasuk soal agama. “Kita sudah punya Pancasila yang jadi pedoman bersama. Mari sama-sama kita ikuti,” imbuhnya.

Ia juga mengimbau para pendeta GPIB untuk membuka ruang dialog bersama dengan pemuk agama lain. “Bangun komunikasi agar tercipta kesepahaman. Dengan begitu, maka kerukunan pun bisa dinikmati bersama,” serunya.

Pada kesempatan itu, Pdt. Drs. Paulus Kariso Rumambi, M.Si., Ketua Umum Sinode GPIB menyambut baik dibukanya ruang dialog lintas agama. “Tentu, kami setuju membuka ruang-ruang dialog lintas iman. Kami akan membahasnya lebih jauh, sehingga seluruh GPIB dapat membangun dialog dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun tokoh lintas agama,” jelasnya.

Sementara itu, Pdt Sonya Medyarto Ketua Panitia Pelaksana yang juga pendetaa jemaat GPIB Pancaran Kasih Depok menjelaskan, dipilihnya Mupel Jabar 2 merupakan Keputusan Persidangan Sinode Tahunan 2019 di Denpasar, Bali, tahun lalu. “Tentu kami panitia yang berjumlah 90 orang bekerja keras agar seluruh acara ini bisa berjalan dengan baik,” ujarnya. Dia berharap acara ini bisa menghasilkan banyak hal positif, utamanya untuk program GPIB kedepan.

Selama acara ini, Pdt Sonya mengharapkan para peserta bisa menambah wawasan selama 3 hari pelaksanaan PST ini yang menghadirkan beberapa narasumber diantaranya, Pdt. Dr. A.A. Yewangoe, Andy Zain, Prof. John Titaley, Pdt Rasid Rahman, dan Pdt Eben Nubantimo. Selain itu, bisa dihasilkan program-program positif yang nantinya bisa diterapkan di gereja masing-masing.

 

Pewarta: Rio N