BOGOR,PGI.OR.ID-Salah satu masalah terbesar kita adalah keengganan untuk berubah. Ide perubahan selalu dianggap sebagai penghinaan kepada pemikiran yang dianut selama ini. Kalaupun akhirnya sedia berubah, sering dengan syarat-syarat tertentu. Pelayanan gereja-gereja kita juga begitu. Banyak gereja kita yang sesungguhnya sudah berada pada titik kritis, untuk tak mengatakan di titik nadir. Terjadi eksodus warga oleh rupa-rupa sebab. Pendeta bukannya tak tahu ini, tapi masih enggan juga untuk berubah.
Demikian sepenggal refleksi yang disampaikan Sekretaris Umum PGI Pdt. Gomar Gultom saat membuka Pendidikan Oikoumene Keindonesiaan (POK) Angkatan III Tahap Pertama, di Pondok Remaja PGI, Cipayung, Bogor, Rabu (18/4).
POK yang diikuti oleh 28 peserta ini akan berlangsung selama setahun dengan rangkaian studi kelas tiga tahap dan studi lapangan dua tahap. Dua peserta lain diharapkan akan bergabung pada siang atau sore ini.
Pada tahap pertama ini, selama dua minggu para peserta akan membekali diri dengan kurikulum yang telah dikemas dalam Oikoumenitas yang berkelindan dengan kebangsaan. Pendekatan Appreciative Inquiry (AI) akan mendominasi seluruh proses pelatihan ini. Itu sebabnya, segera setelah Orientasi Program, acara difasilitasi langsung oleh Dr Banawiratma, penulis Buku “Pemberdayaan Diri Jemaat dan Teologi Praksis Melalui Apreciative Inquiry (AI)”. Pendekatan AI dengan 4Dnya (Discovery, Dream, Design, Destiny) ini sangat digandrungi oleh para peserta dan fasilitator pada Angkatan pertama dan kedua lalu.
Selain studi di kelas, direncanakan para peserta ini akan juga eksposure ke berbagai tempat termasuk pesantren, di samping kegiatan outbond. Bahkan mereka juga akan diterima langsung oleh Bapak Ignatius Yonan dan berdiskusi dengan beliau di Kantor Kementerian ESDM.
Be the first to comment