JAKARTA,PGI.OR.ID-Ketua Umum PGI Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang membuka secara resmi kegiatan Konsultasi Nasional (Konas) Pelayanan Anak ke 5, Rabu (22/2) di Lantai 5 Grha Oikoumene Jakarta. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Biro Perempuan dan Anak PGI ini, akan berlangsung sejak 22-25 Februari 2017.
Dalam sambutannya, Pdt. Henriette Lebang menegaskan, kegiatan Konas merupakan sarana untuk berbagi dan saling melengkapi dalam menyikapi pelayanan anak, dan juga sebagai wujud kepedulian kita sebagai komunitas yang penuh sukacita ketika menyambut kehadiran seorang anak.
Lebih jauh dia menjelaskan, seiring berjalannya pertumbuhan anak, perlindungan terhadap anak seakan menipis, dan anak pun akhirnya dianggap sebagai beban, terlebih di tengah himpitan ekonomi keluarga. “Anak akhirnya kerap kena marah, dicerca, dan dianggap tidak berharga. Relasi yang dikembangkan menjadi relasi yang tidak akrab dengan anak, rumah pun tidak lagi nyaman bagi anak,” jelasnya.
Anak akhirnya tidak jarang dijadikan sebagai objek, dan tidak dilihat secara utuh. Perdagangan dan pelecehan seskual terhadap anak semakin meningkat, termasuk anak dengan kebutuhan khusus. “Padahal pemerintah sudah mengeluarkan UU Perlindungan Anak tetapi kita, termasuk gereja, kerap abai untuk mensosialisasikannya. Bahkan gereja pun terkadang melecehkan anak, melakukan kekerasan verbal dan fisik. Gereja tidak jarang melihat anak sebagai objek dan anggaran. Gereja kerap tidak menjadi rumah yang ramah anak,” tegasnya.
Sebab itu, Pdt. Henriette Lebang berharap melalui konas ini, Tuhan akan mengangkat kita dari samudra persoalan anak yang begitu kompleks, dan aktif merumuskan pola pikir dan pelayanan yang ramah anak.
Sambutan juga disampaikan Fatahilah, Asisten Kesra Pemda DKI Jakarta. Pada kesempatan itu dia menegaskan, Konas memiliki arti penting sebagai wujud kepedulian masyarakat terhadap hak anak. Dan, hal ini sejalan dengan program yang sedang dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta yaitu dengan menyediakan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai permainan menarik, pengawasan CCTV, dan ruangan-ruangan yang melayani kepentingan komuniti yang ada di sekitar RPTRA tersebut, seperti ruang perpustakaan, PKK Mart, ruang laktasi, dan lainnya.
“RPTRA juga dibangun tidak di posisi strategis, namun berada di tengah pemukiman warga, terutama lapisan bawah dan padat penduduk, sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh warga di sekitar. Ini sedang dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta dengan harapan DKI Jakarta menjadi kota layak anak,” katanya.
Sementara itu, mewakili dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA), Nurti, dalam sambutannya menyinggung pentingnya Konas membicarakan pemenuhan hak anak dengan kebutuhan khusus atau difabel. “Diharapkan dalam Konas ini menjadi pembahasan. Apakah gereja sudah ambil bagian dalam pelayanan anak difabel semisal dengan menyiapkan alkitab dengan huruf braile dan lainnya,” katanya.
Diingatkan pula pentingnya pendidikan karakter bagi anak agar mereka dapat menjadi pribadi yang tangguh.
Pembukaan Konas yang diawali dengan ibadah ini, selain dihadiri peserta Konas, juga undangan dari Panti Asuhan Pondok Taruna dan Yayasan Elsafan.
Konas Pelayanan Anak ke 5 mengusung tema: Tuhan Mengangkat Kita dari Samudra Raya dan subtema: Menuju Gereja Layak Anak. Konas diikuti oleh perwakilan dari PGIW, sinode gereja anggota PGI dan mitra PGI.
Usai pembukaan, peserta langsung mengikuti sesi I Konas yang mengupas salah satu topik yaitu Tinjauan Teologis tentang Perlindungan Anak yang disampaikan oleh Sekum PGI Pdt. Gomar Gultom.