MYANMAR,PGI.OR.ID-Lebih dari 500 orang peserta dari seluruh dunia berkumpul untuk mengikuti pembukaan Asia Mission Conference (AMC) di Yangon, Myanmar, Kamis (12/10).
Konferensi yang keempat kali sejak berdirinya Konferensi Kristen Asia (CCA) pada tahun 1957 ini, menandai sebuah kesempatan penting untuk mempertemukan gereja-gereja, organisasi berbasis agama dan mitranya untuk merenungkan misi dalam konteks Asia. Konferensi ini diselenggarakan oleh CCA bersama Dewan Gereja Myanmar dan Konvensi Baptis Myanmar, keduanya anggota CCA.
“Konteks religius telah berubah dan kita telah menyaksikan banyak hal sejak konferensi misi terakhir kita hampir seperempat abad yang lalu. Kami menghadapi sejumlah tantangan dan pertanyaan terkait, yang akan difokuskan konferensi ini dan semoga membantu kami menemukan jawaban atas,” kata sekretaris umum CCA Dr Mathews George Chunakara dalam sambutannya.
Dia menggarisbawahi fakta bahwa tidak ada yang memiliki monopoli terhadap misi Tuhan. “Ada kekuatan kompetitif di luar sana yang dapat merusak kredibilitas misi Kristen. Konferensi Kristen Asia, dewan gereja dan gereja anggota di seluruh Asia karenanya harus tetap berakar kuat di tengah mis,i dan pada saat yang sama terus menerus merefleksikan sifat misi Kristen,” Chunakara menjelaskan.
Hal itu juga tercermin dalam tema AMC 2017 ”Journeying together: Prophetic witness to the truth and light in Asia” yang bergema dengan situasi kontemporer, tidak hanya di Asia, tapi juga di seantero dunia.
Sementara itu, Moderator CCA Pdt. Dr. Willem T.P. Simarmata menggambarkan AMC sebagai “tonggak dalam sejarah gereja kita”. Dia menunjukkan bahwa orang Kristen adalah minoritas di semua negara CCA, kecuali Filipina, Timor Lorosa’e, Australia dan Selandia Baru. Simarmata menekankan pentingnya berkumpul untuk mendiskusikan misi lebih mendalam dan mengartikulasikan bagaimana menyebarkan Injil.
“Itu harus dilakukan tidak hanya di dalam gedung gereja, tapi dengan bergaul di antara orang-orang, dari berbagai budaya dan latar belakang, persis sesuai dengan semangat semangat yang diberikan oleh Reformasi kepada kita,” katanya.
Konferensi akan diisi dengan presentasi tematik, diskusi kelompok dan kesempatan untuk bersosialisasi dan berbagi pengalaman dan pengetahuan seputar misi.
“AMC adalah platform untuk diskusi nyata, dan analisis mendalam tentang, isu-isu teologis dan missiologis yang harus ditangani dalam konteks Asia saat ini,” lanjut Chunakara.
Jumlah peserta yang melebihi harapan dan menunjukkan bahwa mendiskusikan misi itu penting. “Harapan saya yang tulus adalah bahwa para peserta membawa gagasan konkret ke meja selama beberapa hari mendatang, menemukan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan membawa pulang inspirasi baru untuk diangkat sebagai saksi kenabian dalam konteks Asia,” pungkasnya. (oikoumene.org)
Be the first to comment