DEPOK,PGI.OR.ID – Pergumulan mengenai tempat Pemahaman Bersama Iman Kristen (PBIK) dalam perjalanan bersama Gereja-Gereja di Indonesia mendapat perhatian dalam kegiatan Lokakarya Revisi PBIK yang berlangsung di Kinasih Resort, Depok, pada 27-29 Mei 2019. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Bidang Keesaan dan Pembaruan Gereja (KPG) Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dengan tujuan mengajak utusan gereja-gereja dan kalangan akademisi untuk membaca kembali dokumen PBIK yang sudah berusia 35 tahun. Pembacaan ini diharapkan dapat menghasilkan sejumlah catatan kritis yang akan memperkaya PBIK dalam konteks misi bersama Gereja-Gereja di Indonesia.
Acara ini dibuka oleh Wakil Sekum PGI, Pdt. Krise Gosal, yang hadir mewakili Majelis Pekerja Harian PGI. Dalam sambutannya, Pdt. Krise menyampaikan terima kasih atas partisipasi para peserta lokakarya, termasuk pihak Gereja Protestan Indonesia (GPI) yang menjadi tuan rumah dari acara Lokakarya Revisi PBIK. Selain itu, Pdt. Krise juga Menyampaikan beberapa catatan pengalaman beliau terkait perjalanan PBIK yang menjadi bagian dari Dokumen Keesaan Gereja (DKG) dan menyampaikan harapannya agar kegiatan lokakarya ini dapat menghasilkan bahan yang akan menjadi percakapan Gereja-Gereja di Sidang Raya PGI XVII Sumba 2019.
Kegiatan lokakarya diisi oleh beberapa pembicara yang memberi masukan dari berbagai perspektif, seperti dari perspektif Reformed, Lutheran, Katolik, Pentakostal dan teologi konstruktif. Para pembicara yang diundang oleh bidang KPG PGI pada kesempatan ini adalah Pdt. Joas Adiprasetya, Pdt. Risis J. Siagian, Pdt. Junifrius Gultom, Pdt. Andreas Himawan dan RM. Mardi Atmadja. Presentasi dari kelima pembicara ini kemudian dilanjutkan dengan percakapan dan pendalaman di diskusi kelompok. Hasilnya adalah sejumlah usulan mengenai pokok-pokok iman bagi PBIK, temasuk butir-butir untuk tiap pokok-pokok tersebut serta isu-isu apa saja yang perlu mendapat perhatian dalam rangka, pertama, merumuskan pembaruan PBIK. Kedua, melanjutkan percakapan PBIK dalam bentuk pembahasan yang lebih spesifik mengenai sejumlah isu yang menjadi pergumulan Gereja-Gereja di Indonesia.
Dalam percakapan yang ada, muncul kebutuhan untuk melanjutkan PBIK dalam diskusi teologi mengenai isu-isu spesifik yang dapat memperkaya dokumen-dokumen teologi gerakan oikoumene di Indonesia. Selain itu, tekanan pada penguatan persekutuan yang cair dan ekklesiologi yang konkrit, di mana wujud gereja nyata di dalam praktik sosial dan kehidupan sehari-hari, mendapat perhatian dalam percakapan ini. Termasuk di dalamnya, perhatian pada poin-poin yang beperan dalam mendorong umat bergerak sebagai gereja, serta tentunya Pancasila sebagai konteks percakapan iman Gereja-Gereja di Indonesia.
Para peserta lokakarya memberi perhatian pada perlunya PBIK lebih memperhatikan soal tanggung jawab sosial-etis gereja, tempat pemikiran feminis dalam percakapan iman Kristen, cara berpikir yang lebih berpusat pada alam semesta dalam memahami Allah dan misi gereja, tempat Alkitab dan kebudayaan dalam percakapan iman Kristen dan adanya ruang yang luas bagi keragaman tradisi gereja-gereja di Indonesia.
Pembaruan DKG sudah berlangsung dari 2018 melalui serangkaian diskusi di Grha Oikoumene dan di sejumlah wilayah dengan mengundang berbagai utusan dari gereja-gereja dan kalangan akademisi. Percakapan PBIK merupakan bagian dari kerja Tim DKG 2019 yang rencananya akan membawa usulan pemberuan PBIK untuk menjadi percakapan gereja-gereja si Sidang Raya PGI XVII di Sumba.
Pewarta: Beril Huliselan
COPYRIGHT@PGI 2019
Be the first to comment