“Pekan Advokasi” Lintas Iman Indonesia

DELEGASI lintas iman dari Indonesia, yang digagas oleh Christian Solidarity Worldwide (CSW) bekerja sama dengan Jamaah Muslim Ahmadiyah Inggris Raya, telah memulai advokasi selama seminggu di negara tersebut. Ini bertepatan dengan peluncuran laporan terkini di Indonesia dari CSW pada minggu ini.

Delegasi tersebut akan memberikan testimoni pada sebuah hearing atau audiensi guna meluncurkan laporan “Indonesia: Pluralism in Peril (Indonesia: Pluralisme dalam keadaan bahaya)”. Sebuah laporan yang berisi betapa maraknya intoleransi agama yang terjadi di nusantara. Laporan ini berlangsung pada Selasa, 25 Februari, di House of Commons–sebuah majelis rendah parlemen di Inggris Raya.

Di dalam delegasi tersebut ada Pendeta Favor Bancin dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Direktur Eksekutif Abdurrahman Wahid Centre untuk Dialog Lintas Iman Universitas Indonesia Doktor Ahmad Suaedy, Pastor Benny Susetyo dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), seorang guru Kristen yang sebelumnya bekerja untuk Scripture Union Indonesia Nona Muliathy Briany, Sekretaris Isyaat Pengurus Besar (PB) Jamaah Muslim Ahmadiyah Indonesia (JAI) Mahmud Mubarik Ahmad, dan Sekretaris Umum Dewan Pimpinan Pusat Ahlulbait Indonesia Ahmad Hidayat yang mewakili masyarakat Muslim Syiah.

Jumat, 21 Februari, delegasi bermulaqat dengan Imam Jamaah Ahmadiyah Hadhrat Khalifatul Masih V Mirza Masroor Ahmad (Hudhur) atba.. Hudhur atba. memberikan kata sambutannya di masjid Baitul Futuh Morden. Sebuah masjid terbesar di Eropa Barat.

Minggu ini, delegasi akan bertemu dengan Menteri Negara Senior di Kantor Departemen Luar Negeri dan Persemakmuran serta Baroness Warsi dari Kementerian untuk Agama dan Komunitas, juga bertemu dengan juru bicara urusan luar negeri Partai Buruh oposisi John Spellar yang juga anggota parlemen, dan anggota parlemen Gavin Shuker dari Shadow International Development Minister, juga para parlementarian Lord Alton serta Baroness Cox, dan Uskup Declan Lang yang merupakan Ketua Departemen Urusan Internasional dari Konferensi Waligereja Inggris-dan-Wales serta sekaligus penasihat senior untuk Uskup Agung Canterbury, Quilliam Foundation, dan Tony Blair Faith Foundation.

Delegasi tersebut akan memberikan presentasi di London School of Economics dan Oxford University, sebelum mereka melakukan perjalanan ke Brussels guna meluncurkan laporan di Parlemen Eropa pada tanggal 4 Maret mendatang.

Laporan terkini dari CSW berisi analisis yang mendalam dari kebijakan-kebijakan dan praktek-praktek pemerintahan Indonesia. Hal tersebut disimpulkan telah memicu intoleransi agama yang “tidak lagi terbatas pada daerah-daerah seperti Jawa Barat dan Aceh yang dikenal sangat konservatif, tetapi terjadi juga pada umat Kristiani dan umat muslim dari Ahmadiyah, Syiah, maupun Sufi. Pun, para pemeluk Konghucu, Buddha, Hindu, Baha’i, orang-orang Yahudi, orang-orang penghayat kepercayaan maupun agama-agama lokal, hingga para ateis; semuanya dalam keadaan terzalimi.”

Laporan telah disahkan oleh para akademik berpengalaman dan para pembuat kebijakan di Amerika Serikat (AS) dan Inggris Raya.

Baroness Berridge, Ketua Grup Parta-partai Parlemen untuk Kebebasan Beragama maupun Berkeyakinan International mengatakan, “Sebagaimana laporan terkini dari CSW menunjukkan, intoleransi keberagamaan di Indonesia meningkat pada tahap yang sangat serius. Ini merupakan ancaman bagi bagi kebhinnekaan beragama di Indonesia yang pernah ada sebelumnya.

“Laporannya rinci, komprehensif, dan menarik. Ia berfungsi sebagai penggugah yang penting bagi pemerintah Indonesia dan masyarakat internasional.

“Dengan adanya audiensi ini, kami harap kami akan bantu mencermati ancaman-ancaman terhadap kebebasan beragama maupun berkeyakinan di Indonesia. Dan kami akan mendesak pemerintah Inggris dan komunitas internasional untuk menekan pemerintah Indonesia guna mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengkampanyekan dan melindungi kebebasan beragama.

“Akhir tahun ini, Indonesia akan mengadakan pemilihan parlemen dan presiden. Sehingga, kami sangat berharap bahwa calon presiden ataupun presiden yang bakalan terpilih, akan menetapkan apa yang akan mereka lakukan demi mengatasi ekstremisme dan intoleransi. Sebagai sahabat Indonesia, kami memiliki tanggung jawab untuk menyoroti keprihatinan yang serius ini.”

Anggota Kongres AS Frank Wolf–asal Virginia dari Partai Republik–yang merupakan wakil ketua Komisi HAM Tom Lantos, mengatakan, “Sudah lama saya mengagumi kinerja CSW di dalam membela gerakan kebebasan beragama di seluruh dunia. Laporan terkini yang mereka terbitkan menjunjung tinggi tradisi tersebut, membawa perhatian yang layak, dan merupakan analisa yang mendalam tentang topik yang sangat relevan yang mengancam kebhinnekaan beragama di Indonesia.”

Anggota kongres AS Chris Smith, dari Partai Republik negara bagian New Jersey, ia anggota senior dari Komite Urusan Luar Negeri DPR dan sekaligus ketua dari ‘Subcommittee on Africa, Global Health, Global Human Rights and International Organisation‘, mengatakan, “Kebebasan beragama adalah sarana berharga yang sekali saja kita kehilangan maka akan sulit bagi kita untuk mendapatkannya kembali.

“Laporan CSW tentang Indonesia sebagai negara yang didirikan pada landasan kebhinnekaan beragama, sedang berada dalam keadaan yang mengkhawatirkan.

“Seperti yang kita saksikan, Indonesia merosot ke arah intoleransi dan kekerasan. Saya kembali berharap bahwa laporan ini akan berfungsi sebagai penggugah bagi para pemimpin Indonesia, khususnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, untuk mengambil langkah-langkah afirmatif demi melindungi para minoritas keagamaan di Indonesia dan hak-hak asasi manusia mereka yang paling dasar.”

Sumber: ICN, sebagaimana dikutip Ahmadiyya Times

See more at: http://warta-ahmadiyah.org/dari-masjid-ahmadiyah-baitul-futuh-morden-pekan-advokasi-lintas-iman-indonesia-dimulai/#sthash.wJy7ulG2.dpuf

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*