Pdt. Gomar Gultom: Tema dan Subtema SR XVII, Providentia Dei!

WAIKABULA, PGI.OR.ID-Tema dan sub tema Sidang Raya XVII PGI menjadi materi diskusi di sesi 1 Pertemuan Raya Perempuan Gereja (PRPrG) di Gereja Kristen Sumba (GKS) Jemaat Mata, Sabtu (2/11).

Pada kesempatan itu, Sekretaris Umum PGI Pdt. Gomar Gultom menjelaskan, gerejagereja di Indonesia bakal diperhadapkan pada sejumlah persoalan, seperti kemiskinan dan ketidakadilanradikalisme dan terorisme, perusakan lingkungan, konflik agraria dan masyarakat adat, human trafficking, politik identitas dan primordialisme, perempuan dan anak, serta krisis keesaan gereja.

Melihat banyaknya persoalan yang dihadapi gereja, memunculkan pertanyaan masihkah Allah bekerja di jaman ini, dan mengapa Allah membiarkan ini semua.

Jika tidak mempertanyakan Tuhan, kemungkinan akan muncul fenomena Ateisme Praktis. Masih beribadah, masih melantunkan pujian, masih berdoa, namun faktanya kita mengandalkan diri sendiri. Tuhan yang tidak lagi berdaulat. Yang berkuasa adalah uang, harta, jabatan, dan lainnya. Maka kesimpulan akhirnya adalah God is dead,katanya.

Lebih jauh dijelaskan, fenomena ini juga dialami oleh jemaat mula-mula. Baru saja mereka percaya kepada Yesus, mereka sudah berhadapan dengan penganiayaan, dikejar-kejar oleh kaisar Nero. Mereka pun bertanya apakah Tuhan berdaulat atas hidup mereka? Namun di tengah kesulitan itu, ada Providentia Dei,” ada janji Tuhan, bahkan kepastian bahwa Kristus tetapberkuasa atas sejarah. Ia menguasai dan mengarahkan sejarahhingga akhir.

Maka jawabannya adalah Tuhan hadir sekarang! Keyakinan itulah yang melahirkan tema 2019-2024: Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir (Wahyu 22:12-13),” tandasnya.

Menurut Sekum PGI, ungkapan Alfa dan Omega memiiki tiga makna, yaitu simbol kelengkapan dan kesempurnaan, kekekalanmerangkum seluruh waktu dalam diriNya, serta otoritas.

Bagaimana mengartikannya dalam keadaan kita sekarang? Yang juga sedang mengalami krisis kebangsaan, dehumanisasi yang secara khusus dialami oleh perempuan yang mendapat kesulitan hanya karena keperempuanannya, krisis ekologi, krisis keesaan, dan tantangan budaya digital. Arab Saudi mengangkat robot Sofi  menjadi warna negaranya. Sangat miris. Di satu sisi kita disodori fakta manusia sedang mendehumanisasi manusia lainnya, namun di belahan dunia lain ada yang sedang memanusiakan robot,” paparnya.

Pdt. Gomar mengingatkan, Gereja menghadapi tugas kekinian, bagaimana mengupayakan dunia yang ramah dan aman untuk didiami bersama. Namun juga tidak boleh melupakan bahwa gereja pun sedang ada dalam perjalanan menuju akhir zaman.

 

Pewarta : tim media PGI