PGI – Jakarta. Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta kehilangan putera terbaiknya yang sudah banyak memberikan tenaga dan pikrannya pada pendidikan teologi di Indonesia. Dia adalah Peter Dominggus Latuihamallo. Dialah dosen teologi pertama dari kaum pribumi (asli Indonesia) dan pernah menjadi Ketua STT Jakarta. Sebelumnya sejak STT Jakarta berdiri pada 1934 semua dosen (pengampu) dan Senat Dosen berasal dari negeri Eropa, khususnya Belanda. Latuihamallo melanjutkan studi teologi di STT Jakarta pada 1939 dan tamat pada 1948.
Latuihamallo banyak berkarya dalam pendidikan teologi dan kemajuannya. Ia sudah banyak mengeluarkan pemikiran dan karya teologinya yang dituangkan dalam tulisan-tulisan, baik di majalah, jurnal, maupun buku. Selain memajukan pendidikan teologi di Indonesia, Latuihamallo juga berperan sangat besar bagi perkembangan penerjemahan Alkitab bersama para koleganya mendirikan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).
Jumat (9/5/2014) adalah hari terakhir masa hidupnya dengan menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta, setelah beliau dirawat cukup lama. Kepergian seorang pelopor dan peletak fondasi dasar bagi dunia teologi, perkembangan penerjemahan Alkitab di Indonesia, dan gerakan oikoumene dalam aras Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, tentu saja membawa kesedihan. Namun demikian, hal ini sekaligus menjadi ucapan syukur karena sang pelopor itu sudah disambut dengan hangat oleh Allah Bapa di Sorga.
Sabtu (10/5/2014) para teolog melepaskan kepergian Alm. Pdt. Prof. Dr. P. D. Latuihamallo di kampus almamater yang telah mendidik dan membesarkannya menjadi seorang gembala, teolog, dan mahaguru. Selain hadir para Senat Dosen STT Jakarta beserta Ketuanya, Pdt. Dr. Joas Adiprasetya, hadir juga para teolog dan pemimpin gereja dan lembaga Kristen lainnya. Dari PGI tampak hadir Pdt. Dr. A. A. Yewangoe (Ketua Umum), Pdt. Dr. Karel Erari, Pdt. Dr. Hendriette Lebang, Ruth Kadarmanto, Pdt. Gomar Gultom, M.Th. (Sekretaris Umum), dan para staf Sekretaris Eksekutif.
Oleh: Boy Tonggor Siahaan (Alumnus STT Jakarta)
Foto: Markus Saragih
Be the first to comment