Pacem in Terris (Damai di Bumi)

Ensiklik Paus Yohanes XXIII tentang “Pacem in Terris” (Damai di Bumi) telah mendapat sambutan baik di Jepang, lima puluh tahun setelah publikasi ensiklik itu dengan terjemahan baru beredar di keuskupan-keusukupan yang menarik minat di kalangan non-Katolik juga.

“Ensiklik itu merupakan pilar untuk membangun perdamaian di dunia dan sangat berguna untuk dijadikan refrensi,” kata Uskup Agung Tokyo, Mgr Peter Takeo Okada.

Gereja Katolik di Jepang berfokus pada dua elemen penting untuk misi penginjilan di negara itu: dialog dan perdamaian. Hal ini juga menyatukan orang-orang Kristen dari semua denominasi dengan anggota mayoritas agama Buddha dan Shinto.

Wakil Sekretaris Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, Pastor Indunil Kodithuwakku mengatakan kepada Vatican Insider dalam sebuah wawancara baru-baru ini, “Seruan untuk perdamaian yang diluncurkan di Jepang, adalah tanda harapan dan mengetuk hati nurani masyarakat internasional: perdamaian dan rekonsiliasi mungkin ketika agama-agama mampu mengajar umatnya untuk menunjukkan rasa hormat, mendukung perdamaian dan menegakan kebaikan umum berdasarkan hati nurani mereka.”

Pastor Kodithuwakku, yang kembali setelah misi di Jepang, mengatakan bahwa bom atom Hiroshima dan Nagasaki telah meninggalkan kenangan pahit tak terhapuskan warga Jepang.

“Memori lebih dari 80.000 korban sipil di Hiroshima dan 75.000 orang yang menjadi korban bom kedua masih membuat orang emosional. Belum lagi penderitaan orang-orang terkena radiasi atom. Namun, orang Jepang tidak pernah dendam atau melakukan pembalasan,” kata pejabat Vatikan itu.

Sejak tahun 1946, negara ini terjadi gempa dahsyat yang menimbulkan banyak korban.

Perwakilan dari berbagai agama telah mendorong forum pertemuan dan “disatukan oleh upaya keras mereka untuk perdamaian,” kata Pastor Kodithuwakku.

Konferensi lintas agama yang mempertemukan agama-agama – Shinto, Buddha dan Kristen – “adalah salah satu promotor paling aktif dari peringatan ini.”

Sudah menjadi tradisi di Hiroshima dan Nagasaki untuk mengadakan sesi doa ekumenis dan lintas agama selain upacara sipil yang diselenggarakan di berbagai kota.

Sumber: ucanews.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*