Orang Muda Kader Perdamaian, Mulai dengan Persahabatan dan Cinta

Jacky Manuputty, tokoh perdamaian Ambon. (Foto: satuharapan.com/Melki Pangaribuan)

JAKARTA, PGI.OR.ID – Jacky Manuputty, tokoh perdamaian Ambon mengajak orang muda lintas agama untuk merawat memori bersama dan mengembangkan kapasitas sebagai kader perdamaian demi harapan masa depan Indonesia.

“Kalian sedang mengkreasi memori bersama, kolektif memori,” kata Jacky kepada 40 orang muda dari 32 propinsi di Indonesia dalam diskusi United For Peace di @america, Jakarta, Rabu (6/5).

Jacky mengajak orang muda yang hadir untuk menghidupkan kembali dan menghidupi memori-memori kolektif serta membuat memori-memori kolektif baru, yang menghubungkan orang-orang dari berbagi latar belakang.

“Membangun memori bersama ini merupakan elemen penting di dalam suatu rajutan sosial, yang harus dipelihara baik memori dari masa lampau atau mengkreasi memori-memori yang baru. Di antara anak muda banyak media yang bisa dipakai, salah satu memori bersama adalah bagaimana menjadi sahabat, kebudayaan yang satu, bisa hobi yang sama, relasi-relasi persahabatan,” kata dia menegaskan.

Jacky juga menegaskan kapasitas paling besar untuk menangani konflik ada di tangan pemuda, dan Jacky mengharapkan peran lebih orang muda dalam menciptakan perdamaian.

“Saya melihat harapan dari teman-teman muda dalam dinamika pertemuan seperti ini. Selalu ada harapan untuk negeri ini. Dan itu dimulai selalu dari keberanian untuk berani berbeda dan mengelola keberanian itu menjadi suatu kekuatan besar.”

Jacky mengkritisi pemberitaan media massa yang berisikan konflik, kerakusan, korupsi, mulai dari konflik terbuka hingga konflik simbolik yang “penuh mengisi isi memori kepala kita.” Sebaliknya, kata dia, sedikit sekali berita-berita yang menumbuhkan harapan.

Dalam kesempatan diskusi tersebut Jacky berbagi pengalaman penanganan konflik di Ambon hingga mengatasi dampak pascakonflik tersebut. Ia terkesan dalam upayanya terus-menerus untuk mengelola dampak konflik dan membangun perdamaian di kota Ambon.

“Lebih baik menghindari konflik, dan kita bangun perdamaian. Dan kapasitas kemampuan yang paling besar untuk mengelola semua potensi dan aspek untuk menghindari konflik itu ada pada teman-teman muda.”

Jacky menilai, orang-orang muda dari seluruh Indonesia dan berbagai belahan dunia memiliki cara kreatif dalam mengatasi dampak konflik dan mengembangkan perdamaian. “Saya harapkan menjadi memori bersama dan terus menerus meningkat,” kata dia. [royal]

Provokator Perdamaian

Selanjutnya, Jacky mengatakan bahwa di Maluku, Ambon ada kelompok anak-anak muda yang menggerakkan provokator perdamaian. “Provokator konotasinya selalu dianggap jahat, tapi ini provokator perdamaian yang menggerakkan perdamaian,” kata dia menambahkan.

Menurut dia, setiap orang pada dasarnya terlahir dengan benih damai dalam dirinya. Namun ada banyak hal yang membuat seseorang tidak berani mengeluarkan dan membagi damai itu menjadi perdamaian bersama di ruang publik.

“Tugas teman-teman muda bergerak untuk memprovokasi perdamaian dari damai individual menjadi damai dua orang, kemudian menjadi perdamaian di ruang publik. Kita membagi spirit damai,” ujar dia menegaskan.

“Damai dimulai dari hal-hal yang paling kecil, asal dibuat dengan konsisten, dengan militant, dan diperluas lingkarannya. Dikawal, mengawal dan membesarkannya,” kata tokoh perdamaian Ambon itu.

Bahasa Cinta

Sementara Ichsan Malik yang menjadi pembicara kedua pada diskusi tersebut menekankan peran budaya dalam mediasi. “Dengan pendekatan bahasa lokal, upaya resolusi konflik bisa lebih diterima,” ujar mediator konflik Ichsan.

“Supaya pemuda bisa menjadi corong perdamaian dan anti-kekerasan. Khususnya dalam melawan ekstremisme yang berkembang di Indonesia saat ini,” demikian disampaikan oleh Michelle Winowatan selaku Presiden CINTA Indonesia.

Masalah intoleransi dan radikalisme – termasuk ISIS – menjadi kekuatiran mendalam bagi komunitas pemuda seperti komunitas “CINTA Indonesia”. “Kami sengaja melatih kaum muda untuk menumbuhkan bibit perdamaian masa depan,” demikian kata Michelle Wnowatan.

Selanjutnya, seluruh pemuda akan mengikuti workshop dua hari di Jakarta, dan ditutup acara Festival United For Peace di the Rolling Stone Cafe, Kemang, Jakarta. Acara ini akan menampilkan Teza Sumendra, DJ, dua band, dan paduan suara dari 4 universitas. Kami memilih musik agar pesan perdamaian bisa lebih populer. (satuharapan.com/cintaindonesia.org)