Narkoba, Merusak Tubuh dan Masa Depan Generasi Muda

Diskusi kelompok dalam workshop Percasmin mengenai bahaya Narkoba

CIPANAS,PGI.OR.ID-Memasuki hari kedua, Sabtu (30/6), kegiatan Percasmi 2018 diisi dengan workshop mengenai bahaya narkotika dan obat-obatan berbahaya (Narkoba). Workshop ini, yang dipandu oleh Risma, bertujuan untuk mengingatkan bahaya Narkoba yang tidak hanya merusak tubuh dan masa depan, tetapi yang lebih penting merusak bait Allah.

Sorotan ini peting mengingat Indonesia merupakan negara tujuan pemasaran Narkoba, jadi bukan lagi negara transit. Hal ini terjadi mengingat besarnya pasar di Indonesia dan adanya persoalan di wilayah penegakan hukum. Bahkan, berdasarkan hasil penelitian Puslitkes Universitas Indonesia (UI) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) pada 2016, 27.32 pengguna Narkoba di Indonesia adalah kalangan pelajar. Pada 2018, BNN dan Polri harus berhadapan dengan 43.000 kasus Narkoba dan menyita Narkoba sebanyak 4,7 ton Narkoba; meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya 3,6 ton.

Dalam pelaksanaan workshop di hari kedua Percasmi, peserta diminta membuat kolase, susunan gambar yang membuat satu cerita, terkait Narkoba, dari guntingan koran yang kemudian dipresentasikan kepada peserta.
Juru bicara Kelompok 1, Tirsa, dengan gaya santai mempresentasikan bahwa untuk terhindar dari Narkoba dibutuhkan upaya untuk menjaga pergaulan, ambil bagia dalam kegiatan olahraga dan membaca Alkitab. “Karena merusak bait Allah, jadi say no to drug,” menutup paparannya.

Sementara Kelompok 2, yang disampaikan oleh Pedra, memaparkan bahwa Narkoba membuat orang ketagihan dan terjerumus. Sebab itu, perlu kehati-hatian dalam pergaulan. Namun, sebagaimana disampaikan oleh kelompok 3,  mereka yang telah terjerumus dalam Narkoba masih memiliki harapan untuk kembali pada kehidupan yang normal. Sebagaimana dicontohkan dalam presentasi kelompok 3, seorang olahragawan yang pernah terlibat Narkoba dapat menjadi sadar dan kembali menjadi olahragawan yang berprestasi.

Antusias anak-anak mengikuti setiap workshop begitu besar, dan ini tidak lepas dari metode yang digunakan mengajak mereka kreatif dan bermain. Pada kesempatan yang sama juga dilaksanakan workshop mengenai gereja ramah anak. (Markus Saragih)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*