Napak Tilas 187 Tahun Pekabaran Injil di Minahasa

Sekum PGI menghadiri 187 tahun Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen GMIM di Minahasa Utara

MINAHASA UTARA,PGI.OR.ID-“Dengan 30.000 penatua dan syamas, ditambah dengan sekitar 26.000 pengurus BIPRA (Bapa, Ibu, Pemuda, Remaja dan Anak) serta 2.500 Pendeta, GMIM memiliki sebuah kekuatan besar untuk penginjilan”, demikian Pdt. Dr. Hein Arina, Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) melalui khotbahnya pada Ibadah Syukur 187 tahun Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen GMIM, Selasa (12/6), di Lapangan Desa Kolongan, Kalawat, Minahasa Utara.

Arina membandingkan potensi tersebut dengan pekabaran Injil oleh Paulus, yang dengan segala keterbatasannya dibandingkan dengan GMIM pada masa kini, namun berhasil mendirikan jemaat Kristus di mana-mana.

“Strategi Paulus bertumpu pada integritas, komitmen, kerendahan hati, kesabaran, kesetiaan dan ketekunan. Kunci utama bagi gereja masa kini adalah gereja harus sehat, solid dan mengandalkan Roh Kudus untuk bisa ikut berperan….dalam perubahan masyarakat. Kalau tidak, gereja akan statis dan potensi gereja itu bisa disalahgunakan”, kata Arina.

Sekum PGI, Pdt. Gomar Gultom, sangat mengapresiasi perayaan yang dihadiri sekitar 30.000 penatua, syamas dan pengerja GMIM ini. Dalam sambutannya, Sekum PGI melihat perayaan ini sebagai ungkapan syukur atas berkat Tuhan bagi gereja dan masyarakat Minahasa serta napak tilas pekabaran Injil yang mengingatkan akan tugas panggilan kita.

Bagi Sekum PGI, panggilan gereja adalah memberitakan Injil yang adalah kabar sukacita mengenai kasih Allah bagi dunia dan segala isinya. Gereja hadir di dunia bukan untuk dirinya, melainkan untuk masyarakat di sekitarnya, untuk dunia ini. Dalam konteks inilah Sekum PGI mengingatkan bahwa umat percaya boleh bersyukur atas kemurahan Tuhan dan beribadah bersama dalam persekutuan gerejanya. Namun jika kenikmatan beribadah hanya untuk dirinya, maka dia kehilangan jatidirinya sebagai gereja. Umat yang bersyukur haruslah memasuki ruang-ruang kehidupan.

Lebih lanjut Sekum PGI mengatakan :”Gereja, dengan pemberitaan Injilnya, harus mampu melintasi batas-batas wilayah, ras dan bangsa. Itulah yang Yesus amanatkan kepada gereja: “beritakanlah Injil sampai ke ujung dunia!”.

“Itu juga yang kita pelajari dan syukuri dari perjalanan sejarah gereja di dunia, di mana api pekabaran Injil tidak pernah padam, termasuk dari apa yang telah dimulai oleh para pekabar Injil yang sampai ke Minahasa 187 tahun yang lalu”.

Johan Friedrich Riedle dan Johan Godlieb Schwarz yang hadir di Minahasa pada 12 Juni 1831, serta para pekabar Injil lainnya, berperan besar dalam mewartakan Injil melintasi berbagai rintangan di Sulawesi. Bagi Sekum PGI, mereka adalah pelintas batas yang memungkinkan Injil sampai ke daerah-daerah terdalam di Sulawesi. Pengorbanan mereka, yang rela menderita demi membuka ladang baru, telah membawa warna tersendiri dalam perjalanan masyarakat Minahasa dan sejarah gereja di Indonesia.

Salah satu hal menonjol dalam napak tilas Pekabaran Injil adalah, di mana pos pekabaran Injil berdiri, di sana selalu hadir tiga unsur: pertama, gereja sebagai pusat pemberitaan; kedua, balai pengobatan; ketiga, pusat-pusat pendidikan atau sekolah.

Ini meneladani pemberitaan Yesus yang keluar-masuk desa untuk berkotbah, menyembuhkan dan mengajar. Itulah yang diteruskan oleh para pekabar Inji, termasuk yang hadir di Minahasa sehingga berdirilah balai pengobatan (RS) dan pusat pendidikan (Sekolah). Pendidikan zendinglah yang membawa masyarakat Minahasa keluar dari ketertinggalannya dan berperan di awal-awal pembentukan Republik ini.

Sekum PGI mengapresiasi GMIM yang terus menggelorakan api pekabaran Injil. Hingga kini, puluhan tenaga utusan gereja (TUG) diutus oleh GMIM ke berbagai gereja anggota PGI. Mereka kini melayani di Mentawai, Nias, Tanah Karo, Kalimantan Barat, Kendari, Luwu, Mamasa, Donggala, Halmahera dan Papua. Walaupun para TUG ini bekerja pada gereja-gereja setempat di luar GMIM, gaji dan fasilitas penunjang lainnya tetap disediakan oleh Sinode GMIM; meniru pola pekabar Injil 187 tahun lalu. (Gomar Gultom)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*