Myanmar-Indonesia Forum. Solidaritas antar Bangsa; Belajar dari Indonesia

JAKARTA,PGI.OR.ID-“Indonesia adalah bangsa yang sangat majemuk, namun kami tidak mendengar terjadi perang saudara di Indonesia, mengapa hal tersebut bisa terjadi?” Ini adalah salah satu dari banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh delegasi lintas Agama dan golongan yang datang berkunjung ke PGI, Jumat (2/1), dalam rangka Study Tour Myanmar-Indonesia Forum.

Di tengah konflik yang sedang melanda Myanmar yang terjadi di wilayah Rakhine State yang telah mengakibatkan ratusan ribu etnik Rohingya mengungsi ke berbagai negara, 25 delegasi Myanmar yg terdiri dari lintas agama datang berkunjung ke Indonesia. Delegasi Myanmar yang terdiri dari para Bhiksu Budha, perwakilan Baha’i, Islam, Kristen serta juga beberapa anggota Palemen Myanmar dan Advokat dalam beberapa hari di Indonesia telah mengunjungi lembaga-lembaga keumatan seperti NU dan Muhammadyah serta menyaksikan secara langsung relasi yang ada di tengan-tengah masyarakat.

Dalam kunjungan ke PGI, ada banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh delegasi Myanmar yang semuanya berkisar pada bagaimana kemajemukan di Indonesia tidak membuat Indonesia berada dalam perang saudara.

PGI yang diwakili oleh Sekretaris Eksekutif Bidang Keadilan dan Perdamaian Pdt. Henrek Lokra, anggota Pokja Humanitarian Networking Victor Rembeth, dan Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan PGI Pdt. Penrad Siagian menjelaskan, bahwa kemajemukan Indonesia adalah berkah bagi bangsa Indonesia. Kekayaan yang muncul dari kemajemukan bangsa Indonesia menjadi modal besar bagi bangsa Indonesia dalam merawat dan membangun bangsa ini.

Delegasi Myanmar menyerahkan cendramata kepada Pdt. Penrad Siagian

Selain hal tersebut, Indonesia juga dibangun di atas sebuah konsensus bersama yang disebut Pancasila yang lahir bukan dari satu kelompok agama tertentu. Pancasila lahir, merupakan perasan dan sari dari nilai-nilai yang terdapat pada seluruh agama-agama, kepercayaan dan etnik yang terdapat di Indonesia, dan hal inilah yang membuat Pancasila dapat diterima oleh seluruh bangsa Indonesia dalam kemajemukannya.

Dalam dialog dengan delegasi Myanmar ini, Pancasila menjadi topik yang paling banyak mendapat perhatian dari delegasi Myanmar. Termasuk juga dengan semangat berbagai kelompok-kelompok baik agama maupun masyarakat sipil yang ada di Indonesia dalam menginisiasi berbagai dialog antar agama.

Diakhir kunjungan, delegasi Myanmar mengucapkan terimakasih “Ming gelabah” dalam bahasa Myanmar atas dialog dan kesempatan belajar dari Indonesia terutama PGI. Delegasi Myanmar berharap dapat belajar lebih banyak lagi dari Indonesia dalam mengelola kemajemukan yang sangat kaya sehingga menjadi sebuah bangsa yang damai dan setiap orang dianggap setara dan dihargai apapun agama atau etnik yang dimilikinya.

Foto bersama usai pertemuan

“Semoga di negara kami Myanmar juga dapat mengatasi berbagai konflik yang timbul akibat perbedaan-perbedaan agama dan etnik yang ada” demikian delegasi Myanmar mengakhiri pertemuan tersebut.

Kunjungan delegasi Myanmar ke Indonesia, dan menjadikan Indonesia sebagai pembelajaran dalam mengelola kemajemukan agama, budaya, dan etnik, adalah bukti bahwa Indonesia merupakan laboratorium keberagaman bagi dunia. Karena itu perlu upaya yang terus-menerus dalam merawat kebhinnekaan bangsa ditengah maraknya radikalisme berbasis identitas primordial utamanya agama yang dapat menggerogoti ideologi bangsa, sehingga Indonesia dapat menjadi role model bagi pengelolaan keberagaman dunia. (Penrad Siagian)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*