KUPANG,PGI.OR.ID-“Seribu orang tua hanya bisa bermimpi tetapi satu orang muda bisa mengubah dunia,” demikian cuplikan pidato Ir. Sukarno yang dikutip Pdt. Sepi Hawu, mengawali khotbah pembukaan Musyawarah Belajar (Musbel) Pemuda Sinode GMIT, Rabu (27/9).
Berbeda dengan pemuda zaman Soekarno, saat ini pemuda terutama pemuda GMIT, kata Pdt. Sepi, sedang mengalami kemunduran. Hal itu disebabkan setidaknya tiga hal: Pertama, tidak menyadari telenta yang Tuhan karuniakan. Kedua, tidak mempersiapkan diri menghadapi masa depan. Ketiga, terlalu santai. Melalui kisah tiga pemuda Israel; Daniel, Misael dan Asarya yang dikaruniai kecerdasan 10 kali lipat karena ketaatan mereka kepada Tuhan (Daniel 1:-9), Pdt. Sepi mengajak para pemuda agar mengandalkan Tuhan dan mempersembahkan kualitas diri yang terbaik untuk kemuliaan Tuhan.
Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, bertempat di jemaat GMIT Bethesda Buraen, klasis Amarasi Timur dengan melibatkan peserta dari 46 klasis di GMIT.
Dalam sambutannya, Ketua Pengurus Pemuda Sinode GMIT, David Natun mengatakan, Musbel merupakan wadah belajar saling berbagi pengalaman dan pengetahuan serta pengembangan kapasitas dan spiritualitas diri.
“Di sini kita akan belajar pelatihan pola pemuridan pemuda GMIT yang terdiri dari: pengembangan spiritualitas diri pemuda, mengasah kepekaan sosial, organisasi dan kepemimpinan,” kata David.
Musbel kali ini bertema, “Yesus Kristus Adalah Tuhan” dan sub tema, “Bersama Kristus Pemuda Terus Bertumbuh Menjadi Pemuda yang Peduli Terhadap Persoalan Sosial dan Ekologi, Mandiri dan Berdaya Bagi Pelayanan.”
Hadir dalam pembukaan kegiatan ini Wakil Gubernur NTT, Benny Litelnoni, Ketua DPRD Kabupaten Kupang, Yosep Lede, Kadis Pemuda dan Olahraga walikota Kupang, Ejbens Doeka, Komandan Satuan Radar 226 Buraen, Ketua Majelis Sinode (MS) GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon dan ketua klasis Amarasi Timur Pdt. Yapi Niap.
Dalam suara gembala, ketua MS GMIT mengajak pemuda untuk tidak berhenti belajar. “Pemuda GMIT harus menjadi pemuda yang terus-menerus belajar. Dan sumber-sumber belajar itu bisa datang dari buku-buku, dari kampus tapi jangan lupa bisa juga datang dari kampung. Melalui belajar pemuda memahami isu-isu lokal, regional, nasional dan global.”
Pdt. Mery berharap Musbel ini menjadi kesempatan belajar bagi pemuda. Ia mendorong kaum perempuan untuk berani tampil di ruang publik. Berani mengemukakan pendapat karena manusia, kata Pdt. Mery mengutip Melancton, dilahirkan untuk berkomunikasi.
Selain itu ia juga mengajak pemuda GMIT untuk melakukan evaluasi program-program pelayanan yang telah dilakukan, dan mendorong perubahan-perubahan dalam pelayanan. “Pemuda mesti menguji diri, apa dampak dari kegiatan kita terhadap perubahan hidup Pemuda Gereja. Kalau hanya menjalankan kegiatan semua orang juga bisa. Kalau kita melakukan kegiatan yang berdampak mesti ada indikator-indikator yang jelas,” katanya.
Selain seminar, hari pertama Musbel diisi dengan penanaman anakan pohon di lokasi kebun jemaat serta penggalian lubang-lubang peresapan air. (sinodeGMIT.or.id)