Gereja Kristen Perjanjian Baru (GKPB) menyelenggarakan Musyawarah Besar (Mubes) untuk memilih Ketua Umum Sinode yang baru, (9-12/9/2014) di Hotel Sahid, Lippo Cikarang.
Menurut Steering Committe GKPB, Ir. Jeffrey Kurniawan, M.Sc, pemilihan Ketua Umum Sinode GKPB paling tidak mereka harus mewakili dari gereja-gereja lokal. Memang mekanismenya agak sedikit berbeda, sehingga GKPB mengadakan musyawarah pengurus lengkap antara Majelis Pusat, Majelis Aspotolik, dan Badan Regional (tim formatur).
Masing-masing, lanjut Jeffrey, berperan sebagai nominator atau yang menominasikan tim formatur untuk kepengurusan yang akan datang. Memilih kandidat atau nominator menjadi ketua umum yang nantinya akan diumumkan ke Mubes dan setiap perserta akan memilih dari tim formatur siapa yang menjadi ketua umum. Suara terbanyak itu akan menjadi ketua umum sekaligus sebagai ketua tim formatur membentuk kepengurusan yang akan datang.
“Kandidat pemilihan Ketum GPKB ada tiga orang, tinggal dilihat siapa yang memilih paling banyak dari ketiga orang tersebut. Kalau misalnya dua orang mendapatkan jumlah suara yang sama itu akan ada putaran kedua. Pemilihan hanya ketua umum jadi tim ini dibentuk dari formatur tadi yang terbanyak sebagai ketua umum kemudian mereka akan memilih siapa sekum dan ketua bidang yang lainya,” terang Jeffrey, di Hotel Sahid, Lippo Cikarang, Selasa (9/9).
Lebih lanjut Jeffrey menambahkan, dari Mubes kali ini baik dari Majelis Aspotolik, Majelis Pusat, dan Badan Perhubungan Regional mereka memasukan nama tersebut di amplop tanpa diketahui siapapun. Baru akan dibuka pada waktu malam pemilihan.
Dalam pemilihan Ketua Sinode GKPB, kata Jeffrey, tidak ada batasan usia maksimal 65 tahun bisa diperpanjang menjadi 70 tahun.
“Pemilihan Ketum Sinode GKPB tidak ada batasan umur, maksimal 65 tahun diperpanjang menjadi 70 tahun. Tetapi kalau itu di anggap memang perlu diperpanjang oleh Majelis Aspotolik. Semua kepengurusan bisa dipilih setelah berumur di atas 17 tahun,” ungkapnya.
Sementara itu, Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe, Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengatakan: “Masa depan memang dimiliki oleh orang-orang muda. Generasi muda hanya status sementara karena nanti anak-anak muda sekarang akan menajadi tua.”
“Saya kira bagi gereja harus memiliki mentalitas dan mampu memperbaharuinya. Mestinya orang Kristen tidak boleh menjadi tua (tua fisik boleh). Tua dalam arti tidak ketinggalan dengan perkembangan jaman yang semakin maju,” tegasnya.
Untuk diketahui, Mubes GKPB tahun ini mengambil tema NEXT untuk mempersiapkan gereja menghadapi masa depan. Dengan perkembangan jaman serta serangan teknologi yang semakin cepat menjamur dan berdampak bagi generasi muda, dirasa gereja perlu mengantisipasinya. Bukan hanya dari sisi praktisi, melainkan dari sisi teologis dalam memandang perkembangan itu. (tabloidpodium.com)
Be the first to comment