KUPANG,PGI.OR.ID-Ketua Sinode Gereja Injili Indonesia (GII), Pdt. Paulus Gunawan bersama sejumlah rekan kunjungi Majelis Sinode GMIT. Dalam kunjungan ini Ketua MS GMIT Pdt. Mery Kolimon minta GII tidak mendirikan gereja di NTT.
“Salah satu kerisauan kami dalam kerja sama dengan teman-teman denominasi kristen yang datang ke GMIT, biasanya memulai dengan pelayanan pemberdayaan jemaat namun lama-lama berkembang dan mendirikan gereja. Harapan kami, gereja-gereja mitra ekumenis dari luar NTT yang berniat datang membantu kami untuk bersama-sama menata pelayanan tidak menjadi kompetitor,” demikian pesan Pdt. Mery.
Menanggapi hal tersebut, Pdt. Paulus memastikan bahwa tujuan mereka murni untuk melayani sesama umat kristen di NTT dan tidak berniat mendirikan gereja baru. “Kami tidak punya niat sama sekali untuk bangun gereja. Niat kami pada upaya pembedayaan ekonomi dan pendidikan,” jelas Pdt. Gunawan.
Untuk komitmen tersebut Sinode GII yang berkantor pusat di Bandung, saat ini mengutus 12 alumni dari STT Bandung untuk mengajar di sekolah dan juga membuka kelas bimbingan belajar bagi siswa SD dan SMP di Kupang. Selain itu mereka juga mendirikan rumah singgah di desa Kapan-Kab.TTS, yang diperuntukan bagi siswa-siswi SMP yang rumahnya jauh dari sekolah.
Ketua MS GMIT menyampaikan terima kasih kepada sinode GII yang telah ambil bagian dalam pelayanan di NTT. Ia juga memaparkan berbagai persoalan yang sedang dihadapi oleh GMIT dan berharap sinode GII turut berpartisipasi diantaranya: Kondisi sekolah-sekolah GMIT yang memprihatinkan, gizi buruk, stunting (tinggi badan tidak normal/kerdil), buruh migran, perdagangan orang, dan lainnya.
“Kami bersyukur untuk kunjungan ini. Kami berterima kasih kepada alumni-alumni STT Bandung yang juga ikut memikul bersama kami beban ini guna memastikan masa depan generasi di tanah Timor yang lebih baik dari sekarang. Kami mendukung upaya-upaya yang dilakukan terutama di bidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi warga, sebab akan berimplikasi pada bidang-bidang hidup yang lain,” ujar Pdt. Mery.
Sementara di bidang pemberdayaan ekonomi jemaat, kata Pdt. Paulus, mereka sedang menjajaki potensi pertanian di NTT yang bisa dikelola untuk meningkatkan kesejahteraan jemaat lokal. Jika berhasil, mereka berencana akan membuka arus distribusi produk pertanian jemaat ke pulau Jawa.
Terkait rencana kerja sama pengembangan potensi pertanian dengan jemaat lokal, ketua MS GMIT juga mengingatkan pentingnya membangun komitmen pemberdayaan ekonomi yang sungguh-sungguh berpihak pada para petani dan bukan pada pengusaha atau pemilik modal.
“Kami berharap pola-pola kristiani yang kita bangun itu betul-betul memberdayakan masyarakat lokal. Dalam pengalaman kami usaha-usaha yang dilakukan itu tidak jarang mengeksploitasi warga lokal. Tenaga mereka dipakai tetapi yang untung justru pemilik modal. Kami mohon, kalau kita konsisten dengan pemberdayaan warga maka keuntungan usaha tentu harus ada tapi jangan sampai mengeksploitasi warga. Akibatnya, warga lokal tetap miskin sedangkan pengusahanya semakin kaya. Kita memastikan generasi kristen Timor di masa yang akan datang lebih berdaya, sehat dan cerdas. Dan kita melakukan semua itu berbeda dengan pemerintah dengan LSM. Karena kita melakukannya dalam nama Yesus,” jelas Pdt Mery.
Dalam kunjungan ini Ketua Sinode GII juga mengudang Majelis Sinode GMIT menghadiri kegiatan bulan Misi yang akan berlangsung di Bandung pada bulan Maret mendatang. (www.gmit.or.id)
Be the first to comment